21-MBA

458 56 2
                                    

Dua minggu kemudian, malam hari telah tiba kicauan burung di luar jendela kamar kali ini tumben sekali tidak berisik seperti biasanya.

Candra sedang asik membuka sosial media, tiba-tiba saja sebuah foto muncul di eksplore instagramnya.

Berkali-kali ia memejamkan matanya, bahkan sampai mengusapnya beberapa kali, memastikan bahwa gadis yang ia lihat adalah Prisilla.

Melihat foto Prisilla barusan, lelaki itu langsung teringat dengan sebuah benda berbentuk kotak yang gadis itu berikan sebelum insiden mengenai Alifia terjadi.

Perlahan, lelaki ber-kemeja abu itu bangkit dari posisinya. Ia kemudian mengambil kotak berukuran lumayan besar, yang selama ini hanya tersimpan apik di atas lemari.

Candra membuka kotak tersebut, ternyata di dalamnya ada sebuah buku diary dan sebuah kaset yang masih terlihat baru, terlihat jelas tak pernah di sentuh.

Candra mengerutkan dahinya bingung, kemudian mengambil diary berwarna biru yang tersusun rapih di sana.

Lelaki itu membuka buku diary yang bertuliskan nama Alifia di bagian luar, ya itu adalah diary milik Alifia. Pasalnya hari itu Prisilla berniat membantu Alifia menyatakan perasaannya kepada Candra, tapi keadaan malah tidak memungkinkan, semua yang terjadi hari itu di luar kendali mereka.

Candra tidak mampu berkata-kata ketika membaca diary Alifia, ternyata perasaannya selama ini telah terbalas tanpa ia sadari.

Tangannya bergetar ketika ingin melanjutkan mendengar isi dari kaset tersebut, itu hanya sebuah rekaman suara tanpa video.

"Haii Can, sebelum rekaman suara ini di kasih ke lo, sebenarnya gue agak ragu karena kejadian semalam. Sepertinya lo salah paham, gak seharusnya lo langsung ngerasa pengganggu di antara hubungan gue sama Alfaro." Alifia mengambil nafas, terdengar dari suara sedikit samar dari kaset tersebut.

"Sejujurnya, gue sama Alfaro itu sepupu Can, dan lo tau gue suka sama lo, entahlah lo bakal ngebalas perasaan gue atau engga, gue yakin pasti enggak." Alifia terkekeh hambar kemudian kembali melanjutkan ucapannya.

"Banyak banget saingan gue di luar sana yang mengagumi lo dengan sangat, dan dari banyaknya wanita.. gue enggak seberuntung wanita yang saat ini menempati posisi spesial di hidup lo, kocak banget kalau gue berharap lo bakalan punya rasa yang sama kayak yang gue rasain, kan?. Gue tau, gue berlebihan berharap bahwa lo bakalan suka balik sama gue, karena melihat respon lo yang enggak berlebihan sama gue, gue ngerasa lo nganggep gue hanya sebatas teman biasa, enggak lebih. Gue enggak tau lagi mau nyampein apa, tapi seenggaknya mengenai masalah semalam sudah bisa menjelaskan bahwa gue sama Alfaro emang enggak ada hubungan spesial, bahkan sedikitpun! Kecuali hubungan saudara, dan gue juga lega, karena lo bisa tau sekarang kalau gue ada rasa sama lo, di balas enggaknya gue bakalan tetap bersyukur, semoga lo selalu baik-baik aja ya, meski tanpa gue."

Mendengar hal itu Candra membuat buku-buku di meja belajarnya berserakan di mana-mana.

Lelaki itu benar-benar merasa bersalah kepada Alifia, dan terlebih lagi kepada hubungan Alana dan Alfaro.

"Arghhhhhh!!!" Candra menendang kursi hingga membuatnya meringis sendiri karena kursi yang di tendangnya cukup kuat.

***

Mereka telah selesai melakukan ujian kenaikan kelas, Candra telah lulus sekolah sekarang.

Lelaki itu masih mengingat kata-kata yang Vivi ucapkan beberapa minggu yang lalu.

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di fikirannya. "Asal kamu tau! Laki-laki itu hampir saja merenggut hal berharga dari adikmu!! kalau aja Faro enggak ada waktu itu, mungkin Alana sudah tercap sebagai wanita kotor!!" Candra mulai mendidih ketika perkataan Vivi beberapa minggu lalu terus-menerus menghantui fikirannya.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang