33-MBA

354 57 7
                                    

Malam semakin larut. Alana compang-camping di jalanan, gadis itu tidak tau harus ke mana.

Alana terlihat khawatir karena di jam segini masih memakai seragam sekolah, takut banyak yang menganggapnya anak tidak baik di jam segini belum kembali ke rumah.

Angin semakin kencang, gemuruh guntur di mana-mana, kilat sekali-sekali menampilkan cahayanya.

Alana ketakutan tiap kali mendengar suara gemuruh guntur, ia berhenti di persimpangan jalan sembari memegangi kedua lututnya.

Hujan perlahan turun dan lama kelamaan semakin deras, sekujur tubuhnya basah kuyup tak tersisa.

Alana menangis sejadinya, meratapi kesedihan, ia mengasihani dirinya sendiri.

Gadis itu memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, ia semakin terisak. Masalah apalagi kali ini? Ia benar-benar muak dengan permainan dunia.

"Sebenarnya kalian semua kenapa? Kenapa gak ada yang mau dengerin penjelasan gue?" Alana berteriak histeris, gadis itu menangis semakin menjadi. Tanpa ia sadari, darah mengalir deras di kedua hidungnya.

Lama kelamaan kepalanya terasa pusing, mungkin akibat terlalu banyak tekanan batin dan fikiran yang menguasai seluruh otaknya.

Tubuhnya semakin melemas, pandangannya perlahan mulai buram menatap sekeliling, sampai akhirnya gadis itu tidak sadarkan diri.

***

Alfaro sedari tadi tidak ingin turun makan bersama keluarga, Felicia mulai cemas. Viona pun sudah berkali-kali menyuruhnya untuk turun dan makan bersama, tapi lelaki itu selalu menjawab 'nanti saja'

Alfaro merasa bersalah ketika mengingat dengan teganya ia menurunkan Alana sendirian di tengah jalan, juga membuat gadis itu terjatuh dengan begitu saja dan posisi kedua tangannya yang terluka.


Alfaro membenturkan kepalanya berkali-kali ke tembok, lelaki itu melampiaskan amarahnya di dinding rumah.

"Bangsat!! Arghhhh!!!" Viona yang berada di dekat pintu, perlahan mulai menjauh karena takut mendengar teriakan Alfaro yang penuh emosi.

"Kenapa kak?" tanya Felicia saat melihat Viona kembali tanpa Alfaro.

"Takut bund, kayaknya dia lagi ada masalah yang gak bisa di ceritain deh."

"Biar ayah yang panggil aja kalau gi__" lelaki itu sudah ingin berjalan ke kamar anaknya, tetapi tangannya di hentikan oleh Felicia.

"Gak usah, mungkin dia lagi gak mau di ganggu, ayah."

Lelaki itu mengangguk paham dan meng-iya-kan.

***

Keesokan paginya Alfaro turun dengan keadaan kacau, Felicia bersama yang lain tengah asik menonton berita.

Pandangan Alfaro teralihkan ketika mendengar nama Alana menjadi sorotan berita pagi tentang gadis yang bekerja sebagai PSK di sekolahnya.

Sekolah mereka memang sering kali menjadi pusat perhatian wartawan sekitar.

Alfaro mengepalkan kedua tangannya, lelaki itu membanting mangkuk hingga pecah.

"Matiin tvnya!!" Alfaro membentak hingga membuat semua orang takut karena tingkahnya, Tifani memeluk ayahnya sembari menangis ketakutan.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang