25-MBA

418 49 3
                                    

Sadewa melipat kedua tangannya di atas dada. "Siapa yang lapar bisa di lihat dari siapa duluan yang makan," semuanya melirik ke arah Yanto dan Yusdar yang sedang asik menyantap makanannya, kemudian keduanya cengengesan tak jelas.

"Ada-ada aja kalian ini." Fandi menggeleng heran.

"Jadi, rencana mau pada liburan kemana nih?" tanya Felicia di sela-sela pembicaraan.

"Kalau keluarga Yanto enggak liburan bund, soalnya tetangga kompleks sebelah udah ada yang positif Corona."

"Demi apa?!" Felicia mulai heboh.

"Bunda lebay!" ceplos Tifa yang baru saja kembali ke tempat semula.

"Anak kecil diam!" tegur Alfaro.

"Jadi gimana katanya?" tanya Fandi.

"Udah enggak bisa ngehirup aroma gitu deh pokoknya."

Felicia melirik ke arah Fandi. "Kalau gitu acara liburan kali ini di tunda aja dulu Ayah."

Fandi mengangguk setuju. "Ayah setuju, kalau mau liburan enggak papa kita camping aja, asal jangan di luar daerah."

"Wah seru tuh!" Viona bersemangat.

"Tamasya juga boleh bund, ajak Lana ya." Alfaro memberi usul.

"Pasti sih!"

"Pacaran terus!!" sindir Tifa.

"Ye! Sirik, bocah!"

***

"Itu makam siapa sih, bang? Kok abang kelihatan sedih banget tadi?" tanya Alana sembari asik memakan biskuit cokelat buatan Vivi.

"Eh, anak-anak mama udah pulang?"

"Baru aja ma," ucap Candra.

"Abang, jawab ish!" Alana mengguncang kecil pergelangan tangan Candra.

Candra menghela nafas berat kemudian menghembuskannya kembali. "Alifia."

"Kamu ke makamnya bang?"

"Hm, iya ma. Candra ngerasa bersalah, rasanya tidak pernah berubah."

Vivi menepuk pelan bahu Candra. "Sekarang terserah kamu ini bagian hidup kamu, mama enggak berhak ngatur-ngatur."

Candra menoleh ke arah Vivi yang berada di sebelahnya. "Mama enggak mau ngasih saran?"

Alana hanya bisa mengamati pembicaraan keduanya tanpa niat ikut campur karena gadis itu tidak tau apa-apa, bahkan ia tidak mengenal siapa gadis yang bernama Alifia itu.

Vivi menarik kursi kemudian duduk bersama kedua anaknya. "Yah kalau di bolehin sih mau, bagaimanapun kamu anak mama." Vivi mengusap pelan rambut Candra.

"Lalu?"

"Kamu enggak bisa terus-terusan berlarut-larut dalam kesedihan bang, ini sudah lebih dari setahun. Sekarang kamu juga sudah lulus sekolah, perjalanan kamu masih panjang, nerusin bisnis papa sambil kuliah itu enggak gampang sayang."

"Terlebih lagi kamu masih muda dan... ganteng gini lagi, mana mungkin enggak ada cewe yang naksir sama anak mama," lanjutnya.

"Alifia, siapa ma?" Candra dan Vivi saling menatap, kemudian Vivi menceritakan seluruhnya kepada Alana, termaksuk penyebab abangnya beberapa minggu lalu sangat menentang hubungannya dengan Alfaro.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang