26-MBA

389 59 2
                                    

Terlihat jelas dari jauh bahwa Felicia sedang asik menyuapi adik perempuan Alfaro, sedangkan Fandi memasang tenda dan Viona sedang asik memainkan ponselnya.

Alana berlari kecil ke arah mereka. "Halo bunda! Halo kak Vio!" seru Alana yang baru saja tiba bersama Alfaro.

Alana melakukan back pat bersama Felicia dan Viona. Pandangannya mengarah ke arah Fandi yang baru saja duduk bersama Tifani di pangkuannya.

"Oh... Halo.…"

Pandangan Felicia dan Viona mengarah ke arah Fandi. "Kenalin, ini Ayah kami, lan."

"Ayah, ini Lana. Pacar Faro," ucap Felicia.

Fandi berdiri kemudian menyapa Alana dengan baik. "Ayah berterima kasih sama kamu, ya."

Alana terlihat bingung dengan ucapan Fandi yang menurutnya agak sulit di artikan. "Ha?"

"Semenjak kenal kamu, bunda jadi enggak pernah mendapat laporan bahwa anak nakal itu bolos sekolah," ucap Felicia sembari mengarahkan pandangannya ke arah Alfaro yang sedang asik bersama teman-temannya.

Alana berusaha mengelak. "Ah enggak juga, kami kenal sejak lama bunda."

"Ayolah, kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti maksud bunda." Felicia menyenggol lengan Alana.

"Maksud bunda, sejak kamu jadi pacar Faro, lan." Viona menjelaskan.

Alana mengangguk sama. "Oh begitu rupanya." Alana mengangguk sembari tersenyum senang.

"Kenapa mau sama bang Faro? Padahal dia tidak menarik sama sekali," tanya Tifa tiba-tiba.

"Selera kamu terlalu cedera untuk Alana yang sempurna," teriak Alfaro yang sedang asik memanggang daging bersama Sadewa, Yusdar dan juga Yanto.

Tifani mendengar perkataan Alfaro walaupun jarak nya sedikit jauh.

Anak perempuan kecil itu melirik dengan kesal ke arah Alfaro. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Alana kembali. "Eh mbak namanya siapa? Kenalin aku Tifa, satu-satunya anak bunda sama ayah yang enggak gagal produksi." Tifani menjulurkan tangannya.

Viona menjitak kepala Tifani dengan kuat bersamaan dengan Felicia yang memukul lengan Tifani dengan pelan. "Heh! Kalau ngomong yang sopan dikit! Bunda enggak pernah ngajarin ya."

"Aw, kak Vio sama bunda apaan sih, sakit tau!" Tifani meringis sembari memegangi kepala dan lengannya.

"Ehehe enggak papa bunda, halo adik manis. kenalin, Alana." Alana berjongkok di hadapan Tifani untuk menyesuaikan tinggi badannya dengan adik Alfaro.

Sedangkan dari kejauhan, Alfaro terus memperhatikan tingkah Alana yang menurutnya sangat manis. "Gue emang enggak salah pilih," gumam Alfaro sembari terus mengembangkan senyumannya.

Tifani melirik penuh kejahilannya ke arah abangnya, kemudian gadis itu menarik napasnya dalam-dalam sebelum memulai aksinya. "Kapan nikah? Biar Tifa bisa nyusul."

Alana terkekeh. "Kami masih belum lulus sayang." Alana mencubit pelan pipi Tifa.

"Masih kecil pakai mau nikah-nikah segala! Masak aja enggak bisa! Jangankan nasi, mie rebus aja enggak bisa! Terus kamu mau nikah gimana? Ntar habis pesta tanggungan di mana-mana." Fandi ikut nimbrung.

"Tau tuh! Kak Vio aja belum. Jangan berani-berani melangkahi, ya!" Viona mengancam Tifani dengan menjulurkan telunjuknya sembari menunjuk-nunjuk ke arah Tifani dengan telunjuknya.

"Kalau jomblo terus, gimana mau nikah," Anak itu berucap dengan santai namun terdengar sinis.

Viona melotot tak percaya, giginya menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya mengepal kuat, gadis itu mulai geram, tetapi Felicia menepuk pelan bahunya. "Ngalah kak, petasan sama terompet, ya jelas kalah."

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang