39. Hukuman Daddy

15.4K 874 246
                                    

Yang minta Alara gak di hukum. Maaf ya, Alara-nya tetap di hukum. Pergi keluar aja dapet hukuman. Apalagi yang ini dia kabur.

Ini juga udah alurnya, ya. Yang pembaca lama pasti tau, tapi jangan spoiler. Yang pembaca baru, nikmatin aja alurnya.

Tapi terimakasih sudah komen 😊

Happy reading  💜

-----

Alara membuka matanya perlahan karena merasa  kebas di tangan kirinya. Berulang kali ia membuka dan menutup matanya guna menghilangkan rasa pusingnya.

Sakit di dadanya terasa sedikit berkurang dan pernafasannya mulai terasa lancar sekarang.

Setelah kesadarannya sepenuhnya terkumpul. Hal pertama yang dia lihat adalah didepannya sudah ada Daddy dan para Abangnya minus Bintang yang menatapnya dengan tatapan tajam.

Bahkan di sana juga ada Ano dan Kenan dengan tatapan tak jauh beda dengan Daddy nya.

Alara menelan salivanya lagi yang tiba-tiba saja terasa sulit hanya sekedar untuk ditelan. Demi Tuhan, Alara lebih baik tidak sadar dari pada harus disuguhkan oleh tatapan tajam dari keluarganya.

Baru saja ia berniat memejamkan matanya kembali guna menghindari tatapan tajam itu,suara Momy-nya menghentikan niatnya.

"Eh sayang udah bangun ternyata. Apanya yang sakit Baby, bilang sama Momy sayang," tanya Nara yang melihat Alara membuka matanya.

Alara melihat kearah Momy-nya. Ia ingin berkata baik-baik saja dan kata maaf pada Momy-nya karena kentara sekali pada raut wajah Momy-nya itu terlihat khawatir. Namum ia sedikit merasa risih dengan masker oksigen diwajah nya.

Baru saja ia ingin menggerakkan tangan kanannya untuk melepas masker oksigen nya. Tapi tangan kanannya tidak bisa digerakkan, seperti ada sesuatu yang menahannya.

Ia mencoba mendongak berniat melihat tangan kanannya. Matanya membulat ketika ia melihat tangan kanannya.

Di rantai.

Matanya mulai memanas melihat rantai yang terlilit apik di tangan kanannya yang terhubung dengan kepala ranjangnya.

Ia kembali menoleh kearah Momy-nya berharap Momy nya berniat meminta tolong. Tapi Momy-nya malah menggeleng seperti mengerti apa yang diinginkan putrinya.

Air mata Alara meluruh seketika. Tatapannya beralih pada para lelaki yang tengah memandang nya datar nan dingin.

Mata Alara terhenti pada Ano,pasti Abangnya itu yang memasangkan rantai ini pada tangan kanannya atas perintah Daddy nya.

"Daddy hiks "Alara mulai terisak menatap sendu Daddy-nya yang masih menatapnya tajam.

Niatnya untuk membuka masker oksigen diwajah nya ia urungkan karena itu juga pasti masih tak diperbolehkan oleh Abangnya,Gerald. Yang juga sedari tadi tak lepas memandangi nya.

" Sudah puas membuat kami khawatir setengah mati, Alara?" tanya Varo dengan nada dingin

Alara diam, ia menunduk tak berani melihat mata tajam Daddy nya. Ia yakin, setelah ini ia tidak akan lolos dari hukuman Daddy dan Abangnya.

Tapi Alara bersyukur paling tidak Opa nya tidak ada disini. Jika benar-benar ada, Opa-nya itu akan benar-benar murka padanya.

"Daddy akui keberanian kamu yang besar itu Alara. Lompat lewat  tembok pembatas sampai tulang kaki mu retak,makan makanan yang tidak sepatutnya kamu konsumsi, berpakaian tipis yang seharusnya kamu kenakan, Daddy akui keberanian mu itu sayang."ucap Varo

Alara's Brothers (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang