Aku kembali gays dengan cerita salah satu dari keluarga Pramudya. Kali ini aku bawain cerita dari kakak perempuan Alara. Yaitu Miana Gesy Pramudya dokter cantik dari keluarga Ayah Gama sama Bunda Inez.
Sapa nih yang masih setia simpen Alara's Brothers di perpustakaan? Wih! Good banget deh buat kalian!
Jangan lupa follow aku wp aku ya biar kalian dapat notifnya. Soalnya mau buat cerita baru nanti hehe
Langsung aja happy reading 💜
_____
"Candra,"
Tubuh Mia menegang kala melihat siapa yang tengah berdiri di depannya saat ini. Laki-laki yang dulu pernah menjadi alasan kebahagiaan nya. Laki-laki yang selalu bisa membuatnya tersenyum kala kesedihan melanda. Laki-laki itu dulu tempatnya berbagi berkeluh kesah dengan semua masalahnya. Dan laki-laki itu pula awal dari kesakitan yang ia dapat.
Laki-laki itu dengan tega pergi tanpa alasan. Dan menyisakan tanda tanya besar pada benak Mia dan juga rasa sakit yang teramat sangat. Satu tahun Laki-laki itu pergi meninggalkannya tanpa kejelasan. Dan satu tahun itu pula perasaan Mia pada laki-laki ini tidak berubah. Rasa itu masih sama, masih seperti satu tahun yang lalu.
Tak jauh berbeda laki-laki yang di panggil Candra itu pun sana terkejut nya melihat gadis yang dulu ia cintai. Tapi buru-buru pria itu mengubah expresi nya menjadi datar kembali seakan pertemuannya kini dengan Mia adalah hal biasa baginya.
Koridor rumah sakit terlihat begitu lenggang. Tak terlalu banyak orang berlalu lalang membuat Mia semakin jelas melihat raut wajah Candra. Datar.
Mia perlahan mengayunkan kakinya menuju Candra tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah tampan cowok itu. Tepat satu langkah di depan Candra, Mia berhenti meneliti wajah yang cowok yang dulu amat ia cintai. Mata indah Mia sudah mulai berkaca-kaca. Tanpa sepatah katapun Mia langsung memeluk erat tubuh tegap Candra menyalurkan rasa kerinduan yang teramat sangat.
Tangis Mia pecah. Bukan. Ini bukan tangisan kesedihan, melainkan tangisan kebahagiaan bisa bertemu lagi dengan Candra.
Candra dengan topi yang apik terpasang di kepalanya itu masih tak bergeming. Cowok itu masih menatap datar Mia yang memeluk nya erat. Tak ada expresi apapun di wajah itu. Pelukan Mia pun tak di balas dan membiarkan hanya Mia yang mendekapnya erat.
Merasa tak ada balasan. Mia perlahan menguraikan pelukannya. Matanya mendongak untuk kesekian kalinya melihat paras tampan cowok di hadapannya. Tangannya terangkat mengusap rahang laki-laki itu. Masih sama. Cowok ini masih sama seperti satu tahun yang lalu. Yang hanya membedakan adalah wajah pucat dari Candra serta lingkaran hitam di bawah matanya yang terlihat sedikit tersamar. Tak ada penolakan juga tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Candra saat Mia mengusap rahangnya.
"Kamu kemana aja. Aku kangen." Suara Mia terdengar lirih menatap manik mata Candra sayu
"Kamu sakit? Muka kamu pucet. Kamu baik-baik aja kan? Penyakit mag kamu gak kambuh kan?"
"Kamu ngapain ke rumah sakit? Saudara kamu ada yang sakit? Bunda, Ayah, Giza sama Ranya apa kabar? Mereka semua baik 'kan?"
"Sekarang aku..aku udah jadi dokter sama seperti yang kamu mau dulu. Kamu bahagia kan liat aku jadi dokter?"
"Sekarang aku lebih bisa urus kamu. Aku bakal jadi dokter pribadi kamu, Dra. Kami seneng kan?"
Tak ada expresi apapun yang di tunjukkan Candra padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara's Brothers (Telah Terbit)
Teen Fiction"Siapa sih yang gak seneng punya Abang-abang ganteng kek patung pahatan Yunani? Pinter- pinter pake banget pula, seneng banget 'kan? Ada yang perhatiin, disayangin dan di kabulin apapun keinginan kita asalkan itu baik . Tapi gak bagi gue, punya Aban...