Assalamualaikum, halo? Masih ada orang kah? Masih ada yang simpen Alara's Brothers di perpustakaan nya kah? Kalau masih Kalian hebat banget.
Udah berdebu banget nih lapak.
Kali ini aku bawain cerita versi cetaknya dari Abang ketiga Alara, yaitu Galen Ardain yang jago masak. Walaupun sedikit, gak apa-apa lah ya, yang penting obatin rindu sama Alara.
Moga aja kalian masih inget sama cerita juga orang-orang di dalamnya.
Happy reading 😊
---
Galen mengerutkan keningnya ketika mendengar ada keributan pada salah satu meja pelanggan. Tadi dia diberitahu oleh salah satu pelayannya bahwa jika ada pelanggan yang protes tentang pelayanan di restorannya.
Dengan langkah tegasnya, kaki Galen berjalan menuju kerumunan. Semua pelayan yang menyadari kedatangan sang tuan menunduk dan mundur beberapa langkah guna memberikan sang majikan jalan. Langkah kaki Galen terhenti tepat beberapa langkah dari keramaian. Ia masih terpaku pada sosok itu memandang perempuan di depannya.
Jantung Galen berdegup lebih kencang. Udara di sekitarnya kian menipis membuat pasokan oksigennya kian tertahan di tenggorokannya. Tatapannya masih lurus pada seorang wanita yang masih mengajukan protesannya terhadap salah satu pelayannya.
Tubuh Galen kaku seketika. Ia tidak menyangka jika dia akan bertemu lagi dengannya setelah lama hilang dari kehidupannya.
Perempuan itu masih sama. Masih cantik dan juga cerewet seperti dulu. Mungkin hanya penampilannya saja yang berubah, perempuan itu terlihat sedikit lebih dewasa dibandingkan dulu. Ia rindu, sangat. Ia rindu pada celotehan perempuan itu. Ia rindu ketika ia dimarahi ketika ia berbuat salah. Ia rindu saat-saat bahagia bersamanya. Ia rindu sekali pada wanita itu.
Galen kembali melangkah dengan sekuat tenaganya meski tubuhnya seperti menolak. Baru dua langkah, Gelan kembali terhenti karena perempuan yang tak lain adalah pelanggannya, menoleh ke arahnya. Tatapan keduanya saling terpaku.
Waktu seolah tertahan hanya pada mereka berdua saja. Galen meremas angin, menelan salivanya menatap perempuan yang selama ini ia cari tengah berada di hadapannya, saling bertatapan. Mata itu, ia sangat merindukan mata itu yang menatapnya penuh cinta. Namun itu hanya dulu, sebelum kejadian sial itu terjadi dan membuat perempuan itu salah paham lalu pergi meninggalkannya tanpa mau mendengarkan penjelasannya.
"Rora."
Perempuan yang dipanggil Rora itu terlihat memejamkan matanya ketika namanya disebut. Namun dengan cepat gadis itu membuka matanya, mengambil tasnya kemudian berniat segera pergi. Tapi Galen tak akan membiarkannya sebelum ia berhasil meluruskan kesalahpahaman yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
Dengan cepat pria itu menahan tangan Rora, membuat perempuan itu menoleh padanya.
“Kita perlu bicara, Rora."
“Enggak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Kita sudah selesai." Perempuan itu mencoba memberontak melepaskan tangannya dari genggaman Galen. Tapi pegangan Galen terlalu kuat.
"Aku mohon, Rora. Kasih aku kesempatan buat jelasin yang sebenarnya." Tatapan Galen sendu menatap manik mata Rora, terlihat putus asa.
"Kamu cuma salah paham, Rora. Aku sama sekali enggak ngelakuin itu. Enggak sama sekali. Aku cinta sama kamu. Cuma kamu, tolong kasih aku kesempatan buat jelasin ke kamu, aku mohon," tambah
Galen mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Rora.
“Enggak ada lagi yang perlu dijelasin, Galen. Semua udah jelas. Kamu selingkuh. Dan kamu tau aku paling benci orang yang berkhianat. Sekarang lepas tanganku."
Galen menggeleng. Dia tidak akan melepaskannya lagi. Dia harus menyelesaikan semua kesalahpahaman yang terjadi selama ini.
"Kamu cuma salah paham, Rora. Aku sama Jane enggak ada hubungan sama sekali. Aku bakal jelasin semuanya, tapi aku mohon kasih aku kesempatan buat bicara, buat ngejelasin semuanya. Kita luruskan kesalahpahaman ini, Rora."
"Bagi aku, semua sudah berakhir. Hubungan kita berakhir sejak kamu berselingkuh," ucap Rora.
"Tiga tahun, Rora. Tiga tahun ini aku cari kamu kemana-mana. Aku kayak orang gila enggak nemuin kamu di mana-mana. Aku pengen jelasin ke kamu, tapi kamu kayak ditelan bumi. Aku mohon buat kali ini kasih aku kesempatan buat buktiin kalau dulu kamu cuma salah paham," mohon Galen lagi.
Tatapan pria itu sayu menatap wajah cantik Rora.
Rora terdiam sejenak, perempuan itu berniat mencari kebohongan di mata Galen. Tapi hanya tatapan lelah dan putus asa yang ia dapatkan dari mata pria yang pernah singgah dalam hatinya.“Sepuluh menit," ucap Rora mengalah.
-Lanjut nya di versi novelnya, ya. Tenang, ini masih panjang banget di versi novelnya.
Aku mau info-info, nih, buat kalian setelah sekian lama akhirnya Alara's Brothers in sya allah bakal bener-bener terbit setelah naskah aku di oper sana sini. Dan Alhamdulillah, besok bakal ada vote covernya ulang. Jadi aku minta tolong buat vote ya.
Udah, itu aja. Moga ada yang masih minta beli. Atau ada yang mau nabung gitu? Hehe
Di jamin bakal puas bacanya karena akan ada banyak kejutan dari versi cetaknya nanti.
Oke, sampai jumpa besok pas VOTE COVERNYA yaaa!!
Muuuah sayang kalian banyak-banyak 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Alara's Brothers (Telah Terbit)
Teen Fiction"Siapa sih yang gak seneng punya Abang-abang ganteng kek patung pahatan Yunani? Pinter- pinter pake banget pula, seneng banget 'kan? Ada yang perhatiin, disayangin dan di kabulin apapun keinginan kita asalkan itu baik . Tapi gak bagi gue, punya Aban...