8: Rencana Pernikahan Kedua

33 3 0
                                    

Pagi hari, seperti biasa aku membuat segelas susu hangat untuk Mas Al. Aku mengantarkan susu ini ke kamarnya. Saat di depan pintu, aku ragu untuk masuk.
Menghela nafas, aku memantapkan diri untuk masuk. Memberi salam namun tak ada jawaban dari dalam. Aku pun masuk. Kamar Mas Al didominasi cat abu-abu gelap, kesannya lebih kepada nuansa dark.

Aroma parfum Mas Al langsung menyeruak menusuk hidungku. Terasa sangat segar dan menenangkan. Aroma Citrus.

Aku melihat Mas Al dari jendela kaca yang terbuka setengah. Mas Al duduk di kursi seperti teras kamar. Kamar ini menghadap langsung ke taman. Aku berjalan mendekatinya dan meletakkan susu di meja dan duduk di kursi sebelah meja. Tapi dia menarikku sehingga aku terduduk di pangkuannya.
Aku ingin protes tapi Mas Al mengecup bibirku dengan tiba-tiba. Aku kaget dengan tindakannya. Wajahku terasa panas seketika.
Mas Al hanya terkekeh melihatku yang berekspresi marah tapi blushing.

Aku ingin turun dari pangkuannya tapi dia menahanku. Aku mencebik kesal.
"Biarkan seperti ini atau aku akan memakanmu?"
"Hah?"
Aku tidak mengerti dengan perkataannya.

Dia meminum susunya hingga habis. Aku bersandar pada dadanya yang nyaman. Aku selalu minder saat kami berdua berjalan berdampingan. Tinggiku yang hanya sebatas dadanya membuatku terlihat seperti   adiknya. Meskipun dalam posisi ini aku duduk di pangkuannya, tapi aku masih hanya sepundaknya. Nasib.

"Dalam waktu dekat kita akan menikah ulang"
"Sedekat apa?"
"Mungkin dua Minggu lagi"
What the hell!! Dua Minggu lagi? Oh tidak...aku belum siap jika semua orang mengetahui aku istri darinya.
"Jangan dua Minggu lagi" kataku mencoba menolak
"Kenapa?" Tanyanya
Aku hanya menatap nya dalam. Menyampaikan apa yang ku rasa melalui tatapan mata.
Dia paham.
"Maunya kapan?" Tanyanya lagi.
"Libur semester, saat santri pulang"
"Kan ngga pulang semua"
"Ya ngga papa, semakin sedikit yang tau semakin baik menurut ku. Please....libur semester"
"Baiklah sweety, apapun untukmu"
"Makasih mas" aku memeluknya erat menenggelamkan kepalaku di dadanya.

"Mas, kenapa kamu nikahin aku? Kita kan tidak saling kenal"
Aku penasaran apa alasan Mas Al menikahiku. Kita tidak saling kenal bahkan aku yakin Mas Al pasti tidak tau aku mengabdi di pesantren milik ayahnya.
" Kamu spesial buat Mas, kamu yang buat Mas Al mulai percaya dengan Islam"
Aku tidak mengerti apa yang dia katakan. Aku menatapnya dengan raut bingung.
"dua tahun lalu Mas bertemu dengan dengan perempuan yang membuat Mas terpesona dan untuk pertama kalinya Mas mendengar bacaan Al-Qur'an. Mulai saat itu mas memantapkan hati untuk masuk Islam"
"Mas pernah bertemu dengan perempuan itu setelah dua tahun?
"Beberapa hari yang lalu mas bertemu dengannya"
"Oh ya? Dimana?
"Ndalem. Dan kamu tau? Perempuan itulah yang mas cintai"
Dadaku sesak mendengar perkataanya. Jika dia mencintai perempuan itu kenapa tidak menikahinya. Kenapa malah menikahiku.
"Kenapa Mas tidak menikahinya?" Tanyaku sendu
"Mas sudah menikahinya 3 bulan lalu. Nikah siri. Dan sebentar lagi mas akan menikah secara sah agama dan hukum"
"Maksud Mas?"
"Kamu perempuan itu Hafidza"
Aku cengo. Bagaimana bisa?
"Percayalah" kata Mas Al meyakinkan.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang