12: Untitle

24 1 0
                                    

Pagi hari, yang dimulai dengan membangunkan Mas Al juga Si kecil, anak laki-laki yang kemarin di bawa Mas Al. Raka Alzain Seano itu namanya. Mas Al menambahkan nama belakangnya di belakang nama Raka.

Malam tadi Raka tidur bersama kami selagi Mas Al menyiapkan kamarnya. Kamar di sebelah kamar Mas Al. Yang beberapa hari lalu menjadi kamarku sebelum mas menyuruhku untuk pindah ke kamarnya.

Setelah aku membangunkan Mas Al, aku membangunkan Raka untuk sholat subuh berjamaah.

"Raka sayang, sholat subuh dulu yuk" kataku dengan mengelus kepalanya. Tapi Raka hanya mengubah posisi tidurnya. Aku berfikir bagaimana membangunkannya.

'aha! Sebuah ide muncul di kepalaku. Aku mencium seluruh mukanya, dan berhasil. Raka membuka matanya.

"Sholat subuh yuk"
Raka masih mengumpulkan nyawanya. Sangat imut saat di bangun dengan muka bantal.
Tangannya terangkat memintaku menggendongnya.

"Manja" kataku
Dia hanya mengerucutkan bibirnya. Tapi aku tetap meraihnya dan menggendongnya.
Kami berjalan ke kamar mandi tepat dengan Mas Al yang akan keluar.

Mas Al berniat mencium kedua pipi Raka, tapi saat akan mencium pipi kanan Raka aku segera menjauhkan wajah Raka sehingga Mas Al mencium pipi kiri ku. Saat Mas Al membuka matanya, malah menatapku tajam.

"Morning kiss mas" kataku dengan senyum tanpa dosa. Lalu melangkah masuk ke kamar mandi.

"Coba tunjukin gimana wudhunya, bunda mau lihat. Nih bunda nyalain krannya"

Raka wudhu dengan benar sesuai yang di ajarkan Mas Al tadi malam.
Kini giliran ku wudhu. Setelah selesai, aku keluar.

Mas Al sudah menyiapkan tiga sajadah untuk kami. Lalu Mas Al ke kamar mandi untuk berwudhu.

Sambil menunggu Mas Al aku membuka Al Qur'an untuk murajaah.
Setelah Mas Al keluar kamar mandi, kamu segera menunaikan sholat subuh.

****

Setelah sarapan, ada beberapa santri yang ingin setoran. Aku meminta Mas Al untuk menemani Raka main karena tadi aku sedang menemaninya.

Awalnya berjalan lancar dan tenang, tapi saat tiba-tiba Mas Al datang dengan Raka di gendongannya, semuanya langsung memandang Mas Al. Bahkan santri yang sedang menyetorkan hafalannya pun berhenti.
Memang sih, santri putri itu jarang melihat Mas Al, jadi sekali melihat mereka langsung terpesona.

Mas Al memberikan Raka padaku dan mendudukkannya di pangkuanku, lalu pergi.

"EKHEM, awas nanti hafalannya ilang" kataku.
Seketika semua memandangku dengan senyum tanpa dosanya.

"Ngapunten ning" kata mereka kompak.
"Sekarang lanjutkan, yang sudah setoran tolong jagain Raka sebentar ya"

"Awas kalau ayat selanjutnya lupa" kataku pada Nida, santri yang sedang setor hafalan di depanku.

"He...He beneran lupa Ning" katanya.
Hadeuh, "di ulang besok" kataku

"Yang lain juga lupa?" Tanyaku
Dan mereka kompak mengangguk.

"Emm.....Ning, kita boleh main sama Raka?"
"Silakan, kalau Raka mau"

Dan mereka semua pun mendekati Raka yang sedang menyusun Lego. Setelah semua berada di sekeliling Raka, barulah Raka sadar dengan kehadiran mereka.

Awalnya Raka tersenyum ramah tapi setelah itu---

"Bundaaaa............"

Raka berlari ke arahku dan segera memelukku erat. Aku hanya terkekeh. Lucu.

"Raka Ndak mau deket-deket kakak itu, nanti pipi Raka di cubit lagi" katanya

Hal yang di benci Raka adalah saat ada orang lain yang mencubit pipinya, bahkan aku dan Mas Al sekalipun.

"Kalian boleh kembali ke kamar" kataku lalu aku menggendong Raka. Berjalan ke ruang keluarga.

Ada Mas Al yang sedang berkutat dengan laptopnya. Aku duduk di sampingnya.

"Kenapa tadi Raka teriak?" Tanyanya setelah menutup laptopnya.
"Di cubit sama kakak-kakak genit" kataku
"ha ha ha" Mas Al hanya tertawa

BUKHH

Mas Al meringis saat Raka memukul lengannya.
"Ayah nakal" kata Raka lalu turun dari sofa dan mengambil mainanya di sudut ruang tamu.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang