Pagi ini aku menyiapkan pakaian Mas Al untuk ke kantor. Ada beberapa dokumen yang harus di tandatangani nya. Selesai menyiapkan pakaiannya aku ke dapur, membuat segelas susu juga sandwich sebagai menu sarapan. Mas Al berjalan ke meja makan, dan memakan sarapannya. Selesai sarapan, aku mengantarnya sampai depan pintu. Aku meraih tangan kanannya, menciumnya tiga kali, dia balas mengecup keningku juga bibirku dengan sedikit lumatan lembut. Morning kiss katanya.
"Hati-hati" kataku
"Hmm....jaga diri di rumah. Mau nitip sesuatu ngga?"
"Ngga"
"Beneran?"
Aku menghembus nafas kasar.
"Pulang dengan selamat"
"Datar banget si...yang romantis dikit Napa"
"Bodo amat Mas, cepetan berangkat"
"Galak"Dia terkekeh sambil berjalan ke mobilnya.
Mobilnya mulai menjauh, setelah mobil Mas Al tidak terlihat, aku masuk ke dalam, ke ruang kerja untuk mengecek laporan penelitian mahasiswa tingkat magister.
Dan beberapa pekerjaan lain.
Aku tak membantu ibu dan beberapa mba ndalem yang memasak untuk makan siang santri.
Pekerjaanku lumayan banyak setelah seminggu aku mengabaikannya.Sejak aku tau jika aku sudah menikah tiga bulan lalu, aku mengundurkan diri dari pekerjaanku. Awalnya di tolak, tapi saat aku menawarkan akan tetap menerima mahasiswa bimbingan maka pengunduran diriku di setujui.
******"************
Jam setengah lima sore, aku baru saja bangun tidur. Sepertinya Mas Al sudah pulang, mobilnya sudah terparkir di halaman.
Aku keluar kamar, mencari keberadaan Mas Al, di ruang kerjanya tidak ada, di dapur pun nihil. Aku melihat Mas Al di ruang tamu, duduk dengan seorang anak laki-laki berumur .... mungkin sekitar empat tahun. Ada ayah dan ibu juga.
Aku menghampiri mereka. Duduk di depan anak laki-laki itu. Sedari tadi anak itu hanya menunduk.
"Siapa Mas?" Tanyaku penasaran dengan sedikit melirik anak laki-laki itu.
Flashback (POV al)
Aku dalam perjalanan pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, aku melihat segerombolan anak, mereka sepertinya sedang mengerumuni sesuatu. Aku memberhentikan mobil dan menghampiri anak-anak itu.
Aneh.
Biasanya aku tak tertarik dengan hal seperti itu.Seorang anak kecil berada di tengah-tengah.
"Kami ngga mau main sama kamu"
"Iya, kamu ngga punya orang tua"
"Anak haram"
Begitulah anak-anak di sekelilingnya mengejeknya."Hei, kenapa kalian semua membenci anak ini?"
Mereka semua pergi, hanya anak kecil ini.
Dia selalu menunduk."Hikss....
Anak ini menangis.
"Hei anak laki-laki ngga boleh cengeng. Mau om beliin ice cream?"
Begitu mendengar kata ice cream anak ini langsung tersenyum bahagian.Aku membawanya ke kedai ice cream di sekitar sini.
Memesan ice cream rasa coklat.
"Rumahmu dimana? Om akan mengantarmu kembali ke rumah"Dia menggeleng.
"Aku ngga punya rumah om, ngga punya orang tua juga?"Deg
Aku terkejut. Anak yang malang. Aku memutuskan untuk membawanya ke rumah dan menjadikannya anakku."Kalo gitu, kamu ikut om aja gimana?"
"Kemana om?
"Pulang ke rumah om. Sekarang kamu panggil om ayah"
"Ayah?"
"Ya, kamu sekarang jadi anak ayah"
"Berarti aku punya ibu juga dong?"
"Heem...Anak ini sangat bahagia setelah aku mengatakan akan menjadi ayahnya. Semoga saja Hafi mau menerima anak ini.
Flashback off
"Yah, aku menerimanya"
Kataku setelah mendengar penjelasan Mas Al.Aku mendekati anak itu, duduk di sebelahnya.
"Sekarang kamu panggil saya bunda, oke?
Kataku pada anak itu
Dia tersenyum mengangguk.
" Oke bunda"
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
RandomKehidupan Hafi setelah ia menggapai semua impiannya. Kisah pernikahannya dengan mantan mafia yang sekarang menjadi mualaf. Jangan kalian pikir hidupku bahagia setelah apa yang ku impikan tercapai. ~Hafidza Az Zahrani ( Hafi) Aku adalah mantan ketua...