13: Wedding

19 1 0
                                    

Tiga hari setelah kepulangan santri untuk libur semester. Dan hari ini adalah hari pernikahan Mas Al denganku. Semuanya sudah di persiapkan. Gaun pengantin pun sudah terpajang manis di kamarku, eh...ralat, ini masih kamar Mas Al, dan sejak seminggu lalu Mas Al pindah sementara ke apartemen. Atas perintah dari ibu. Katanya hanya untuk melestarikan adat Jawa, namanya aku lupa apa.

Pernikahannya diadakan jam sembilan. Sekarang masih jam 6 jadi masih ada waktu 3 jam untuk siap-siap. Tapi nyatanya aku masih rebahan santuy di kasur sambil membalas pesan dari Mas Al. Eitss....jangan salah ya, aku sudah mandi dong.

Mas Al Sayang
Fi, tau nggak apa yang dirasakan Mas sekarang?

Me
Apa?

Mas Al Sayang
Mas gugup tau nggak?

Me
Bukannya dulu udah pernah?

Mas Al Sayang
Beda, dulu kan selesai akad ya udah. Kalau sekarang selesai akad kamu yang bakal menemui Mas. Mas ga sabar mau liat wajah cantik kamu

Me
Gombal recehan

Itu sebagian dari pesan Mas Al.

Hari ini hanya akan dilaksanakan akad. Untuk resepsinya nanti malam. Untuk akad hanya ada keluarga dan kerabat. Sebenarnya Mas Al pengin teman-teman ku hadir tapi kerena yah,,,aku ngga punya banyak teman jadi mereka hanya ku undang untuk datang ke resepsi nya.

Mama dan papa sudah di sini tiga hari yang lalu. Hanya mama dan papa yang menemaniku sejak tiga hari lalu sebelum aku sah menjadi istri mas Al dalam hukum dan agama. Untuk kedua kakakku akan datang hari ini.

"Assalamualaikum" seseorang mengucap salam dari balik pintu kamar.

'ceklek'

Pintu terbuka menampakkan dua orang, kakak dan mbak iparku. Ada ibu dan mama juga di belakang mereka. Aku mempersilakan mereka masuk.

"Akhirnya adekku tersayang sold out juga" kata Mba Umi, mbak iparku.

"Sold out emang barang, aku sudah ganti status dari 3 bulan lalu"

"Kemaren-kemaren kan masih illegal"

"Ya siapa yang suruh illegal, kenapa dulu nggak langsung di legal-in aja"

"Tanya sama suamimu lah"

"Y in lah mba"

"Udah Napa si, dari dulu ributnya ngga selesai-selesai"
Itu kakak yang bilang.

"Tuh dengerin" kataku
"Ka---
"Husstt.....sekarang mba make up-in aku, nggak ad bantahan"

Mama, ibu, dan kakak berbincang-bincang entah apa, aku nggak denger. Lebih tepatnya nggak mau tau.

Selesai di make up, aku hampir tidak mengenali wajahku. Ehh...nggak deng. Sebenarnya masih sama, beda dikit doang tapi tetep cantik kok.

"Sekarang kita live streaming akadnya" kata kakak ku. Dia mengeluarkan tab dari tasnya. Tab itu langsung terhubung dengan kamera di ruang tamu. Yup! Acaranya di ruang tamu juga halaman.

Terlihat dari layar tab, Mas Al yang menjabat tangan papa.

قبلت نكاحها و تز و جها علي المهر المذكو ورضت به و الله ليالتو فق

'SAH!'

'Saaaahhhhhh!!!'

'alhamdulillah'

Satu tetes air mataku mengalir saat kata sah terucap.
Dadaku menghangat.

"Kita keluar sekarang" kata ibu
Mama dan ibu menuntunku keluar kamar menuju ruang tamu lalu mendudukanku di samping Mas Al. Sejak aku keluar kamar, semua orang yang hadir menatapku intens. Bahkan Mas Al menatapku tanpa berkedip. 'terpesona ya Mas'. Ehh....

"Silakan cium tangan suaminya" kata Pak penghulu.

Aku meraih tangan Mas Al yang terulur padaku, mencium dengan takdzim.

Allahumma Inni as-luka min khairiha wa Khairi maa jabaltahaa 'alaih wa a'udzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaih

Mas Al mencium puncak kepalaku. Dan selanjutnya kami saling memasangkan cincin.

Acara selanjutnya adalah sesi foto. Lalu kami semua beristirahat sakalian untuk persiapan nanti malam.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang