Esoknya kami sudah siap untuk mengunjungi mama dan papa. Tak lupa juga berpamitan pada ibu dan ayah. Kami juga membawa beberapa baju karena rencananya kami akan menginap beberapa hari di sana.
Jam empat sore kami berangkat. Perjalanan memakan waktu dua jam sehingga kami sampai di sana pukul enam petang. Tepat saat adzan Maghrib. Kami pun langsung melaksanakan shalat Maghrib juga isya.
Mama papa sudah sangat akrab dengan Mas Al. Kata mama setiap dua Minggu sekali Mas Al selalu ke sini. Setelah menikah denganku tentunya, walaupun saat itu aku belum tau siapa suamiku.
********************
Pagi menjelang, aku sedang mengecek laporan dari salah satu pengurus pesantren. Mas Al menghampiriku dan mengajakku jalan-jalan di sekitar sini.
Suasana di sini masih tetap sama seperti dulu. Tak ada yang berubah. Masih banyak tumbuhan yang tumbuh subur disini. Sejuk dan nyaman.
Setiap orang yang berpapasan denganku selalu memandangku dengan pandangan...entahlah aku pun tak tahu. Terkesan bingung dan aneh.
Salah satu tetangga bertanya padaku
"Pulang kapan fi?"
"Kemaren sore"
"Libur ya?"
"Ngga juga, lagi pengin pulang"
"Itu siapa di sebelahku?"
Sepertinya dia belum tau siapa Mas Al. It's good.
Aku mengatakan jika Mas Al saudaraku. Dan Mas Al juga tidak protes. Orang itu pergi setelah sebelumnya tersenyum sebagai salam perpisahan pada kami.Kami kembali ke rumah.
Mes Al ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Aku menyiapkan pakaiannya lalu aku membantu mama menyiapkan sarapan.Setelah sarapan Mas Al mengajakku ke rumah temannya.
Kami sampai. Ada seorang laki-laki yang duduk di teras rumah. Tunggu dulu, sepertinya aku kenal dengan orang itu juga rumahnya.
Mas Al menghampiri orang itu, mengucap salam dan berjabat tangan lalu orang itu mempersilakan kami duduk.
Mas Al sudah asik mengobrol dengan orang itu. Aku hanya duduk diam sambil bermain ponsel.Aku ingat siapa orang itu. Dia suami salah satu guru MTs ku, Bu Faid. Namanya Syafi'i, dipanggilnya kang pi'i.
Semoga saja Bu Faid tidak ada di rumah atau paling tidak, tidak keluar rumah. Kang Pi'i masuk ke dalam rumah.Aku meminta Mas Al untuk pulang tapi katanya masih ingin berbincang-bincang dengan kang Pi'i.
Aku tidak mau bertemu dengan Bu Faid setidaknya untuk sekarang di saat aku datang bersama Mas Al. Aku tidak akan mau eh lebih tepatnya tidak bisa bercerita jika dia tanya siapa Mas Al. Untung kalau Bu Faid tanyanya sama Mas Al.
Kang Pi'i kembali keluar bersama.....
Oh tidak!! Kenapa harus bertemu di sini sih. Berdoa supaya nggak ketemu Bu Faid malah ketemu saudaranya. Pak Fauzi, dia guru di MTsku juga.Sedari tadi aku hanya menunduk sambil bermain ponsel. Tidak sopan sih tapi mau bagaimana lagi.
"Itu siapa Gus yang Dateng sama njenengan?" Kang Pi'i tanya sama Ma Al.
"Istri" jawab Mas Al singkat
"Oh yang dinikahi tiga bulan lalu?
"Hmm"Ada dua wanita yang datang membawa minuman juga cemilan.
Melirik Meraka sekilas. Tidak!! Hari ini sungguh sangat tidak beruntung. Kenapa juga harus bertemu mereka semua di sini. Dua wanita tadi adalah Bu Faid dan Bu Umi. Bu Umi adalah guru tahfidz di kelas program khusus saat aku masih MTs.Aku dan Mas Al duduk di kursi sedangkan yang lainnya di lantai. Kang Pi'i memperkenalkanku pada dua wanita tadi jika aku istrinya Mas Al.
Mereka kaget saat melihat wajahku. 'hehe udah tau ya Bu aku siapa?'
Pasti mereka tidak menyangka.Terlalu asik mengobrol, walau aku hanya menjadi pendengar. Hari sudah beranjak siang, jam sebelas, kami pun pamit pulang.
****************************
Kukira sore ini hanya bersantai di rumah. Tapi ternyata Mas Al kembali mengajakku pergi.
"Kemana Mas?" Tanyaku
"Ke rumah temen"
"Temen siapa?
"Ya temen lah"
CK...."siapa namanya kek atau apa"
"Dia alumni Gontor, dosen juga, mungkin kamu kenal nanti pas ketemu. Yuk lah mas udah di tunggu sama dia"
Mas Al menarik tanganku.Ruman teman Mas Al kali ini lebih jauh dari rumah kang Pi'i.
Mas Al berhenti di depan gerbang setinggi dada bercat hitam. Membuka gerbang dan masuk. Aku tau rumah ini, sangat tau. Kenapa teman Mas Al guru MTs ku sih.Seorang laki-laki keluar dan menyambut kami mempersilakan kami duduk. Laki-laki itu pak Nasrul.
Dia tidak mengenaliku atau mungkin belum ngeh jika ada aku.Sama seperti di rumah kang Pi'i tadi. Aku hanya diam. Mas Al memperkenalkanku sebagai istrinya.
"Sepertinya aku pernah bertemu dengannya" kata pak Nasrul.
"Entah, mungkin pernah, Hafi juga dosen di UIN Jogja" jawab Mas Al.
"UIN Jogja? Oh ya aku ingat saat seminar dakwah, kamu jadi narsumnya. Benar kan Hafi?"
Aku hanya mengangguk.Dia masih memandangku dengan dahi mengernyit. Pliss jangan pernah berfikir aku murid MTs nya.
"Hafidza Az-Zahrani, kelas PK angkatan 19/20 ya?" Tebaknya
Tidak!! Kenapa harus ingat si. Aku kembali mengangguk.******************
Tiga hari, waktu yang cukup untuk mengunjungi orang tua. Sekarang saatnya kami kembali ke Jogja dan berkutat dengan pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
De TodoKehidupan Hafi setelah ia menggapai semua impiannya. Kisah pernikahannya dengan mantan mafia yang sekarang menjadi mualaf. Jangan kalian pikir hidupku bahagia setelah apa yang ku impikan tercapai. ~Hafidza Az Zahrani ( Hafi) Aku adalah mantan ketua...