(Al pov)
"Cukup untuk rapat hari ini. Silakan lanjutkan pekerjaan kalian"
Semua petinggi perusahaan membereskan barangnya masing-masing dan menghambur keluar dari ruang rapat.
'drrtt' 'drrrtt'
Ponselku bergetar di atas meja rapat. Ibu is calling.
"Assalamu'alaikum bu"
"Wa'alaikumussalam, Al Hafi pingsan, kamu pulang sekarang. Ibu juga udah telfon dokter"
"Y-ya, Al pulang sekarang"
Aku mematikan sambungan telepon dan segera melesat menuju basemant. Aku sangat khawatir sekarang, aku takut terjadi sesuatu dengan Hafi ataupun calon baby kaki. Sampai di rumah aku langsung berlari ke kamar.
Di kamar sudah ada Sofiana Putri, keponakannya ibu yang kebetulan menjadi dokter kandungan.
"Hafi hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran, aku sarankan kau harus menjaganya dengan sangat baik. Jika tidak, kau bisa kehilangan salah satunya. Aku sudah menulis resep obatnya dan kau harus membelinya di apotek"
Aku hanya mengangguk dengan mataku masih menatap Hafi yang terbaring di ranjang.
"Oh dari lagi, biarkan aku menemani Hafi di sini, hanya untuk hari ini"Aku hanya berdehem singkat, Sofia itu banyak maunya juga cerewet terutama pada orang terdekatnya. Aku berbaring di samping Hafi, memeluknya dan ikut terlelap. Sebelum aku benar-benar menutup mataku, aku melihat Sofia keluar dari kamar. Mungkin merasa seperti obat nyamuk yang di acuhkan. Biar saja aku tidak peduli dengannya. Terserah apa yang akan dilakukannya.
Jam sepuluh, aku sudah bangun sejak tadi. Tapi tidak dengan wanita di sampingku. Hafi masih setia menutup matanya. 'apa mimpimu lebih indah dari kenyataan? Mas menunggumu sadar sayang'. Aku menciumi seluruh wajahnya, berharap dia bangun. Tapi nihil, Hafi tidak terpengaruh sama sekali dengan tingkahku, masih setia memejamkan matanya.aku beralih mengelus dan mencium perutnya yang masih rata. Mengajak baby berbicara.
"Bantu ayah bangunin bunda. Bilang sama bunda ayah sayang kalian"
'ceklek'
Pintu kamar terbuka. Raka masuk dan naik ke ranjang.
"Bunda kenapa ya?"
"Bunda lagi bobo. Kamu main sama ayah aja ya"
"Aku mau ikut bunda bobo aja"
"Ya udah, temenin bunda, ayah masih ada pekerjaan"
Raka mengangguk dan langsung tidur di samping Hafi, memeluknya. Aku tersenyum melihat pemandangan itu. 'Mas ada urusan sebentar. Saat mas kembali kamu harus sudah bangun' bisikku pada Hafi.
*************************
(Hafi pov)
Aku berada di tengah-tengah taman bunga yang sangat indah. Berbagai jenis bunga sedang mekar dengan di kelilingi kupu-kupu warna-warni.
"BUNDAAA....
Aku mendengar suara teriakan anak kecil yang memanggil ibunya. Aku melihat sekeliling mencari sumber suaranya. Beberapa meter di depanku, ada seorang anak kecil yang wajahnya terasa tidak asing bagiku. Tapi wajahnya mirip siapa?
Anak itu berlari ke arahku dan memelukku erat. Lama kami berpelukan, akhirnya anak itu melepaskan pelukannya. Aku berjongkok menyamakan tinggi anak itu.
"Ayah kamu dimana? Kok sendirian di sini?" Tanyaku.
"Aya ada di sana. Aku mau main sama bunda"
"Loh, bunda kam---
"Bunda"
Kalimatku terputus saat dia mengatakan bunda dengan menunjuk diriku. Lalu anak itu langsung menarikku untuk mengikutinya. Ada rasa hangat yang mendesis dalam hatiku saat anak itu memanggilku bunda.Anak itu menarikku menuju kumpulan kupu-kupu yang terbang dengan riang. Kami di kelilingi kupu-kupu. Tapi sesaat kemudian semua kupu-kupu itu terbang berpencar satu sama lain, karena anak itu mengejarnya untuk di tangkap mungkin. Aku hanya memperhatikannya berlarian menangkap kupu-kupunya. Seekor kupu-kupu hinggap di tanganku, dan aku memberikannya pada anak itu yang kebetulan juga sedang berada di dekatku.
"Hafi"
Seseorang memanggilku, selain itu aku juga melihat sepasang sepatu pantofel hitam mengkilap. Aku mendongak untuk melihat siapa pemilik sepatu hitam itu.
"Mas Al"
"Ayah"
Aku dan anak itu bersamaan memanggilnya. Aku memanggil pemilik sepatu itu 'Mas al' dan anak itu memanggil 'ayah'.
"Pulang yuk" kata Mas Al. "Cukup untuk hari ibu kamu bermain dengannya" lanjut Mas Al.
"Sekarang waktunya bunda temenin aku main di rumah" Raka tiba-tiba muncul dari belakang Mas Al.
"Aku sayang bunda. Besok-besok aku bisa main lagi sama bunda" setelah anak itu berkata, seberkas cahaya muncul di sekelilingnya. Lama-kelamaan semakin terang mengelilingi anak itu dan anak itu seketika menghilang.
Sesuatu terasa menarikku dan yang kulihat adalah langit-langit sebuah ruangan. Ruang kamar. Pintu terbuka, Mas Al masuk dengan seorang perempuan berpakaian jas putih bersih. Wajah perempuan itu mirip dengan seseorang. Aku tahu dua siapa, dia Sofiana.
Sofi selesai memeriksaku dan memberi nasihat agar aku makan makanan yang bergizi juga meminum vitamin. Lalu Sofi pamit kembali ke rumah sakit tempatnya bekerja. Mas Al membantuku duduk bersandar di kepala ranjang. Mas Al juga ikut duduk di sebelahku. Sebelum Mas Al memelukku, ponselnya bergetar terlebih dulu.
"Besok Mas harus ke Jepang, ada masalah di perusahaannya" katanya setelah selesai menerima telfon.
"Berapa hari?"
"Tiga atau tujuh haru mungkin"
"Oh,, terus kenapa mukanya kaga gitu"
"Mas khawatir sama kamu"
"Aku ngga papa di tinggal"
"Tapi---
"Mas pergi aja, di sana Mas lebih di butuhkan. Aku siapin bajunya ya" aku menawarkan untuk mengemasi baju dan semua yang di perlukan tapi Mas Al melarang dan menyuruhku kembali istirahat. Aku menurut dan kembali merebahkan diri. Saat aku hampir terlelap, sebuah tangan melingkar di perutku. Mengusapnya perlahan dengan lembut.
"Kenapa tidak memberitahu mas jika kamu hamil" Mataku yang sudah terpejam langsung terbuka setelah mendengar perkataan Mas Al. Meskipun mendengar perkataan Mas Al, aku tidak berniat menjawab dan hanya diam.
"Oke, Mas nggak memaksa kamu Untuk mengatakan alasannya"
Setelah itu aku kembali memejamkan mata, mengarungi alam mimpi. Begitu juga dengan Mas Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
RandomKehidupan Hafi setelah ia menggapai semua impiannya. Kisah pernikahannya dengan mantan mafia yang sekarang menjadi mualaf. Jangan kalian pikir hidupku bahagia setelah apa yang ku impikan tercapai. ~Hafidza Az Zahrani ( Hafi) Aku adalah mantan ketua...