20. Cemburu?

34.1K 3.8K 139
                                    

"Wah hari Minggu banget ya? Saya nggak bisa, sudah ada janji sama Carissa. Kamu pesankan bunga aja ya, Vi," ujar Bagas saat membaca undangan pernikahan putri salah satu direktur Next.

"Baik, Pak. Nanti saya pesankan bunga."

"Oh ya satu lagi. Kamu kasih undangannya ke Ane ya, suruh dia datang wakili perusahaan."

"Baik. Ada lagi, Pak?"

"Cukup. Thank you, Vi," ujar Bagas sebelum sekretarisnya pamit keluar.

"Cantik," ujar Arga yang sedang duduk di sofa tamu Bagas saat Vivi baru saja menutup pintu. Mereka tengah berbincang mengenai pengalaman kerja Arga yang sudah mencapai satu bulan di Next saat undangan pernikahan putri director of FRM (Finance Resource Management) Bagas dapati.

"Pepet aja, single tuh," ujar Bagas santai.

Arga menggeleng, kemudian sembari mengecek ponselnya, ia berujar, "ada yang lebih cantik."

"Who?" tanya Bagas penasaran yang dibalas Arga dengan senyum simpul sambil tetap fokus pada ponselnya.

"Ariadne kan?" tebak Bagas langsung. Ia menaikkan satu alisnya, menatap Arga tajam.

Alih-alih menjawab, Arga justru menanggapi dengan tertawa. Pria itu tengah membalas pesan di ponselnya dan mengabaikan Bagas.

"Jangan Ane, Ga," ujar Bagas memperingatkan dengan nada serius.

"Ck. Apa sih? Orang Jacinta Kirana," sindir Arga menyebutkan nama salah satu news anchor kebanggaan Next yang sangat dikagumi Bagas. "Kidding, Bro," lanjutnya kemudian menyimpan kembali ponselnya di saku celana.

***

Arga Joseph: Sore Ane, datang ke acara pernikahan putri Pak Bachtiar hari minggu besok?

Pesan Arga muncul bersamaan dengan Vivi yang ke ruangan Ane mengantar undangan pernikahan.

"Kata Pak Bagas, Kak Ane disuruh datang wakilin Pak Bagas. Soalnya Pak Bagas berhalangan," kata Vivi.

Ane menghela napasnya. Ane ingin menolak kalau saja ia tidak ingat visi HR yang menjembatani antara perusahaan dan karyawan. Menjadi kepala di HR membuat posisinya menjadi representasi dari perusahaan Next bagi karyawan.

"Oke," jawab Ane mengiakan diikuti Vivi yang berpamitan.

Ane menaruh undangan yang baru saja diantarkan Vivi. Kemudian ia mengambil undangan yang sama, yang diantarkan sekretaris Pak Bachtiar padanya siang ini. Sebuah undangan emas pernikahan putri Pak Bachtiar, direktur bagian finance resource management—lebih sering disebut FRM—diadakan hari Minggu ini. Tidak sembarang karyawan diundang. Kalau bukan bagian penting dari perusahaan, Ane tak yakin dirinya akan diundang. Kabar Ane akan segera menjadi GM sudah terdengar ke karyawan perusahaan—terutama di level manajerial—membuat mulai banyak orang yang sengaja mendekatkan diri pada perempuan itu. Kalau kata teman-temannya, PDKT dengan HR itu perlu demi kemudahan dan kelancaran pekerjaan, terlebih dalam proses meminta tanda tangan untuk persetujuan perjalanan dinas, promosi, request replacement atau new position untuk karyawan.

Ane menyambar ponselnya, kemudian mulai mengetikkan sesuatu.

Ariadne: Saya datang

Tak sampai lama, pesan tersebut dibalas lagi.

Arga: Mau bareng saya? Saya juga diundang

Ane tak langsung membalas. Kali ini pesan Arga dibiarkan menggantung karena perempuan itu lebih memilih untuk kembali berkutat dengan slide presentasi sidang promosinya yang akan dilaksanakan besok.

The Only Exception [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang