Halo untuk part ini aku pakai point of view orang ke-3. Jadi ingat, kalau nggak ada gambar Ariadne atau Genta di awal part, berarti point of view-nya orang ke-3 yaa. Oh ya, part ini cukup singkat karena sebenarnya ini part penyambung aja yang nggak cocok kalau dijadikan satu kesatuan dengan part lainnya. Enjoy!
***
"Ne? Udah belum?" tanya Genta dari luar pintu kamar Ane.
"Udah, wait." Usai memoles gincu merah pada bibirnya, Ane langsung membuka pintu kamar dan mendapati Genta sudah rapi menggunakan kemeja batik sutera lengan panjang yang dulu ia hadiahkan.
"Wuidiih dipakai juga nih hadiah dari gue," kata Ane yang menuai senyuman Genta. "Kok lo bau om-om banget sih, Ta?" imbuh Ane mengomentari parfum Genta yang seperti bau om-om perlente di Pondok Indah Mall.
"Ah yang benar? Anjir, gue ganti baju dulu deh," kata Genta yang menjadi insecure.
"Eh eh jangan, gue bercanda. Udah bagus kok pakai ini. Jangan baper," kata Ane menahan tawa.
Malam ini Ane mengenakan pink-brokat-dress dengan kerah sabrina, jenis kerah favorit Ane. Bagi Ane, tulang selangkanya yang menonjol adalah aset berharga. Tingkat kepercayaan dirinya bisa naik 3 kali lipat bila mengenakan baju yang menonjolkan tulang selangka. Beberapa mantan kekasihnya mengakui bahwa tulang selangkanya yang menonjol adalah bagian tubuh Ane yang paling menggoda.
"Bagus deh baju lo," komentar Genta sebelum mereka memasuki mobil.
"Ah jadi ge-er nih gue."
"Tapi jangan sering-sering dipakai kondangan ya, Ne," lanjut Genta yang membuat Ane menoleh untuk menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Kenapa?" tanya Genta yang tidak peka bahwa Ane menunggunya melanjutkan kalimat.
"Kenapa gue nggak boleh sering-sering pakai?" tanya Ane.
"Too sexy. Pengantinnya minder nanti," jawab Genta sambil tertawa pelan.
"Astaga. Kirain kenapa," kata Ane..
Perjalanan dari Bintaro ke kawasan Kebayoran Baru cukup lancar malam ini. Genta dan Ane kini berjalan beriringan menuju ballroom hotel tempat dilangsungkannya pernikahan.
"Ta, pelan-pelan," kata Ane. Perempuan itu berjalan menggunakan ankle strap stiletto dengan tinggi 12cm berusaha menyamai langkah Genta. Genta langsung memperlambat langkahnya, ia menyadari Ane yang terlihat kesulitan menyamai langkahnya. Dengan gerakan gentle, Genta melingkarkan tangan kirinya ke pinggul Ane.
"Ne, banyak kolega gue. Kita yang akrab ya," bisik Genta di kuping Ane yang langsung diangguki Ane.
Ini kali pertama mereka pergi ke kondangan sebagai sepasang suami istri. Rasanya aneh bagi Genta membawa perempuan yang berstatus istrinya di kondangan. Ia jadi teringat bahwa dulu Karen jarang sekali mau ikut menghadiri pesta pernikahan dari kolega Genta. Karen tidak senang bila menjadi pusat perhatian di lingkungan yang bukan circle-nya. Hanya Genta yang sesekali waktu menemani Karen menghadiri pesta pernikahan dari teman-teman artisnya.
"Selamat malam. Silakan diisi," kata seorang gadis penjaga buku tamu. Ane membalas dengan senyum simpul, kemudian diraihnya pena untuk menulis di buku tamu.
Mr. & Mrs. G.O.D. (Brata & Partners)
Genta tertawa membaca kalimat yang dituliskan Ane pada buku tamu tersebut. Mr. & Mrs. G.O.D. Rasanya sedikit aneh membaca tulisan itu. Membayangkan Ane sebagai Mrs. G.O.D. membuatnya terkekeh sendiri. Ia beberapa kali menghadiri pernikahan bersama Karen, namun mantan tunangannya itu selalu menuliskan nama "Karenina Syach" saja pada setiap buku tamu yang ada. Maka dari itu, membaca Mr. & Mrs. G.O.D. terasa sangat asing sekaligus menarik bagi Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Exception [END]
RomancePesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...