Pesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ulang tahun Papa adalah perayaan wajib tahunan bagi keluargaku. Kami harus berkumpul untuk merayakan Papa yang memotong tumpeng super besar buatan Tante Rinda. Sejak jauh-jauh hari, Tante Rinda sudah menerorku dan Genta untuk pulang ke rumah merayakan ulang tahun Papa yang ke 55. Dan pagi ini, pukul 8 kami sudah dalam perjalanan menuju rumah orang tuaku.
"Ne, ambil kotak di belakang deh," ujar Genta yang sedang fokus menyetir. Pandangannya lurus ke jalanan, sesekali melirikku.
Aku mengunci layar ponselku, lalu menaruhnya di atas dashboard. Kucondongkan tubuhku ke jok belakang, ada dua kotak hadiah yang berada di jok penumpang. Yang satu berukuran besar, yang satu berukuran kecil. "Yang mana?" kataku.
"Dua-duanya," jawab Genta. "Buka deh."
Kuraih kedua kotak itu kemudian membuka kotak kecil yang dibungkus kertas kado warna merah metalik. Mulutku menganga saat kulihat kotak warna cyan bertuliskan Tiffany & Co.
"Wow," kataku saat melihat sebuah kalung emas dengan liontin bentuk ranting dan daun bertabur batu permata yang kutebak adalah berlian.
"Wah gila," ujarku takjub. Apakah Genta akan memberikannya padaku? Ah, aku sudah percaya diri sekali. Kalung ini begitu indah. Tak mungkin Genta menyuruhku membuka kalau tak akan diberikan kepadaku, bukan?
Alih-alih menjawab, Genta malah menyuruhku membuka kotak yang lainnya. "Buka dulu yang satunya."
Kututup kembali kotak Tiffany & Co. yang—jujur saja—baru pertama kali kulihat secara langsung, kemudian kubuka kotak satu lagi yang berukuran lebih besar. Sebuah Apple Watch series 6 berwarna pink. Sungguh cantik sekali! Apakah ini juga untukku? Baik sekali Genta!
Genta melirik isi dari hadiah itu. Kemudian ia terlihat berpikir sejenak. "Yang kalung buat Tante Rinda, yang jam buat Anya," ujar Genta.
Pupus sudah harapanku. Kupikir ia akan memberikan ini untukku. Yang benar saja?! Buat apa Genta menyuruhku membuka kado-kado ini dari bungkusnya kalau ini bukan untukku? Dengan perasaan kecele, kutaruh lagi kedua kotak itu di jok belakang. Tak lupa, kulempar secara kasar bungkus kado yang sudah tak berbentuk itu. Memang berharap diberi hadiah dari orang-orang terdekatku hanya akan membuatku kecewa. Seharusnya aku sudah paham hal itu.
Namun buat apa Genta memberikan kedua benda mahal itu untuk Anya dan Tante Rinda? Yang benar saja? Ini kan ulang tahun Papa, kenapa Anya dan Tante Rinda yang dapat hadiah?
"Gue dikasih klien gue," Genta menjelaskan. Aku tahu bahwa ia sering mendapat hadiah-hadiah dari kliennya sebagai ungkapan terima kasih karena sudah menangani kasusnya dengan baik. Namun, apakah semewah ini? Aku tidak tahu pasti berapa harga kalung tadi. Tapi yang jelas aku paham betul bahwa tidak mungkin kalung Tiffany & Co. seperti itu dihargai kurang dari 10 juta. Kalau tahu pekerjaan lawyer semenyenangkan ini, aku dulu memilih jurusan hukum.