Jujur, aku pikir aku udah post bab ini. Ternyata belum hahaha. Oke besok aku akan post lagi. Enjoy!
***
Suara pemusik melantunkan lagu bertemakan cinta menambah romantis suasana. Aku dan Genta sepakat tidak mengizinkan elegi dibawakan malam hari ini. Bagi kami, sebuah pesta pernikahan haruslah ceria dan tidak boleh ada unsur-unsur patah hati di dalamnya, meski kami yakin bahwa barisan para mantan—terutama mantanku—sedang menangis tersedu-sedu malam ini. Aku memutuskan tidak mengundang mantan-mantanku, hanya Edgar—yang sebenarnya tidak tepat disebut mantan—yang kuundang. Aku cukup tahu diri pada mereka yang pernah kupatahkan hatinya juga agar tidak mengacaukan suasana malam ini. Berbeda dengan Genta yang mengundang banyak mantannya. Mantan casanova itu sepertinya ingin pamer dan cari perhatian saja.
Kakiku rasanya remuk. Setiap komponen tulangku seakan mau copot dari sendi-sendi yang mengaitkan. Meski ada balok kayu yang menyangga kakiku agar tinggiku dan Genta setara, tetap saja, berdiri selama 2 jam di atas pelaminan sungguh melelahkan. Ditambah, aku harus menyuguhkan ekspresi palsu. Ekspresi penuh kebahagiaan seakan-akan pernikahan ini didasari cinta.
Malam ini Genta terlihat tampan. Aura menawannya sungguh terpancar. Aku tak pernah tidak mengakui ketampanan sahabatku. Namun malam ini beda. Mungkin inilah yang dinamakan kekuatan sakti pemaes? Cincin emas putih sudah tersemat di jari manis kami masing-masing. Aku masih ingat saat tadi siang ia menyematkan cincin ini di jari manisku dengan tangannya yang gemetaran. Sahabatku sendiri, pria yang kukenal dekat lebih dari separuh hidupku, kini ia yang resmi menjadi suamiku. Suami. Kata yang terasa asing untuk mendeskripsikan Genta. Suami. Sebuah konsep rumit yang tidak pernah kupercaya sebelumnya. Terpikir memiliki suami saja, aku tidak pernah. Selama ini aku selalu kukuh dengan mengatakan tidak ingin terikat dalam tali pernikahan. Namun permintaan Genta 3 bulan lalu, membuatku harus menjilat kembali ludahku. Semua demi Genta dan Anya. Awas saja kalau sampai Anya, adikku itu tidak jadi menikah atau mengundur rencana pernikahannya tahun depan.
Dari tadi, kami bahkan tak sempat duduk. Tamu yang begitu banyaknya silih berganti menyalami kami di pelaminan. Padahal aku ingin sekali mingle dengan para tamu. Kulihat dari kejauhan, ada Kirana yang datang bersama.. oh my God. Garin Rahadian datang ke pesta pernikahanku? Aktor tampan yang aktingnya selalu kukagumi. Wait. Ada hubungan apa antara Garin dan Kirana? Kakaknya kah? Atau kekasih? Tapi bukankah Kirana berpacaran dengan Mas Bagas?
"Ta, lo undang Garin Rahadian?" bisikku pada Genta.
"Hah? Enggak lah. Garin temennya Karen?" orang yang kutanya malah bingung.
"Kok dia datang?" tanyaku. Genta mengikuti arah pandangku. Garin dan Kirana kini naik ke atas panggung. Kirana tampil cantik malam ini dengan balutan gaun satin berwarna pink pastel. Sepertinya MC memberikan akses eksklusif bagi Kirana, sehingga Kirana dan Garin diizinkan naik ke pelaminan mendahului tamu-tamu yang masih berbaris.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Exception [END]
RomancePesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...