15. Ketiduran

32.9K 4K 52
                                    

Sesuai janjiku, kalau vote-nya banyak aku pasti update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai janjiku, kalau vote-nya banyak aku pasti update. Hehehe gara-gara koronces nggak bisa malming ke luar, jadi yasudahlaah malam minggu nulis part ini. Enjoy!

***

Aku tak bisa menahan tawa melihat Genta. Pria yang tadi malam lemah tak berdaya itu kini sudah enteng tiada beban seakan-akan kejadian tadi malam itu tak pernah ada. Kini Genta sedang sibuk bermain play station-nya di ruang keluarga. Sementara aku duduk di sampingnya sembari membaca timeline Twitter dan sesekali tertawa mengejeknya.

Aku masih ingat saat pagi tadi Genta diizinkan pulang. Dokter jaga mengatakan Genta hanya masuk angin karena terlambat makan. Asam lambungnya naik sehingga menyebabkan gas berlebih di lambungnya. Alih-alih makan, sesampainya di rumah setelah ia lembur kemarin, Genta justru tidur karena tak kuasa menahan kantuk. Itulah yang menyebabkan maagnya kambuh dan memicu masuk anginnya.

"Kenapa sih? Nggak lucu tau. Orang sakit kok diketawain," gerutu Genta yang masih fokus pada permainan FIFA.

"Kocak lo, Ta. Hahahaha. Dasar pria lemah. Nggak usah sok-sokan lembur sampai pagi lagi lo," ejekku sambil tertawa.

Genta langsung menghentikan permainannya. Ditaruhnya stick PS-nya itu kemudian duduknya diubah menghadapku. Ia menyipitkan matanya kemudian mencondongkan tubuhnya ke arahku.

Ia memicingkan matanya. "Bilang apa barusan?"

"Dasar pria lemah," ulangku menahan tawa.

"Lemah?" ulangnya sembari menaikkan satu alisnya.

"Emang apa lagi? Seorang Genta, senior associate di B&P, masuk angin karena lembur. Diketawain sama junior lo tuh kalau mereka tau Abang GOD yang jadi model website B&P ternyata masuk UGD karena masuk angin gara-gara lembur," kataku.

"Enak aja lo! Awas kalau lo sakit di rumah ini nggak gue tolong," ancamnya sambil menggelitik perutku.

"Hahahaha! Ta, stop! Aduh nggak kuat!" ujarku menahan geli. Tanpa ampun, Genta menghujaniku dengan gelitikan.

"Rasain lo!"

Bruk!

Karena terlalu banyak menggelinjang, tubuhku sampai ambruk terjatuh dari sofa. Posisiku kini berada di lantai. Sementara Genta masih terduduk di sofa, membungkuk sambil terus menggelitikiku.

"Minta ampun nggak?" kata Genta.

"Enggak. Hahahahaha. Kan kenya-hahaha-kenyataannya begitu," kataku tersengal-sengal. Genta menghentikan gelitikannya. Kemudian ia mengunci kedua tanganku di depan dada.

"Harus dikasih pelajaran nih," katanya. "Minta ampun atau gue cium?"

Mataku sontak terbelalak. Ancaman macam apa ini? Kenapa jadi mencium? Kami berpandangan beberapa detik sebelum akhirnya aku menjawab.

The Only Exception [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang