8. Anything for My Ane

39.1K 4.4K 84
                                    

Kepindahan Genta ke apartemenku membuat baru suasana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepindahan Genta ke apartemenku membuat baru suasana. Semula, unit apartemen yang terdiri dari 2 kamar tidur terasa sepi dan luang dengan dihuni olehku sendiri. Hanya sesekali aku merasa ramai, yakni di akhir pekan bila Genta atau Karen menginap—meski terkadang Edgar yang menginap untuk pulang di pagi harinya. Jangan bayangkan apartemenku ini apartemen mewah dengan furnitur kayu nan futuristik dan lantai marmer yang mengkilap. Apartemen yang sudah kuhuni selama 5 tahun ini hanya apartemen menengah dengan furnitur seadanya. Tak banyak barang-barang di dalamnya karena aku cenderung rapi dan tidak suka menyimpan banyak barang. Lokasinya yang sangat strategis dan dekat dengan kantorku membuatku rela mengeluarkan kocek lebih untuk apartemen yang tergolong tua ini.

Sudah seminggu ini apartemenku terasa hidup. Barang-barang Genta mulai menguasai di setiap sudut unitku. Stick golf, sepatu-sepatunya, baju-baju kotor Genta, dumble, dan gitar listrik kesayangannya, semua tergeletak sembarangan di ruang tamu meski sudah berulang kali kubereskan. Kata Genta, barang-barang itu sudah tak cukup bila dimasukkan ke kamarnya. Tinggal bersama Genta selama satu minggu juga membuatku tahu kebiasaannya. Genta selalu bangun lebih pagi dariku. Pukul 6 pagi biasanya ia sudah terjaga dan memulai aktivitas sehatnya, lari pagi dan kemudian angkat beban. Ia sering mengajakku untuk olahraga pagi, namun selalu berakhir lemparan bantal olehku karena ia menggangguku yang masih berada di alam mimpi.

Biasanya, aku terbangun pukul 7 pagi untuk selanjutnya mandi dan bersiap ke kantor. Kebiasaanku adalah aku tidak pernah sarapan, dan itu berbeda sekali dengan Genta. Pukul 7, Genta sudah siap dengan kemeja kerjanya sembari menyantap sarapan dan membaca entah apa dari iPad-nya. Sudah seminggu ini Genta selalu menyiapkan sarapan untukku, entah itu ia membeli menu breakfast dari McDonald's atau ia yang sekadar membuat telur goreng matang sempurna dengan nasi. Sebenarnya perutku tidak terbiasa menerima asupan makanan di pagi hari, tapi menolak apa yang sudah disiapkan Genta akan lebih tidak enak. Jadilah aku bangun 15 menit lebih awal untuk sarapan bersama.

Kebiasaan lain Genta yang baru kuketahui adalah ia sering kali bertelanjang dada. Katanya, ia lebih senang tidur dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer. Aku tidak terganggu dengan kebiasaannya itu. Untung saja tubuh Genta enak dipandang. Hidup bersama Genta dalam satu atap juga membuatku mengubah kebiasaanku yang selalu mencopot bra ketika di dalam apartemen. Keberadaan Genta membuatku harus menjaga penampilanku untuk tidak terlalu vulgar, salah satunya dengan mengenakan bra tiap keluar kamar dan juga membawa pakaian ganti ke kamar mandi. Selama ini, saat aku pulang kerja, aku selalu mencopot seluruh pakaianku baru kemudian ke kamar mandi. Sehingga dari kamar mandi, aku berjalan dengan lilitan handuk ke kamarku untuk mencari pakaian. Tapi kini aku sudah tidak bisa seenaknya, aku harus lebih sopan di depan Genta.

Jangan pikir kami akan banyak bicara selama tinggal bersama. Pertemuan kami lebih banyak di pagi hari. Intensitas lembur kami sama-sama banyak. Baik aku dan Genta kerap pulang larut di atas pukul 9 malam, sehingga kami jarang bertemu dan bertegur sapa. Lebih banyak aku yang lebih dulu pulang, kemudian disusul Genta. Sejak dulu sebelum kami menikah, aku sangat tahu bahwa ia terbiasa pulang lewat tengah malam. Aku sangat tahu betapa berat pekerjaan seorang senior associate seperti Genta, terlebih bila ia sedang menangani kasus. Pulang subuh sudah biasa baginya. Hal itu sebanding lah dengan upahnya yang tidak perlu diragukan lagi.

The Only Exception [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang