Pesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai, aku nggak preview dulu tapi langsung posting. Tolong koreksi kalau ada typo atau kalimat rumpang. Enjoy!
***
Jam makan siang di hari Jumat selalu jadi favoritku karena setelahnya aku akan sedikit bermalas-malasan untuk menunggu jam pulang. TGIF kalau kata kami para pekerja kantoran. Kali ini aku memilih makan di kantin bersama dengan timku. Meski terasa ada sekat dan kecanggungan, namun aku harus bisa membiasakan diri untuk akrab bersama mereka. Tak ada lagi Edgar dan teman-temannya yang bisa kuajak bergabung untuk makan siang. Kini aku hanya bisa melihat meja pojok kantin—tempat Edgar bersama timnya biasa makan—dengan tatapan miris.
"Mbak, kemarin aku ketemu Garin Rahadian di kantor. Lagi jemput pacarnya. Sekarang udah go public ya?" ujar Gita di sela-sela makan.
"Hah iya? Di mana? Kok tau-tauan aja jemput Kirana?" tanyaku mencoba untuk tertarik dengan topik seputar selebriti.
"Iya, aku sama Vera lagi ke Coffe Bean kan, terus kita ngelihat Garin lagi ngobrol sama Karenina Syach. Habis itu nggak lama ada Bu Kirana datang. Terus cabut deh mereka," ceritanya. Aku menjadi tertarik saat Gita mengatakan ada Karen di gedung ini. Ingatanku berputar saat kami masih bersahabat dulu. Setiap Karen datang menjadi bintang tamu di gedung Next, ia selalu lapor padaku dan kemudian diakhiri dengan Karen yang bertamu ke ruanganku untuk menungguiku sampai selesai kerja.
"Yang cabut Garin sama Karen?" tanyaku.
"Ya enggak, Mbak. Garin sama Bu Kirana," jawab Vera. "Karenina Syach-nya ditinggal sendiri," lanjutnya diimbuhi tawa. Aku hanya mengangguk saja.
"Karenina Syach sudah lama nggak main ke ruangan kita, Mbak?" celetuk Marta yang langsung menuai pelototan dari Vera dan Gita. Sementara aku hanya tertawa pelan. Marta ini paling tidak peka. Sementara Vera dan Gita sepertinya paham bahwa hubunganku dengan Karen sudah tidak sama seperti dulu. Mungkin mereka juga termakan isu miring tentang aku sebagai orang ketiga di balik kandasnya pertunangan finalis Miss Indonesia itu dengan Genta Orion Dhaneswara.
"Kenapa?" tanya Marta yang masih tidak peka terhadap pelototan kedua temannya.
"Mereka ngasih kode ke kamu supaya nggak nanyain perihal Karen ke aku. Aku sama Karen... begitu deh," kataku menjelaskan dengan santainya.
Mereka bergeming, bingung memberi respons pada pengakuanku. Otak Marta langsung tersambung, ia menjadi tidak enak padaku.
"Nggak apa-apa. Emang aku sama Karen nggak sedang baik-baik ajaa," kataku santai mencoba mencairkan suasana. "Emang versi yang kalian tau gimana sih tentang aku, Genta, dan Karen?" tembakku langsung pada mereka.
Gita dan Vera langsung salah tingkah. Mereka saling berpandangan satu sama lain untuk menyuruh menjawab duluan.
"Mbak Ane pasti tau lah. Masa' kita harus jelasin lagi?" jawab Gita pelan-pelan.