Plaza Senayan di malam hari selepas jam pulang kantor menjadi pilihan kedua manusia yang tengah duduk di sebuah restoran dengan red velvet terkenalnya untuk bersua. Kedua manusia yang memiliki kepentingan masing-masing itu sedang berusaha mencari titik temu kesepakatan. Yang perempuan terus menawarkan benefit yang akan di dapat sang pria bila bergabung dengan perusahaan tempatnya bernaung. Sedang yang pria hanya duduk santai mendengar penjabaran sang perempuan yang terlihat menggebu-gebu sedaritadi.
"Bagas iming-imingi kamu apa sih?" tanya pria itu.
"Lebih tepatnya, setelah saya lihat CV kamu dan dengar penuturan Bagas, saya langsung berkeinginan untuk approach kamu bergabung sama Next. Melihat kualifikasi kamu, tentu itu sangat mumpuni," jawab Ane. Mereka sudah sepakat untuk menghilangkan panggilan "Pak" dan "Bu" saat mengetahui usia mereka hanya terpaut beberapa bulan saja.
"Jujur ya Ane, saat Bagas telepon saya untuk mengajak saya bergabung ke Next itu saya kurang tertarik. Caranya merekrut orang nggak asyik. Jadi ya saya sekalian mau ngerjain sepupu saya itu. Saya mau lihat bagaimana usaha dia, at least buat saya jadi tertarik," katanya kemudian tertawa singkat. "Ternyata dia malah mengutus orangnya buat approach saya. Well, penuturan kamu dari tadi buat saya makin tertarik," lanjutnya.
Arga, begitu ia disapa. Penuturan Arga memberi angin segar untuk Ane. Ada secercah harapan yang muncul. "So? Will you take this opportunity?" tanya Ane perlahan.
Arga kemudian menegakkan duduknya. Kedua tangannya ditautkan di atas meja. "Saya ajukan one month notice dulu ya ke perusahaan yang sekarang," katanya.
Senyum lebar mengembang dari wajah Ane kala ia berhasil menyelesaikan task penting yang dipercayakan Bagas padanya. "Ok. Take your time. Kamu bisa hubungi saya lagi untuk kasih kepastian effective date kamu di Next sekalian sign contract-nya," kata Ane yang diangguki Arga. Ane sangat puas mengingat ini adalah pengalaman pertamanya untuk melakukan offering pada kandidat sekelas division head. Biasanya, yang melakukan offering di perusahaannya adalah internal HR, yang mana merupakan tim April, bukan timnya.
"Oke. Nanti saya hubungi kamu ya. Terima kasih loh sampai effort begini."
"Ah enggak kok, Arga. Memang sudah pekerjaan saya," kata Ane.
"Ya sudah lah kalau begitu. Berhubung sudah jam 8 juga, we better just end this meeting saja kali ya?"
"Yep. Oke kalau begitu. Sekali lagi saya berterima kasih banyak ke kamu karena sudah mau meluangkan waktu, terlebih terima offering saya ini," kekeh Ane sebelum mereka benar-benar menyudahi pertemuan.
***
Ane baru sampai rumah pukul 10 malam. Selepas ia bertemu dengan Arga tadi, ia tak langsung pulang. Ia menyempatkan diri untuk berbelanja di sana seakan memberikan apresiasi pada dirinya yang berhasil melakukan offering dengan Arga. Tubuhnya kini terasa lelah namun hatinya sungguh berbahagia. Kini ia hanya tinggal menyiapkan materi untuk presentasinya.
Baru saja ia selesai melakukan ritual mandi, kemalangan langsung menimpanya. Ane menjerit saat mendapati sepasang cicak—hewan yang amat dibencinya—bertengger di dinding kamarnya. Ia sudah pernah menduga bahwa lubang saluran AC yang mengarah keluar kamarnya itu bolong terlalu lebar sehingga memungkinkan hewan kecil yang ia benci untuk masuk. Kalau seperti ini, Ane menjadi risau sendiri. Belum lagi, Genta tak kunjung pulang. Ane langsung mencari ponselnya untuk menghubungi sahabatnya itu.
Ariadne: Genta pulang kapan?
G.O.D.: Bentar lg paling. Knp?
Ariadne: Gue boleh nggak tidur di kamar lo? Switch aja buat semalem. Pliss
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Exception [END]
RomancePesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
![The Only Exception [END]](https://img.wattpad.com/cover/200767549-64-k174844.jpg)