Pesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kepalaku rasanya mau pecah. Mengurus Svarpa yang sedang kacau-kacaunya ternyata semelelahkan itu. Serikat karyawan di sana juga memberikan tuntutan berat soal upah meski tahu perusahaan sedang gonjang-ganjing. Imbas dari penggelapan uang yang dilakukan sekelompok manajerial di Svarpa membuat kepala divisi human capital dan beberapa timnya ikut dipecat. Akibatnya, proses payroll menjadi terhambat. Siapa yang dapat mengurus payroll di waktu mepet seperti ini? Mau tidak mau, April dan seorang dari Mahendra Indonesia di pusat, harus meluncur ke Bandung untuk diperbantukan.
Sudah seminggu ini aku lembur setiap harinya. Aku yakin uang lemburku yang dibayarkan di bulan depan akan tinggi. Untungnya Genta tak protes soal ini, justru ia selalu menyemangatiku dan mengantarku ke kantor setiap pagi.
Sebenarnya sayang melewati minggu-minggu ini dengan lembur lantaran Genta sedang tidak padat kerjaannya. Kalau tidak ada masalah ini, aku bahkan bisa menghabiskan banyak waktu dengsn Genta. Agaknya, iming-iming bonus 5x gaji yang nominalnya bisa langsung untuk membeli 1 unit city car dengan lunas, lebih menggiurkan untuk kugapai ketimbang memghabiskan waktu dengan Genta.
Genta.. aku tidak percaya bagaimana sekarang memikirkannya saja bisa membuatku senyum-senyum sendiri. Melihatnya, bersamanya, berada di dekatnya, semua membuat diriku seperti bermandikan bunga-bunga. Ternyata jatuh cinta semenyenangkan ini. Harapanku, ini menjadi abadi. Harapanku, ini tidak hanya rasa sementaraku saja. Dan harapanku, aku tidak akan merasakan luka yang sama seperti yang dirasakan Mama.
Aku tengah bersama Mas Bagas malam ini. Setelah lembur bersama, ia memintaku untuk menemaninya makan malam. Sudah hal biasa belakangan ini untuk menemani Mas Bagas makan malam lantaran kami sama-sama lembur.
"Saya lagi jatuh cinta, Ne," ujarnya random. Aku hampir tersedak mendengarnya. Membayangkan bosku yang posisinya maha tinggi mengatakan hal random sepertinl ini sangat aneh. Mungkin ia tidak bisa membendung lagi perasaannya, sehingga ia butuh tempat menuangkan. Dan satu-satunya orang yang terjebak untuk mendengar ceritanya adalah aku.
"Wah, bagus dong Mas. Enak kan rasanya?" tanggapku. Dalam hati aku juga ingin menambahkan bahwa aku juga sedang jatuh cinta.
"Meskipun keadaan lagi carut marut begini, rasanya hati selalu adem. Tiap ingat dia, duh, rasanya gundah gulana hilang seketika," ujarnya berhasil membuatku meloloskan tawa.
"Mas Bagas ini curhat ceritanya?"
"Anggap aja gitu. Bosen saya ngomongin kerjaan terus. Sekali-sekali ngomongin kehidupan saya, boleh lah?" saat berkata demikian, hatiku terenyuh. Membayangkan duda satu anak seperti Mas Bagas yang selain harus mengurus anak juga harus mengurus ribuan karyawan, membuatku meringis. Aku meyakini ia benar-benar sibuk sampai ia tidak punya kehidupan sosial yang baik atau teman untuk cerita. Lagi pula, hari-harinya sibuk mengurusi urusan kantor—belum lagi Svarpa—dan putri sematawayangnya yang masih SD. Seisi kantor tahu Mas Bagas sangat menyayangi putrinya. Ia tipe family man andai saja keluarganya utuh. Sayangnya Nyonya Bagaskara Mahendra sudah berpulang lebih dulu meninggalkan Mas Bagas berdua dengan Carissa, anaknya.