Tubuhku lemas setelah dihajar rapat 3 kali dalam sehari. Mas Bagas dan Edgar memang sialan. Dua pria itu mengerjaiku tak habis-habisnya. Pembukaan direktorat baru di Next membuatku yang single fighter ini sengsara. Permintaanku sederhana kepada mereka. Kepada Edgar, kuminta agar dia tak banyak mau dan memengaruhi Mas Bagas untuk mau merekrut division head untuk HR. Sementara kepada Mas Bagas, permintaanku hanya dicarikan saja kepala divisi HR sehingga tugasku tak merangkap HR internal. Seharusnya struktur di perusahaan ini dipimpin oleh CEO, yang mana Mas Bagas menjabatnya. Di bawahnya CEO, terdapat jajaran direktur yang memimpin sebuah direktorat. Dalam direktorat, terbagi lagi dalam divisi-divisi yang dipimpin para division head. Para division head itu membawahi department head yang memimpin departemen. Departemen bukan kelompok terkecil dalam perusahaan ini. Beberapa departemen terbagi lagi dalam bagian-bagian kecil yang dipimpin oleh section head. Khusus untuk HR berbeda dengan yang lainnya. HR sendiri merupakan sebuah divisi khusus yang berada langsung di bawah CEO. HR dalam perusahaan ini terbagi menjadi internal relation dan external relation. Spesialisasiku sendiri yaitu HR external relation, yang mana basic-ku sebagai recruiter. Namun karena ketiadaan division head, aku terpaksa merangkap sebagai department head bagi HR internal relation—yang mana department head-nya sedang cuti melahirkan selama 3 bulan—serta sebagai HR division head.
Baru saja kuhempaskan tubuhku di sofabed saat pintu apartemenku diketuk. Tak mungkin Edgar karena pria itu mengatakan akan langsung pulang ke rumahnya setelah selesai rapat tadi. Kemungkinan besar adalah Genta, pria yang tak berhenti mengejarku sejak kemarin lusa.
"Ane, pas banget lo ada," ujarnya saat kubukakan pintu. Pria itu langsung mencopot sepatu dan kaos kakinya, kemudian menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang kini sudah beralih fungsi menjadi sofabed.
"Ngapain lo?" tanyaku ketus.
"Main lah, apa lagi." Genta mulai memejamkan mata. Aku yakin seribu yakin, pasti malam ini dia kan menginap. Saking seringnya Genta menginap, ia meninggalkan beberapa potong bajunya di lemari kamar tamuku. Unit apartemenku ini terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, pantry, balkon, dan juga 1 kamar mandi. Kamar tidur yang paling besar kugunakan sehari-hari, sementara kamar tidur kedua digunakan bila ada yang menginap. Dulu Genta dan Karen yang sering menginap. Namun kini kamar itu hanya akan sering diinapi Genta. Semenjak kejadian 1 bulan lalu, baik aku dan Genta sepakat untuk memutuskan tali persahabatan kami dengan Karen.
Aku masih tak tega melihat Genta. Sosok yang selalu kulihat ceria ketika bersamaku, kini tampak berantakan. Kantong matanya menghitam. Rambut halus menghiasi sekitar mulutnya. Hal yang sangat jarang bagi seorang Genta, yakni menumbuhkan janggut.
Aku, Genta, dan Karen. Kami bersahabat sejak lama. Awalnya aku dan Genta merupakan tetangga. Kami berteman dekat sejak usia kami 8 tahun. Menghabiskan waktu bersama di sekolah dan universitas yang sama membuatku dan Genta lekat sekali. Saat kami duduk di bangku SMA, persahabatan bertambah 1 anggota. Karenina Syach, perempuan cantik yang mulanya teman sebangkuku, akhirnya masuk dalam lingkaranku dan Genta. Kami bersahabat sejak SMA. Dan sejak 3 tahun lalu, Genta mengubah statusnya dengan Karenina sebagai sepasang kekasih. Aku bahagia sekali saat tahu mereka berpacaran. Mereka sungguh serasi dan selalu menghadirkanku di tengah-tengah mereka. Kebahagiaanku semakin besar ketika Genta melamar Karen akhir tahun lalu. Harusnya tahun ini mereka menikah. Harusnya 3 bulan lagi adalah pernikahan mereka. Namun semua tinggal angan yang tak akan terjadi sebab sebulan lalu Karen memutuskan hubungannya dengan Genta tanpa alasan yang jelas. Genta jelas tak bisa menerima. Seluruh pesta telah disiapkan matang dan biaya juga sudah dilunaskan. Namun Karen tetap meninggalkan Genta. Aku marah besar pada Karen, namun ia hanya menangis dan minta maaf tanpa mengatakan alasan sejujurnya. Ia juga menghindariku dan Genta, segala akses komunikasi kami diblokirnya. Sampai akhirnya tepat 1 minggu lalu baik aku dan Genta dikagetkan dengan unggahan Karen yang terbaru. Potret mesranya dengan lelaki lain yang kami tahu sebagai kawannya di dunia hiburan. Aku dan Genta berang. Namun melabrak bukanlah cara kami. Kami cukup dewasa untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak akan menyelesaikan perkara. Kini Genta benar-benar benci pada Karen. Namun di sisi lain, melupakan Karen adalah hal sulit untuknya. Kenangan kami bersama Karen sungguh banyak. 13 tahun bersahabat dengannya menciptakan memori indah yang tak terlupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Exception [END]
RomancePesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...