Sebaik apa hubungan persaudaraan, akan hancur jika menyangkut percintaan.
-
-
-
-Bela terbangun saat pukul 10 pagi, kebo banget emang itu lah Bela jika sudah libur dia akan bangun paling siang tapi saat ini berbeda dia masih dirumah sakit dan bangun jam 10 pagi hingga perawat capek membangunkannya. Bela melihat kearah sofa, seinget Bela dia tadi malem tidur di sofa tapi sekarang malah di kasur. Bela bangun berusaha mencari Dimas yang tak terlihat batang hidungnya begitu juga dengan bi asih, Bela memutuskan untuk keluar kamar saat dia keluar makhluk yang paling bikin Bela kesel sedang menggembel di depan pintu kamar Bela.
"Astaga setan kok ada siang," ucap Bela yang keluar dari kamar.
"Mulut enggak pernah sekolah gini dah," balas Dimas dengan wajah masem.
"Gue kaget goblok, Lo di depan udah kayak gemebel aja pakek acara sok imut. Canda gembel," ucap Bela sambil nyengir.
"Gue emang imut jangan iri Lo ya kalau gue lebih imut,"
"Gue enggk iri sama Lo nilai aja masih di bawah gue, jangan sok keras mas," tawa Bela pecah puas rasanya menggoda Dimas.
"Awas Lo ya nanti pas ujian gue yakin nilai gue enggak dibawah Lo,"
"Buktikan wahai bujangan," Bela pergi meninggalkan Dimas masuk, sedangkan Dimas ingin mengejar Bela masuk namun pintu keburu ditutup Bela hingga hidup Dimas mengenai pintu.
"Sialan Lo Bel," teriak Dimas dibalik pintu.
Bela pulang dari rumah sakit diantar Dimas dan bi Asih, Bela sudah tak sabar ingin segera pulang dia tak betah harus tinggal lama-lama dirumah sakit. Selama perjalanan Bela tak henti-hentinya bernyanyi entah lagu apa namun mampu membuat telinga Dimas pecah, saat mereka sampai rumah Bela keadaan rumahnya tak terlalu sepi seperti biasanya.
Bela memutuskan masuk dan menuju kamarnya, saat perjalanan kamar dia tak melihat ada orang namun diluar ada kendaraan orang tuanya tanpa ambil pusing Bela terus berjalan hingga sampai di depan kamarnya yang kebetulan kamarnya berhadapan dengan kamar Ara. Ada rasa curiga dalam hatinya, karena kamar tidak biasanya tidak terkunci dan jam sudah menunjukkan siang pantang bagi Ara bangun siang. Dengan rasa penasaran Bela memutuskan masuk ke dalam kamar Ara.
"Alvaro, Ara!" Bentak Bela kepada dua sejoli yang tengah tidur terlelap diatas kasur, dengan Alvaro memeluk Ara.
Mereka berdua langsung bangun, dan kaget dengan kehadiran Bela. Alvaro sangat menyesal dengan kecerobohan dengan ikut tertidur dengan Ara.
"Kalian gila ya, tidur sekamar kayak gini," Bela terus mengoceh tanpa henti.
"Lo ja Ra masih kecil udah beraninya goda pacar kakak Lo sendiri,"
"Bukan gitu kak," Ara berusaha membela diri namun Bela terus berbicara tanpa memberi kesempatan Ara berbicara.
"Bukan gitu apa? Udah jelas gue liat kalian tidur bareng, kalian udah gila apa gimana?. Gue capek Ra capek, kenapa Lo selalu rebut milik gua Ra? Kenapa?" Tanya Bela yang ingin meneteskan air mata.
"Kak bukan gitu, denger Ara ngomong dulu," Ara berusaha membela dirinya.
"Denger apa? Denger Lo tidur bareng pacar gue? Ra denger ya, sebaik apa hubungan persaudaraan, akan rusak jika menyangkut perasaan Ra. Apalagi Lo tau hubungan kita gak baik-baik seharunya Lo gak banyak tikah Ra!"
"Bela! Bisa gak kamu denger orang ngomong!" Bentak Alvaro bertama kali kepada Bela mampu membuat hati Bela terluka.
"Al kamu bentak aku?"
"Aku capek Bel kamu terus salah paham dan cemburu gak jelas gini, bisa gak sih kamu denger penjelasan orang," tutur Alvaro kepada Bela dia lelah dan tak mau pacarnya terus menerus salah paham.
"Al aku cembur Al, kamu tau gimana rasanya lihat pacar sendiri kayak gitu Al? Aku cemburu kek gini karena aku takut kehilangan kamu Al. Aku gak mau kamu diambil sama Ara seperti dia ngambil kedua orang tua aku,"
"Bel denger, semasih kamu kayak gini gak mau denger penjelasan orang lain kamu bakal terus iri dengki sama Ara Bel. Jangan jadikan takut kehilangan buat kamu cemburu buta Bel, karena cemburu bisa kamu bikin kehilangan aku Bel," Alvaro mengambil tangan Bela namun ditepis Bela.
"Sekarang kamu belain dia? Jadi aku yang salah? Al kamu tau gak rasanya gimana sakit Al!" Bentak Bela ke Alvaro.
"Lo liat kan Ra, bahkan sekarang Lo udah ngerebut Alvaro dari gue gila Lo ya. Belum cukup Lo ambil semuanya ra!"
"Bel, kamu udah dewasa belajar denger omongan orang," Alvaro terus berusaha memegang tangan Bela agar dia tenang namun hasilnya nihil.
"Gak, emang Ara dasarnya perebut apa yang aku punya dia rebut," Bela hendak menampar Ara namun ditahan Alvaro.
"Bel! Kalau kamu terus seperti ini mending aku pergi," Alvaro bergegas pergi keluar kamar dan dicegah oleh Bela.
"Al jangan pergi,"
"Ini kan mau kamu? Kamu enggak bau denger penjelasan aku untuk apa aku disini bel," Alvaro terus berjalan menuju luar rumah Bela.
"Enggak Al enggak," Bela memeluk alvaro dari Belakang, namun dengan segera Alvaro melepas pelukan Bela. Alvaro naik keatas montornya dan melaju dengan kencang.
Bela masuk kedalam rumah dan mencari Ara,"puas kan Lo sekarang Ra, atau Lo kurang puas? Perlu gue mati Ra," Bela meremas pergelangan tangan Ara.
"Enggak gitu kak," Ara ingin menjelaskan kepada kakaknya namun dia bingung menjelaskan dari mana.
"Enggak apa emang dasarnya Lo suka rebut milik orang,"
Papa Mahendra dan mama Atifa menghampiri mereka berdua karena mendengar keributan dari lantai dua, begitu juga dengan Dimas.
"Bela bisa sekali saja kamu bersikap sopan dengan adik kamu," kali ini mama Atifa membela Ara.
"Terus ma terus bela dia, aku udah biasa ma,"
"Bela kamu bisa sekali aja denger omongan orang tua?" Papa Mahendra juga memarahi Bela.
"Seharunya papa mama marah ke Ara dia yang udah ngerebut semuanya, kenapa selalu ke Bela mama papa marah? Salah Bela minta dia enggak ngerebut milik Bela," Bela memutuskan pergi ke lantai dua dimana kamarnya berada, dan dengan sengaja Bela mendorong Ara hingga terjatuh dilantai.
"Bela!" Bentak papa Mahendra tanpa Bela hiraukan.
Ara menangis dilantai dengan sigap mama memeluk Ara begitu pula papanya yang ikut memeluk, sedangkan Dimas menghampiri Bela kekamar.
"Ngapain Lo sekini!" Bentak Bela saat Dimas sampai kamar Bela.
"Nenek sihir marah Mulu Lo," Dimas ingin menghangatkan suasana hati Bela, Dimas menghampiri Bela lalu memeluknya.
"Udah nangis aja gue tau saat ini Lo butuh itu,"
Bela memeluk erat Dimas sambil mengangis dalam pelukannya, rasa sakit itu kian kerasa Bela terus berfikir salah dirinya seperti ini. Dia sangat iri dengan Ara dia ingin seperti Ara merasakan kasih sayang dan semua orang peduli sama dia.
-
-
-
-
-Jangan lupa vote and Komentar kalau ada yang salah dalam penulisan ceritanya ya :)
Karena author masih berlajar menulis dan perlu saran dari kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella Agatha
Novela JuvenilMemiliki sikap gegabah dan memiliki emosional yang tinggi membuat semua orang menyembunyikan sesuatu dari Bella. Bella Agatha gadis cantik yang selalu merasa bahwa semua orang menutupi sesuatu hal dari Bella. "Kebohongan terbesar yang pernah gue ras...