Happy Reading ✨
_
_
_Kini Alvaro tengah berada di rumah sakit di depannya seseorang wanita yang sudah berumur tengah berbaring lemah dengan di bantu alat-alat rumah sakit. Ada rasa sakit melihat wanita di depannya ini, namun ada rasa kesal juga terbesit di hati Alvaro sungguh Alvaro merasa bingung sekarang.
"Cuma kamu harapan mama kandung kamu sekarang jika kamu menolak perjodohan ini perusahaan papa akan bangkrut dan papa gak tau harus membayar rumah sakit pakek apa lagi," jelas papa Alvaro membuat Alvaro bingung, dirinya tak mungkin menerima perjodohan gila ini hal tersebut akan menyakiti Bella.
"Tapi pa aku sayang sama Bella gak mungkin aku nikah sama Ica pa," ucap Alvaro yang membantah ucapan papanya, tetapi papanya tak menyerah untuk meyakinkan Alvaro.
"Kamu mau bikin dosa Al? Sampai kapan kamu bakal mempertahankan hubungan salah kamu itu? Jelas-jelas kalian udah beda keyakinan kenapa masih dilanjutkan? Papa kasih waktu kamu untuk berfikir satu minggu. Nyawa Mama kamu ada di tangan kamu." Papa Alvaro menepuk bahu anaknya lalu pergi meninggalkan ruangan selingkuhannya ini.
Alvaro menangis dia tak menyangka jika hubungannya dengan Bella akan serumit ini, ditambah lagi dia tahu kebenarannya jika mamanya tengah koma selama 10 tahun lamanya. Alvaro juga masih memikirkan siapa yang mencelakai mamanya dengan kejam sampai mamanya tak sadarkan diri sampai saat ini, Alvaro memang sedikit kesal dengan mama kandungannya.
Namun anak tetap lah anak dia tak bisa membenci mama kandungannya, tetap saja surganya ada di wanita yang tengah berbaring ini.
"Ma bantu Al ma, aku harus milih siapa? Mama wanita pertama aku atau Bella wanita hidup aku ma?" Alvaro menangis saat ini dirinya benar-benar lelah dengan semua ini, kenapa dirinya harus menghadapi masalah serumit ini.
Alvaro menangis hingga tanpa sadar dia tertidur di samping ranjang mama kandungannya, kini Alvaro berharap saat dia bangun semua yang di katakan dan yang dia alami tadi hanya mimpi.
_
_
_
_"Maling!!" Teriak Bella menggelegar seisi rumah, Bella mengambil sebuah kayu panjang yang berada di dapur dirinya lari-lari ingin menghajar maling yang kini tengah berada di kamar Rey.
"Mati lo maling mati!!" Bella memukul maling itu tanpa ampun.
Bagas yang merasa tubuhnya di pukul oleh seseorang tanpa ampun langsung membuka matanya dan melihat siapa yang mukul. "Lo gila Bell." Bagas menahan kayu yang di gunakan Bella untuk memukul dirinya.
Bella kaget saat Bagas membalikan badannya. "Maaf-maaf gue kira lo maling," ucap Bella meminta maaf kepada Bagas yang kini tengah kesakitan.
"Dasar anak kutu, kalau mau mukul lihat-lihat napa Bell sakit nih badan gue." Bagas memegang badan dan wajahnya yang lebam akibat Bella, Bagas sangat heran dengan Bella tenaga apa yang dia miliki pukulan Bella cukup kuat dan sangat sakit.
"Sini gue obatin." Bella menarik tangan Bagas untuk pergi ke ruang tamu dan mengobati luka Bagas.
"Besok-besok kalau punya mata pakek di otak bukan di pantat," ucap Bagas asal membuat Bella tertawa, namun Bella segera mungkin meredakan tawanya saat melihat wajah Bagas seperti menahan amarah.
Bella mengobati luka lebam yang di sebabkan oleh Bella di tubuh Bagas, Bella mengopres luka tersebut dengan es batu tak lupa Bella juga mengoleskan salep. "Gue minta maaf Gas tadi gue bener-bener takut jik Rey kenapa-kenapa," ucap Bella membuat Bagas tersentuh ternyata ada yang menyayangi Rey selain dirinya.
"Gue yang seharunya minta maaf karena gue udah ngerepotin lo, jangan bosan-bosan ya nolongin gue." Bagas memeluk Bella sebagai rasa terimakasih, entah kenapa Bagas merasa senang saat Bella khawatir jika Rey kenapa-kenapa.
"Gue berterimakasih banget sama lo Bell, akhirnya ada yang menyayangi Rey selain gue." Mendengar ucapan dari Bagas membuat Bella curiga, Bella tak mengerti apa yang di maksud Bagas.
Bella hendak bertanya kepada Bagas, namun suara laki-laki dari arah pintu membuat Bella diam seribu bahasa dan menegang di pelukan Bagas.
"Ekhmm."
Tiba-tiba saja suara berat milik Alvaro terdengar di telinga Bella refleks saja Bella melepas pelukan Bagas, ada rasa bersalah di benak hati Bella.
Alvaro yang baru saja tiba di rumah Bagas dan melihat adegan yang tidak mengenakan di hatinya membuat dirinya hanya tersenyum miris, dia tak mau berantem dengan sahabatnya sendiri dia harus mengerti jika menjadi posisi Bagas saat ini tidaklah mudah.
"Maaf," ucap Bella yang kini sudah menghampiri Alvaro di ambang pintu, sedangkan Alvaro hanya tersenyum dan memeluk Bella saat ini di depan Bagas.
"Gak papa aku ngerti kok, aku udah lihat kok. Rey mana?" Tanya Alvaro kepada Bella yang kini menatapnya dengan rasa bersalah, seharusnya Bella tak menerima pelukan dari Bagas.
Alvaro menghampiri Bagas yang kini duduk di sofa. "Lo kapan pulang?" Tanya Alvaro kepada Bagas yang tak mengabari dirinya pulang.
"Kemarin malem saat semua orang udah Tidur," ucap Bagas lesu saat ini Bagas merasa tubuhnya tak bisa bekerja sama dengan dirinya, tubuhnya saat ini benar-benar lelah di tambah habis di pukul oleh Bella.
"Terus muka lo lebam begini kenapa?" Tanya Alvaro heran saat melihat muka Bagas yang di penuhi oleh lebam.
"Noh pacar lo." Tunjuk Bagas terhadap Bella sudah cukup membuat Alvaro mengerti dan tertawa.
"Makanya kalau pulang ngabarin jangan malah main masuk aja," ucap Alvaro yang menyalahkan Bagas malah Alvaro juga memukul muka tampan Bagas.
"Gue bunuh lo lama-lama Al muka gue sakit," ucap Bagas lalu pergi meninggalkan Alvaro dan Bella yang kini tengah berduaan di ruang tamu.
Bella yang merasa sudah saatnya dirinya masak, Bella tak mau jika nanti saat Rey bangun dirinya belum masak dan membuat Rey harus menunggu. Entah kenapa ada rasa khawatir dalam dirinya jika Rey kenapa-kenapa.
Bella meninggalkan Alvaro yang kini tengah merenung di sofa ruangan tamu, dirinya terus memikirkan tentang perjodohan dan keselamatan ibu kandungnya.
Alvaro tak tau harus melakukan apa jika dia menerima perjodohan dia akan menyelamatkan ibunya yang sudah melahirkannya tapi dia menyakiti kekasihnya, namun jika sebaliknya nyawa ibunya akan melayang.
"Arghh, kenapa serumit ini." Alvaro menarik rambutnya hingga beberapa helai rontok, dirinya tak tahu harus melakukan apa waktunya hanya tersisa satu minggu saja untuk memutuskan semua ini.
"Kamu kenapa Al?" Tanya Bella khawatir dengan kekasihnya yang tiba-tiba saja berteriak, ada rasa penasaran di dalam hati Bella kemana saja pacarnya pergi tapi Bella belum berani menanyakan hal tersebut.
"Gak papa Bell," ucap Alvaro lalu bangkit dan hendak pergi ke toilet untuk mandi sedangkan Bella kembali ke dapur lagi untuk melanjutkan kegiatannya tadi yang sempat tertunda, tapi sebelum pergi mandi pintu rumah Bagas terbuka dan menampakan seorang gadis remaja yang tengah menghampiri Alvaro.
"Lo ngapain kesini!!" Bentak Alvaro membuat Bella kaget setengah mati, Bella melihat seorang gadis yang sangat dia kenal kini berada di rumah Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella Agatha
Novela JuvenilMemiliki sikap gegabah dan memiliki emosional yang tinggi membuat semua orang menyembunyikan sesuatu dari Bella. Bella Agatha gadis cantik yang selalu merasa bahwa semua orang menutupi sesuatu hal dari Bella. "Kebohongan terbesar yang pernah gue ras...