Happy reading
Bela bangun dengan keadaan mata sembab dan darah mengering di tangannya, tanpa ada rasa perih sedikitpun Bela berjalan menuju arah kamar mandi dan membersihkan tangannya yang dilumuri darah tersebut.
Selang 30 menit Bela keluar dari kamarnya menuju meja makan yang sudah ada mama Atifa, papa mereka jarang ikut makan pagi karena harus mengurus usahanya pagi-pagi sekali sudah berangkat. Dengan keadaan mata sembab Bela berjalan menuju meja makan.
Bela duduk didepan mamanya selang beberapa menit Ara datang dengan wajah bantal, dia duduk disamping Bela. " Kamu kenapa sayang?" Mama Atifa melirik putrinya .
" Aku cuma " ucapan Bela terpotong saat mama Atifa menghampiri Ara dalam benak Bela apakah mamanya tidak bisa melihat luka tangannya? .
" Aku cuma demam aja ma" Ara tersenyum ke arah mamanya .
" Muka kamu pucet banget ayok kita ke rumah sakit, Bela kamu makan sama bibi aja dulu" mama Atifa membantu Ara berdiri.
" Iya ma anter dulu tuan putri mama yang manja ini, toh Bela udah biasa makan sama bibi. Bela malah ngerasa bibi mama Bela ketimbang mama, coba mama liat tangan Bela? Mama liat kan lukanya Segede ini mama enggak pernah liat, udah 3 tahun Bela luka kek gini mama gak pernah liat, sedangkan Ara baru pucet segitu mama udah paniknya minta ampun. Udah pergi sana bila perlu rawat inap dia biar enggak sakit lagi, supaya mama gak kawatir lagi" dengan amarah diatas ubun-ubun Bela mengatakan semuanya.
" Bukan gitu sayang, sini Mama obatin"
" Udah pergi sana Bela gak perlu diobatin mama, Bela bisa sendiri disekolah" Bela mengambil tasnya lalu pergi ke sekolah tanpa sarapan .
Alvaro menunggu Bela didepan kelasnya dengan gaya sok coolnya, dia melirik setiap orang yang melewati kelas tersebut. Dengan senyum manis Alvaro melihat kearah gadis yang dia tunggu-tunggu dengan menggunakan Hoodie berwarna hitam Bela menghampiri Alvaro .
Alvaro mengelus puncak kepala Bela" kenapa pakek Hoodie? Luka lagi?" Alvaro mengecup tangan Bela, sudah hal biasa bagi Alvaro melihat pergelangan tangan Bela yang dipenuhi sayatan .
" Hehe cuma dikit kok" Bela tersenyum sambil menautkan kedua tangannya pertanda mengucapkan maaf .
" Gak boleh gini lagi, jangan sakiti diri kamu kalau kamu capek lari ke aku aja kan aku udah pernah bilang rumah aku terbuka lebar buat kamu"
Alvaro memegang tangan Bela lalu mengecupnya lagi ." Udah jangan cium lagi malu di liat orang" lalu Bela mengajak Alvaro masuk ke kelas , kelas Alvaro dan Bela bersebelahan bukan hal sulit untuk mereka bertemu.
Pelajaran di kelas XII IPA 1 berjalan dengan tenang tanpa ada satu pun siswa yang mengeluh dengan materi, karena kelas ini termasuk kelas yang antusias dalam menerima pembelajaran tak jarang juga mereka mengeluh saat waktu belajar selesai.
Bela sekarang sudah tidak duduk dengan Gisel lagi karena masalah beberapa hari lalu membuat mereka tak saling bertegur sapa. Bela tertidur selama pembelajaran karena dia merasa kepalanya sakit dan badannya panas. Sudah beberapa kali guru memberitahu Bela untuk istirahat di UKS namun ditolak Bela, Akibat tidak makan tadi pagi membuat badan Bela lemas matanya dari tadi Pagi terus tertutup hingga siang . Waktu pulang sudah tiba Bela tetap setia dengan posisi kepala diatas meja dan mata tertutup, enggan untuk pulang toh dirumah orang tuanya tak peduli dengan dirinya.
Seseorang menghampiri meja Bela dan menepuk-nepuk pipi sang pemilik meja agar bangun, di elusnya kepala Bela sudah lama rasanya mereka tak sedekat ini.
" Udah lama gue gak ngelus kepala Lo" tersenyum terukir dari pipi laki-laki tampan dan terus mengelus pipi Bela.
Karena Bela merasa ada yang mengelus kepalanya, "nyaman" satu kata dalam benak Bela saat seseorang mengelus kepalanya, tapi Bela enggan membuka matanya masih ingin merasakan nyaman ini. Sudah lama Bela tak merasakan rasa tersebut ingin rasanya Bela memeluk laki-laki dihapadannya, namun tiba-tiba elusan tersebut berhenti dan ilang.
" Bel bangun"
Suara tersebut membuat Bela membuka matanya Bela, Bela tersenyum lalu mengangguk dan mengambil tasnya ." Udah dari tadi bel pulang?"
"Sekitar 15 menit yang lalu, ayok pulang" Alvaro menarik pergelangan Bela lembut lalu mengajak Bela berjalan keluar kelas. Dalam hati Bela kira laki-laki yang dia kenal dari kecil menunggu dia namun nihil sudah 15 menit yang lalu bel pulang tidak ada niatan dia membangunkan Bela " gue kira Lo masih peduli sama gue dim ehh nyatanya enggak".
Alvaro berniat mengantar Bela karena dia melihat wajah Bela pucat, padahal hari ini Alvaro ada latihan basket karena tidak tega dengan Bela dia memutuskan untuk mengantar Bela dan merawatnya.Saat sampai didepan rumah Bela keadaannya begitu sepi seperti tidak ada penghuninya, mungkin orang rumah belum ada yang pulang batin Bela. Saat Bela mengetok pintu, pintu dibuka oleh bibi Asih pembantu sekaligus perawat Bela dari umur 5 tahun, Bela sudah menganggap bibi Asih seperti mamanya.
Bela mencium tangan bibi Asih dan diikuti Alvaro, lalu mereka berjalan menuju ruangan tengah saat sampai diruang tengah Bela melihat Dimas, Ara, dan mamanya sedang makan. Rasa iri kembali muncul dimana dirinya sedang sakit namun mamanya tengah menyuapi makanan kepada Ara dan Dimas yang mengupas buah buat Ara, jelas-jelas Dimas tau dirinya sakit tetapi Dimas tak memberi tahu mamanya.
" Bela Alvaro sini makan nak" ajak mama Atifa kepada Bela dan Alvaro, memang Alvaro sering berkunjung kesini dan seperti anaknya papa Mahendra dan mama Atifa .
"Aku ke kamar aja mau istirahat, panes disini" Bela berjalan menuju kamarnya, sampai dikamar Bela rebahan diatas kasur dengan masih menggunakan seragam. Ingin rasanya Bela berada diposisi Ara disayang oleh semua orang dalam keadaan sakit maupun Tidak .
Tok tok tok
"Non bibi bawakan bubur buat non, bibi liat wajah non tadi pucet bibi udah bawa obat juga dimakan sama diminum obatnya ya non " bibi Asih menaruh nampan diatas meja samping tempat tidur Bela, tangisan Bela pecah dalam diam ada rasa marah, kecewa dengan mamanya Bela inginnya mamanya yang membawakan dia makanan dan obat. Bela cuma minta mamanya ada saat dirinya sakit saja.
Bela tertidur dan tidak memakan bubur serta meminum obatnya, Bela tertidur begitu pulas hingga baru bangun pukul 4 sore. Setelah merasa sudah baikan Bela membersihkan diri dan bejalan menuju lantai bawah, saat sampai dilantai bawah rasa marah tersebut muncul lagi dia melihat Ara memeluk Alvaro.
Amarah yang dia tahan dari tadi akhirnya mumuncak hingga Bela melempar pas kearah Ara dan mengenai kepala Ara ." Bela!" Bentakan seseorang dengan badan tegap lalu menampar Bela.
****
Jangan lupa vote and komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella Agatha
Fiksi RemajaMemiliki sikap gegabah dan memiliki emosional yang tinggi membuat semua orang menyembunyikan sesuatu dari Bella. Bella Agatha gadis cantik yang selalu merasa bahwa semua orang menutupi sesuatu hal dari Bella. "Kebohongan terbesar yang pernah gue ras...