✨Tetesan darah✨

1.2K 127 7
                                    

Dirimu anggap aku musuh
Namun nyatanya
Aku adik yang tak kau inginkan

~Ara~

Tulisan Ara tertata rapi diatas diary
Ara terbilang orang yang suka menulis kejadian-kejadiannya di diary, Ara sering bercerita hingga menangis dihadapan diary bersampul biru yang sudah lesuh serta nama Bela yang tercetak jelas diatas cover diary tersebut. Ara sangat ingat gimana dia mendapatkan diary itu diary yang dia dapatkan dari orang yang membencinya, mamanya yang memberikannya karena dia menemukannya tergeletak kesana kemari dan berfikir kakaknya tidak suka dengan diary tersebut lalu mama Atifa memutuskan memberikan kepada Ara namun selang beberapa menit Bela datang dengan wajah kesal dan memaki Ara " Lo selalu ngambil barang yang gue punya hingga diary udah lusuh Lo rebut juga, Lo maling apa manusia sih" bentak Bela masih terngiang di kuping Ara. Ara sadar dirinyalah yang membuat kakaknya membencinya, Ara selalu mengambil milik Bela namun percayalah Ara tak pernah bermaksud seperti itu. Ara menutup diary tersebut lalu berjalan kearah balkon dan duduk sambil menghirup udara segar Ara berharap udara tak membencinya seperti kakaknya .

Sebuah kelas dengan keadaan pembelajaran yang begitu tenang seorang guru tengah membagikan hasil ulangan matematika, Bahasa Indonesia dan sejarah Indonesia. Sebenarnya guru tersebut adalah guru BK namun karena tiga guru bersamaan tidak hadir sehingga menitipkan hasil nilai Minggu lalu ke ibu Yanik selaku guru Bk, setelah nilai sudah dibagikan ibu Yanik pamit untuk keruangan guru karena kelas 12 IPA 1 tergolong kelas tertib dan kesayangan membuat ibu Yanik tak kawatir meninggalkan mereka .

terdengar suara dua gadis tengah adu mulut dari sudut depan tepat dimeja Bela dan pelaku yang memukul meja dirinya sendiri, Bela bingung dengan hasil nilai ulangannya yang dibawah kkm sedangkan temannya hampir mencapai sempurna padahal dirinya yang memberikan contekan waktu ulangan. Perkecohan terjadi antara Bela dan Gisel sudah sebelum buk Yanik keluar kelas " Lo buat cara curang atau gimana, ngaku gak Lo " Bela menarik kerah baju Gisel namun Gisel tak takut dengan tampang garang Bela seperti singa marah.

" jelas-jelas Lo yang bodoh masih nyalahin orang lain" ucap tersebut mampu membuat tangan Bela melayang .

" Jaga omongan Lo cabe-cabean, walaupun Lo temen gue tapi enggak nilai juga jadi taruhan, gue enggak pernah masalahkan kalau Lo nyontek ke gua bahkan gue selalu ngasih Lo tapi kalau hasilnya beda gue tetep enggak suka. Enggak ada manusia yang suka hasil yang susah payah dia bikin lebih rendah daripada orang yang ngemis ke dia" Bela tersenyum meremehkan Gisel .

" Gue kasihan sama orang iri, Lo kurang kasih sayang orang tua sampai Lo harus ngemis nilai gede"

Bela ingin melayangkan tamparan sekali lagi namun tangan kekar milik seseorang menahannya lalu mengajak Bela ke Taman belakang .

"Kapan Lo berhenti buat ulah Bel"

Bela menatap laki-laki didepannya " Lo bilang gue buat ulah? Jelas-jelas tadi gue membela diri gue sendiri! "

"Emang harus pakek teriak-teriak, apa bedanya Lo kayak Gisel si cabe-cabean "

"Nama dia Gisel Violanatalia "

" Bukanya Lo yang bilang tadi cabe-cabean "

" Tapi dia tetep temen gue"

Dimas menyentil dahi Bela lalu tersenyum " dasar Lo jelas-jelas udah dicurangi masih aja Lo membela dia"

"Maksud Lo?"Bela bingung dengan ucapan Dimas.

" Waktu ulangan dia minta kertas lebih, terus waktu mau pengumpulan hasil ulangan gue tinggal sebentar ketoilet pas balik ke kelas gue liat dia lagi ngerjain kertas ulangan yang baru. Gue liat dia buat nama Lo diatas kerta itu lalu dia pergi "

" Kenapa Lo gak bilang bambang"
Bela hendak pergi menghampir Gisel namun ditahan oleh Dimas " jangan buat ulah lagi bisa gak sih Lo, tiap hari bertamen Mulu"

" Bisa gak sih Lo gak ngurusin hidup gue" tegas Bela, lalu pergi meninggalkan Dimas .

" Dasar keras kepala "

****

Disebuah meja makan sebuah keluarga dengan meningkmati makanan malam dengan tenang, " papa rencananya mau Ara sekolah di SMA Gemilang bareng Bela " ucap pak Mahendra memulai pembicaraan .

" Emang kepala dia udah sembuh? Udah gak Lola lagi?, Nanti pas belajar kasihan gurunya capek ngejelasin"

"Bela jaga omongan kamu, dia itu adik kamu!" bentak pak Mahendra.

" Orang yang Bela bilang kenyataan" Bela tak merasa bersalah telah mengatakan itu tanpa dia sadari ucapan dia dapat melukai hati Ara .

" Cukup! Kapan kamu bisa berubah sayang sama adik kamu "

" Kalau dia udah mati" lalu Bela pergi meninggalkan meja makan berlari ke arah tangga.

" Bela gak mau dia sekolah di Gemilang, Bela gak mau dia ngerebut semua yang Bela punya disana sama seperti disini " setelah mengucapkan itu Bela berlalu menuju kamarnya .

" Sudah jangan di dengar ucapan kakak kamu sekarang tidur sana " Ucap mama Atifa lalu membereskan piring-piring kotor .

" Ma kenapa kakak benci sama Ara? Ara salah apa selama ini sama dia ?"

" Ara gak ada salah kok, udah sekarang kamu tidur udah malem nanti sakit " ibu Atifa mengelus kepala Ara lembut dan mengecup kepala Ara .

Seorang tengah menatap kejadian manis tersebut dari atas dengan air mata merah dengan diselimuti penuh amarah " mama gak pernah cium Bela gak pernah ngelus kepala Bela kenapa ma ? Kenapa mama memperlakukan Bela berbeda dengan Ara , Bela ini anak mama atau enggak ?" batin Bela terus bertanya, lalu Bela masuk kedalam kamar dan mengambil sebuah silet didalam laci kamarnya. Tetesan demi tetesan darah keluar dari pergelangan tangan Bella, dia terus menyayat-nyayat tangannya berharap esok hari mamanya peduli, namun sudah 3 tahun Bela melakukannya mamanya tak pernah menyadari berbeda dengan Ara, wajah Ara berubah sedikit saja mamanya sudah kawatir .

Bela berjalan menuju arah balkon dengan tangan berlumuran darah tanpa merasakan sakit, Bela terus berjalan seolah-olah tangannya baik-baik saja. Bela melihat kearah langit berharap langit merasakan apa yang Bela rasakan, setiap saat menangis merindukan kasih sayang sejak berumur 5 tahun Bela tak pernah merasakan kasih sayang itu lagi. Semenjak Ara dilahirkan Bela bagaikan barang lama yang tak diminati pemiliknya, setiap saat melakukan hal aneh agar orang tuanya melirik dirinya namun nyatanya? Hanya amarah yang Bela dapatkan. Kejadian yang Bela sangat ingat waktu Bela mengikuti lomba baca puisi Bela berharap orang tuanya hadir menyaksikan penampilannya, tetapi takdir berkata lain orang tua Bela pergi ke taman mengajak Ara jalan-jalan apakah salah Bela marah? Salah Bela membentak Ara? Bela masih ingat bentakannya waktu itu " Kenapa setiap gue pengen kehadiran orang tua kenapa Lo selalu rebut? Kurang waktu mama papa selama ini? Gue cuma minta waktunya 1 jam cuma 1 jam Ra Gue cuma pengen mama papa liat anaknya ini berpretasi gue cuma pengen diapresia Ara , tapi kenapa Lo dengan gampangnya merengek pengen ke taman? Lo gak mikir perasaan gue Ra? Mikir gak Lo disaat temen-temen Lo ngajak orang tua mereka diapresiasi Lo tau gak rasanya gimana? Seneng Ra mereka seneng gue juga pengen gitu Ra!!!"

"Plak" tamparan papa Bela masih terasa sampai saat ini, Bela masih ingat kejadian dimana papanya menamparnya untuk pertama kali.

" Lo liat kan? Gue ditampar papa liat kan buka mata Lo" Bela mendorong Ara yang masih berumur 10 tahun saat itu hingga siku Ara berdarah, dengan wajah marah papa Mahendra menarik lengan Bela paksa kekamar mandi hingga mengunci Bela dari jam 13.00 hingga jam 23.00 . Masih terasa sakit hati yang Bela rasakan saat itu sudah 12 tahun Bela merindukan kasih sayang .

****

Jangan pelit vote dan komentar ya

Bella Agatha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang