✨Biang Masalah✨

349 53 9
                                    

Hallo pembaca setia aku yang cantik dan ganteng, apa kabar nih? Tulis di kolom komentar ya kabar kalian hari ini. Tetap patuhi protokol kesehatan ya dan juga jaga jarak serta jangan berkerumun dulu ya:)
Sehat selalu semuanya🖤

_
_
_

Happy Reading ✨

"Bella!!"

Dimas berlari berusaha menyadarkan Bella bahwa di depannya ada sebuah truk besar yang tengah melaju kencang, Dimas kalah cepat dengan kecepatan truk yang cukup kencang.

"Brukkk"

Truk berguling beberapa kali hingga menghantam pembatas jalan truk terjatuh ke jurang yang tak terlalu dalam, semua pemudi seketika menghentikan mobilnya sedangkan Dimas terus berlari mencari keberadaan Bella yang tiba-tiba saja hilang, Dimas berharap Bella tak tertabrak oleh truk karena Dimas tidak dapat melihat jelas korban-korban dari tabrakan truk.

Dimas menerobos semua orang yang tengah berkerumun dan melihat siapa korban tersebut, saat berhasil menerobos Dimas sangat terkejut dengan pemandangan yang dia lihat di depannya ini orang yang sangat dia kenali ternyata menjadi korban dari kecelakaan ini.

"Gilang!!" Teriak Dimas dan langsung memeluk sahabatnya selama tiga tahun ini, Dimas benar-benar tak menyangka jika orang yang di tabrak truk adalah sahabatnya sendiri.

Dimas tak peduli jika sekarang bajunya berlumuran darah Gilang, saat ini pikirannya kacau dia tak dapat menemukan Bella dan sekarang dia harus melihat sahabatnya selama ini tergeletak lemah di dalam pelukannya.

"Buruan panggil ambulan." Dimas berusaha meminta tolong kepada orang-orang yang saat ini tengah berkerumun tanpa ada ingin yang membantu.

Dimas menatap Gilang yang sekarang sudah menutup matanya rapat serta nafas Gilang yang tak teratur membuat Dimas makin panik. "Gilang gue mohon lo bertahan, gue gak mau kehilangan sahabat kek lo. Walaupun kadang otaknya gak pernah lurus tapi cuma lo sahabat gue selama ini."

Dimas saat ini tak lagi memikirkan Bella yang entah kemana, Dimas juga tak mengerti kenapa bisa Gilang yang menjadi korban padahal Dimas jelas-jelas melihat bahwa di depan truk tadi adalah Bella dan bukan Gilang.

Setelah menunggu 10 menit akhirnya mobil ambulan tiba di lokasi kejadian dengan sigap para warga membantu Dimas membopong Gilang untuk di bawa ke dalam mobil ambulan, Dimas ikut masuk ke dalam mobil ambulan untuk menemani Gilang saat ini Dimas tak peduli dengan mobilnya yang terparkir di jalan begitu saja.

"Gue mohon lo bertahan," ucap Dimas sambil menggenggam tangan sahabatnya ini Dimas tak ingin kehilangan sahabatnya untuk kedua kalinya cukup sekali saja Dimas kehilangan Raga sahabatnya waktu SMP. Sahabat yang dulu sangat dekat dengan dirinya setelah Bella. Dulu Raga, Dimas serta Bella adalah sahabat saat SMP namun sebuah kejadian yang melibatkan Bella serta Raga saat itu membuat hubungan persahabatan mereka hancur.

Rasa takut kehilangan Raga sampai saat ini masih belum bisa benar-benar hilang, tetapi sekarang? Dimas harus kembali mengalami rasa
takut ini kembali. "Nanti kalau lo selamat gue bakal bantu lo ngelahirin kucing lo." Janji konyol Dimas kepada Gilang padahal keadaan saat ini menghawatirkan namun bisa-bisanya Dimas memikirkan janji untuk membantu Gilang melarikan kucing wanita Gilang.
_
_
_
_

"Pulang!!" Bentak seseorang kepada Bella yang tengah bengong menatap kecelakaan di depan matanya, Bella benar-benar terkejut dengan kejadian yang baru saja dia alami.

Bella awalnya hanya berlari tanpa arah dan tanpa sadar tengah berlari di tengah jalan serta Bella juga tak sadar jika dirinya hampir saja menghampiri mautnya, namun Bella sangat berterimakasih kepada laki-laki yang membantunya tetapi nasib laki-laki yang membantunya tak seberuntung dirinya.

Tubuh laki-laki tersebut terpental begitu jauh sekitar 10 meter dari ketempat kejadian membuat Bella tak sempat melihat wajahnya, Bella juga ingin menolong laki-laki tersebut namun papa Mahendra dengan segera menarik tangan putri pertamanya.

"Masuk!!" Lagi-lagi Papa Mahendra membentak Bella untuk masuk kedalam mobil padahal Bella sudah berkali-kali memberi tahu Papanya jika dirinya ingin melihat korban.

"Pa aku mau lihat siapa yang nolongin aku." Pinta Bella yang di tentang oleh Papanya.

"Kamu jangan gila, Papa gak mau kamu terlibat masalah sudah cukup kamu bikin masalah selama kamu hidup." Papa Mahendra terus mendorong tubuh Bella agar masuk kedalam mobil miliknya. "JANGAN BIKIN MASALAH KALAU HIDUP, CUKUP JADI BIANG MASALAH SELAMA INI! KENAPA KAMU GAK MATI AJA WAKTU BUNUH DIRI ITU!!" Bentak Papa Mahendra yang sangat menusuk dada Bella.

Bella benar-benar sakit hati mendengar ucapan yang keluar dari mulut Papanya. "Apa gue hidup selama ini cuma jadi masalah?" Tanya Bella kepada dirinya sendiri, saat ini Bella hanya diam di dalam mobil tanpa ingin berbicara dengan Papanya yang tengah sibuk menyetir.

Hanya butuh waktu 10 menit akhirnya mereka sampai di rumah, Bella keluar dari mobil dengan membanting pintu mobil Bella sedikit kesal dengan perkataan Papa Mahendra tadi. "Gue cuma anak biang masalah." Batin Bella menyalahkan dirinya, padahal dia sudah berusaha mati-matian untuk merubah dirinya agar menjadi kebanggan orang tuanya.

Tetapi apa? Orang tuanya tak pernah melihat prestasi dalam dirinya, orang tua Bella hanya bisa melihat sebutir kekurangan Bella tanpa melihat segudang kelebihan Bella.

"Mereka cuma lihat sebutir kekurangan gue dan tidak pernah ingin melihat segudang prestasi gue, mereka cuma bisa nyalahin gue dan gak pernah bisa dukung gue!!" Teriak Bella dalam hati saat ini dia benar-benar marah dengan dirinya. "Seburuk itukah gue? Sampai-sampai hidup gue cuma menjadi biang masalah?."

Bella berlari masuk dan hal pertama yang Bella lihat adalah Mamanya yang tengah menyuapi putri keduanya tanpa ada rasa khawatir dalam raut wajahnya, padahal Bella tak ada di rumah selama satu minggu sama sekali tak ada niatan Mamanya untuk memeluk dirinya yang baru saja pulang.

"Mau kemana kamu Bella!" Teriak Papa Mahendra di ambang pintu membuat Bella berlari menaiki tangga hendak menuju kamarnya.

"JANGAN MASUK KAMAR!!" Lagi-lagi Bella menyulut emosi Papanya.

"Papa gak usah repot-repot ngurus biang masalah ini pah cukup urus anak manja papa!" Teriak Bella di lantai atas yang sangat terdengar jelas dari lantai bawah, segera mungkin Bella masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dia tak mau Papanya atau orang rumah masuk ke dalam kamarnya.

Tubuh Bella merosot begitu saja di lantai Bella benar-benar kesal dengan orang tuanya terutama Mamanya. "kenapa selalu dia Ma!!? Kenapa?!! Bella juga anak Mama!! Apa Mama gak kepikiran Bella gak di rumah selama seminggu? Kenapa ma!! Kenapa malah bibi yang selalu menghubungi Bella selama seminggu ini!! Mama kemana?!!! Teriak Bella meluapkan emosinya Bella. "Bella anak Mama atau anak bibi sih?!" Lagi-lagi Bella berteriak meluapkan semua kekesalannya terhadap orang tuanya.

"Apa Bella hidup cuma beban untuk Papa? Iya pa? Apa Bella perlu mati aja?!!" Ucapan konyol keluar dari mulut Bella begitu saja, Bella bangkit dari duduknya dan berjalan menuju balkon kamarnya.

Bella mengeluarkan silet dari saku celananya dan mulai menyayat tangannya, Bella tersenyum saat darahnya menetes sangat deras. "Papa pengen Bella mati kan? Papa sama Mama gak usah lagi repot-repot ngurus Bella biang masalah ini." Bella naik ke pagar pembatas balkon dan hendak menghempaskan tubuhnya kebawah.

"Ma Pa, Bella pergi," ucap terakhir Bella.

_
_
_
_

GIMANA DENGAN PART INI? JANGAN LUPA KOMEN DI KOLOM KOMENTAR YA PERASAAN KALIAN SETELAH MEMBACA PART INI, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR.

Bella Agatha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang