✨ Teka-teki✨

402 47 5
                                    

Happy Reading ✨
-
-
-

"Bell jangan keras-keras gigitnya." Alvaro terus memegangi kakinya karena merasa sakit akibat gigitan Bella.

"Diam napa Al, lagi enak-enaknya ini." Bella terus menggigitnya tanpa kasihan dengan Alvaro yang kesakitan.

"Katanya mau di obati juniornya," ucap Bella membuat Alvaro geleng, memang Alvaro yang meminta Bella untuk mengobatinya hanya untuk sekedar modus bukanya malah kesakitan seperti ini.

Alvaro terus menahan sakit di pahanya, lagi-lagi Bella membuat pahanya sakit. "Cepetan Bella udah gak kuat nih." Alvaro terus memegangi pahanya yang sakit akibat Bella.

Selang sepuluh menit akhirnya Bella melepaskan jagung milik Alvaro, Bella juga tak lagi menaruh sikunya di paha Alvaro. "udah selesai aku pinjem pahanya." Bella membuang jagung bakar yang habis dia makan tadi. Bella melihat wajah Alvaro yang memerah akibat dirinya, Bella sangat kesal dengan godaan Alvaro.

"Makanya jangan goda aku, itu untung gak aku gigit beneran junior kamu." Bella berlari keluar begitu saja sebelum Alvaro membalas dendam, Bella hendak menghampiri dan menemani Rey yang tengah sendirian tidur di kamarnya. Ada rasa kasihan saat melihat anak sekecil Rey harus hidup mandiri dengan kakaknya, padahal di umurnya yang masih balita seharunya Rey mendapatkan kasih sayang yang full dari kedua orang tuanya. Setiap kali melihat Rey membuat Bella sedih, setidaknya Bella merasakan kasih sayang meski hanya sampai umur 5 tahun. Berbeda dengan Rey sejak umur 2 tahun Rey di ajarkan mandiri oleh orang tuanya, seperti saat ini dirinya di tinggal begitu saja ke Bali dengan alasan yang tidak masuk akal.

Bella mengelus rambut Rey yang berantakan, Bella duduk di tepi ranjang Rey. "Andai kita saudara Rey mungkin kamu enggak sendirian." Bella membaringkan tubuhnya lalu memeluk Rey di sampingnya bagaikan adiknya.

"Tapi orang tua kamu adil Rey, dia memperlakukan semua anaknya sama beda sama kakak," ucap Bella sendirian seolah-olah Rey mendengar ucapan Bella. Saat tengah asik-asik bercerita dengan Rey walaupun Rey tak mendengar ucapan Bella membuat Bella sudah cukup senang.

Namun ada satu foto yang terpajang di dinding Rey yang membuat Bella penasaran, Bella bangun dan melihat foto tersebut. Foto tersebut berisikan foto Bagas serta seorang perempuan yang sangat cantik, Bella salah fokus dengan perut perempuan tersebut yang tengah mengandung.

"Ini mama Bagas? Kok muda banget." Banyak teka-teki yang keluar dari kepala Bella di tambah perempuan tersebut sangat mirip dengan Rey, seolah-olah perempuan tersebut versi ceweknya Rey.

"Masak pacarnya Bagas kan gak mungkin, saudara? Bukanya Bagas gak punya saudara cewek? Apalagi gue baru tau kalau Bagas punya adik kecil." Bella juga bingung dengan jumlah saudara Bagas, karena yang di ketahui Bella sebelum mengetahui Bagas memiliki adik kecil yaitu Bagas hanya dua bersaudara dengan kakaknya yang menikah di Bali.

Tak ingin ambil pusing masalah keluarga Bagas, Bella memutuskan untuk tidur di samping Rey dan membiarkan Alvaro tidur sendiri. "Toh kalau itu saudaranya Bagas juga bukan urusan gue, mendingan gue tidur sama Rey ku sayang." Bella berlari ke ranjang milik Rey, lalu berbaring di samping Rey serta memeluknya. Tak butuh waktu lama bagi Bella menyusul Rey ke alam mimpi.

Alvaro masuk ke dalam kamar Rey lalu ikut berbaring di samping Bella serta Rey. Alvaro mencium pipi Bella dan tak lupa juga kening Rey. "Semoga adanya Bella udah bikin kamu merasakan kasih sayang ibu ya Rey." Alvaro ikut tertidur di samping Rey, kini posisi Rey di hapit oleh Alvaro dan Bella.

Bella yang terbangun saat mendengar langkah kaki seseorang membuat Bella membuka matanya sedikit, Bella mendengar perkataan Alvaro membuat Bella tambah bertanya-tanya. "Gue makin bingung jadinya." Batin Bella lalu memutuskan untuk tertidur kembali.
_
_
_
Kini Ara tengah berada di kamarnya dirinya masih memikirkan laki-laki yang dia temui di cafe kemarin, memory kemarin kembali terputar di kepala mungilnya.

"Nih nomor gue, nanti gue harap lo bisa berteman dengan gue."

Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga Ara, untuk pertama kalinya ada orang yang mau mengajaknya berteman. "Apa aku terima tawaran pertemanannya aja ya?" Ara memikirkan hal-hal tersebut sampai membuat kepala Ara pecah.

"Nanti kalau dia jahat?" Ara masih memikirkan hal-hal buruk tentang lelaki itu. Ara mengambil buku yang di pinjam oleh laki-laki tersebut.

Ara membaca nama yang tertera di bawah nomor itu. "Erik ganteng."
Ara mengambil handphone miliknya lalu mengetik nomor Erik.

"Telpon gak ya?" Ara menelpon nomor Erik, sudah lima menit berlalu tak kunjung di angkat oleh Erik membuat Ara memutuskan telponnya.

"Di cuma bercanda palingan, mana mungkin ada yang mau berteman sama aku." Ara memutuskan untuk beristirahat, kepala Ara sangat pusing memikirkan Erik. Entah apa yang menyebabkan Ara begitu penasaran dengan Erik sampai-sampai dirinya tak bisa tidur.
_
_
_

"Om mana nih kalung yang om janjikan ke aku," ucap Amel manja ke kekasihnya. Sedangakan orang yang di panggil sayang hanya tersenyum lalu menunjukan kalung berlian berbentuk hati kepada Amel.

"Untuk pacarku tercinta." Om-om tersebut memasangkan kalung berlian itu di leher Amel, karena merasa senang Amel mencium pipi om tersebut sebagai rasa terimakasih.

"Makasih ya om, aku suka banget." Amel tak henti-hentinya bercermin hanya untuk melihat kalung barunya, walaupun dia harus pacaran dengan seorang om-om yang sudah beristri dan memiliki dua anak tak masalah baginya yang penting hidupnya bisa senang.

"Sama-sama, ayok kita lanjutkan makannya." Laki-laki yang sudah berumur tersebut menyuapi Amel bagaikan seorang istri, mereka saling senyum satu sama lain. Malam ini seperti milik mereka.

"Setidaknya keluarga calon sahabat gue bakal hancur pelan-pelan."

_
_
_

Gimana dengan part ini? Udah cukup bikin penasaran gak? Jangan lupa vote and komentar ya:)

Bella Agatha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang