✨ perjodohan ✨

569 70 5
                                    

Happy reading ✨
_
_
_
Alvaro kini berada di kamarnya, dirinya masih memikirkan tentang kejadian Bella yang memeluk Dimas di UKS dan memikirkan perkataanya yang sudah keterlaluan terhadap Bella.

Alvaro mengembuskan nafasnya kasar," apa gue keterlaluan ya tadi, lebih baik gue telpon Bella."
Alvaro mengambilkan telponnya, telpon Alvaro tersambung namun tak kunjung di angkat oleh Bella.

"Apa Bella marah ya?" Alvaro mematikan teleponnya lalu pergi keluar kamar hendak ke rumah Bella untuk meminta maaf.

Saat melewati ruangan tamu Alvaro melihat ada tamu, pandangan Alvaro terpusat pada gadis mungil yang pernah dia temui di taman. Ya itu cewek yang pernah berhubungan badan dengan Andre batin Alvaro.

"Alvaro mau kemana kamu," panggil mama Alvaro.

"Keluar," jawab Alvaro dingin, dirinya saat tak senang dengan mamanya sendiri.

"Kemari kamu," panggil papa Alvaro melotot, dengan pasrah Alvaro mengikuti perintah papanya.

Setelah Alvaro duduk, seorang laki-laki tua seumur dengan papanya buka suara," jadi kapan pernikahan ini di langsungkan?"

"Pernikahan? Maksudnya?" Alvaro memandang mata papanya seolah-olah bertanya .

"Kamu bakal di jodohkan dengan Ica, putri bapak Darma rekan bisnis papa," jelas papa Alvaro.

"Papa gila! Papa surah Alvaro menikah dengan gadis jalang ini!" Bentak Alvaro sambil menunjuk Ica kesal, sedangkan Ica hanya menunduk dirinya takut jika Alvaro mengungkapkan aibnya dengan Andre. Sesungguhnya dia tak ingin di jodohkan dengan Alvaro namun paksa orang tuanya tak mampu dia tolak, dia juga takut akan Bella jika Bella tau bahwa dirinya menikah dengan pacarnya

"Alvaro jaga omongan kamu!" Bentak balik bapak Darma. "Tidak satupun yang boleh memaki anak saya, dia putri satu-satunya saya tau dia anak yang baik-baik."

"Om gak tau aja anak om udah gak kesegel," ceplos Alvaro membuat Ica panas dingin.

"Alvaro," papa Alvaro menampar pipi putranya karena kesal Alvaro pergi lalu mengambil kunci montornya yang berada di meja depan rumahnya, Alvaro segera pergi.

"Saya pergi, anggap perjodohan ini batal. Saya tak suka anak saya di maki jalang," pak Darma pergi keluar rumah sambil menarik tangan Ica.

"Anak sialan," gumam mama Alvaro. "Sekarang kita harus gimana mas?"

"Diam kamu saya pusing," papa Alvaro pergi menuju kamarnya.
_
_
_
_

Kini Bella sudah berada di dalam kamarnya, dia bingung gimana caranya memberikan surat pemanggilan dari walinya untuk orang tuanya. Bella sangat takut jika orang tuanya marah, terakhir kali dirinya waktu SMP di panggil oleh pihak sekolah karena dirinya bolos Bella sudah di bentak habis-habisan oleh orang tuanya. Dirinya sampai saat ini masih tidak mengerti kenapa orang tuanya sangat marah jika dirinya bermasalah, sedangkan Ara pernah berpura-pura sakit hanya tidak ingin belajar namun orang tuanya memaklumi Ara.

Bella turun ke lantai bawah untuk menuju dapur yang berada di lantai 1, Bella berencana mencari bibi. Bella terus berusaha mencari bibi namun hasilnya nihil.

"Kamu cari siapa Bell?" suara mama Atifa yang membuat Bella terkejut, refleks menyembunyikan surat panggilan orang tua ke belakang punggungnya.

"Itu apa yang kamu sembunyikan?" Lagi-lagi mama Atifa bertanya namun Bella tak kunjung menjawab, karena dirinya terlalu takut untuk menjawabnya.

"Aku- aku," Suara Bella bergetar menahan rasa takut.

"Kenapa Bell?" Tanya ulang mama Atifa.

"Bella habis bikin adik kelas Bella terluka sampai masuk rumah sakit,"

"Apa !" Teriak papa Mahendra dari arah tangga, papa Mahendra mendengar ucapan Bella.

"Kamu ya lagi-lagi buat ulah, gimana bisa sukses kalau kamu gini terus," papa Mahendra mencubit lengan Bella layaknya seorang ayah yang mencubit anak kecil umur 5 tahun.

"Tapi pa, dia udah bikin Ica trauma pah. Dia bully Ica habis-habisan," Bella berusaha menghindar dari cubitan papanya dan berlindung di punggung mamanya.

"Udah mas, Bella juga berusaha membela sepupunya," mama Atifa berusaha menenangkan suaminya.

"Berapa kali papa bilang, jangan pernah ikut campur dengan keluarga Ica,"

"Emangnya apa sih yang papa sembunyikan dari Bella? Kenapa papa selalu marah kalau Bella buat salah sedikit aja papa udah marahnya minta ampun, sedangkan ara? walaupun mobil papa di bakar pun papa tetap membela dia dan malah menyalahkan Bella? Emang apa unggulnya Ara dari Bella pa? Bella mati-matian mencuri simpati papa tapi pernah gak papa lihat Bella pernah gak?" Teriak Bella.

"Bella ngelakuin hal yang membahayakan itu di luar kendali Bella pa, emang Bella mau punya kepribadian ganda? Enggak pa! Bella capek! Seharunya papa sama Bella bantu Bella buat menghilangkan semuanya bukannya selalu marah setiap Bella ngelakuin kesalahan yang Bella sendiri gak sadar," Bella berlari keluar rumah tanpa mendengarkan omongan mamanya.

"Bella kamu mau kemana sayang?" Teriak mama Atifa tanpa Bella hiraukan.

"Balik kesini atau kamu gak usah balik pulang lagi!" teriak papa Mahendra tak kalah keras.

"Mas sampai kapan kamu membenci Bella dia enggak salah mas, yang salah aku," mama Atifa menggenggam tangan suaminya.

"Sampai dia mati," papa Mahendra pergi meninggalkan mama Atifa lalu pergi menuju kamarnya.

Bella berlari tanpa arah, dirinya pergi tanpa hp maupun dompet. Bella bingung harus pergi kemana akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke taman dekat rumahnya.

Bella duduk di sebuah bangku di dekat kolam yang terdapat pancuran kecil di tengah kolam, dirinya memikirkan perkataan Aulia." Apakah omongan Aulia benar?" Makin hari Bella makin merasakan perubahan sikap ayahnya, apakah ada hal yang di sembunyikan ayahnya dari dirinya.

"Apakah dia anaknya? Atau tidak? " Tiba-tiba pikiran tersebut terlintas di kepala kecil Bella.

Bella menutup matanya, membiarkan
Wajahnya terkena percikan air kolam. Hembusan angin menenangkan pikiran Bella, dirinya capek dengan kehidupannya memiliki kepribadian ganda sangat melelahkan. Dirinya harus kuat jika di salahkan atas perbuatan yang di lakukan Bella tanpa sadar. Bella terus menghembuskan nafasnya pelan hingga sebuah tangan merangkulnya dari belakang, Bella berbalik dan melihat wajah seseorang yang dia rindukan kini berada di hadapannya. Bella memeluk laki-laki tersebut sangat erat, tanpa terasa butiran kristal kecil jatuh di pipi pinknya. Bella memeluk erat menumpahkan keluh kesahnya di pelukan laki-laki itu.

_
_
_
Terimakasih untuk yang udah baca, maaf ya lama up :)

Bella Agatha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang