✨Tamparan✨

831 112 6
                                    

Happy reading
-
-
-

Sudah 1 jam Bela dikamar dan tidak ada tanda-tanda Bela keluar kamar membuat Alvaro memutuskan bermain PS diruang tamu, Alvaro memang sudah seperti putra bagi Mama Atifa dan papa Mahendra karena mereka sudah lama ingin memiliki putra membuat mereka sangat menyayangi teman laki-laki atau pacar Bela dan Ara. Saat sedang fokus bermain PS tiba-tiba Ara datang dengan membawa minuman.

"Kak Alvaro ini Ara bawakan minuman," Ara menaruh minuman tersebut diatas meja dan dia ingin duduk disamping Alvaro namun kaki Ara terpleset membuat Ara jatuh diatas tubuh Alvaro. Pandangan mereka saling terkunci, manik hitam legam itu saling memberi cahaya satu salam lain melalui tatapan tersebut ada debaran dalam diri Ara yang tidak dapat Ara jelaskan artinya.

Tiba-tiba sebuah pas bunga melayang dari arah belakang Ara dan mengenai kepala belakang Ara, tetesan darah segar itu mengalir dari kepala belakang Ara membuat Ara meringis.
Lalu Ara berdiri dan memegang kepalanya, Ara melihat kearah belakang seorang gadis cantik pemilik laki-laki yang tak sengaja dia peluk. Dari arah dapur papa Mahendra datang, membentak Bela sekaligus menampar Bela, terlihat jelas wajah Ara memerah karena tamparan papanya saat itu juga tubuh Ara oleng karena kepala Ara sangat berat akibat lemparan pas tadi dan darah masih mengalir. Dengan sigap Alvaro menangkap tubuh Ara yang ingin jatuh, tatapan Alvaro penuh amarah tak habis pikir dengan pacarnya yang selalu bersikap kasar dengan adiknya serta selalu berfikir negatif.

Mama Atifa menghampiri Ara dengan menangis"Alvaro tolong bawa Ara ke mobil," mendengar perintah mama Atifa tanpa ba-bi-bu Alvaro langsung mengangkat tubuh Ara tanpa melihat wajah Bela.

"Kamu gila atau gimana Bella?" Mata elang papa Mahendra menatap marah putri sulungnya.

" Dia yang main peluk Alvaro, coba papa pikir perasaan cewek mana yang enggak panas lihat pacarnya dipeluk cewek lain pah,"

"Dasar kamu enggak pernah berfikir positif sama Ara, selalu bersikap kasar sama dia,"

"Dia yang bikin Bella seperti ini, coba dia enggak dilahirkan dan mama papa enggak pilih kasih mungkin Bella enggak tumbuh menjadi gadis pembenci dan iri dengki pa. Dimana papa mama saat Bella sakit? Dimana pah? Dimana saat Bella berprestasi pah? Bella selalu nomor dua padahal Bella anak pertama, salah Bella iri sama dia pah? Apa Bella harus mati dulu baru papa mama peduli Bella!" Bella membentak papanya tanpa takut resikonya yang bakal dia dapat, dia sudah lelah disalahkan atas tindakannya jelas-jelas Bela membela dirinya.

Plak

Tamparan kedua kali yang Bella terima sudah tak seperih sebelumnya, sudah biasa bagi Bella menerima tamparan seperti ini rasa sakitnya sudah tak mempan lagi di pipi Bela. Sakit hati Bela lebih sakit ketimbang pipinya akibat tamparan papanya.

"Tampar Bella lagi pah tampar, biar papa puas," Bella mengambil tangan papanya dan menggerakkannya agar menampar pipinya, dengan wajah penuh air mata Bella tetap tersenyum sudah hal biasa baginya diperlakukan seperti ini .

Plak
Plak
Plak

"Kata temen Bella orang tua adalah pelindung mereka pa tempat mereka membagi keluh kesah, mereka selalu menerima elusan lembut yang Bela terima waktu Bella masih umur 5 tahun tapi sekarang udah direnggut sama benalu yang lahir di rahim mama pa!"Bella masih tak menyerah untuk membentak papanya sendiri, tak ada rasa takut lagi dimatanya.

Tangan ayah Bella hendak melayang lagi namun sebuah tangan menahan tangan papa Mahendra. "Bahkan 100 kali om menampar Bella enggak bakal ngerubah apa yang sudah terjadi, dan merubah sikap Bella yang ada Bella akan berubah menjadi gadis pembenci serta iri hati om," tutur Dimas kepada Papa Mahendra .

Bella Agatha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang