HAPPY 13✨
Huhu sekian lama gak buka wattpad ternyata aku di buat kaget dong, makasih banget nih untuk yang udah mau dukung cerita aku sampai 13k pembaca aku bener-bener seneng:) Ini pertama kalinya aku bisa merasakan cerita aku di baca sebanyak ini. LOVE YOU UNTUK KALIAN 🖤
Happy Reading ✨
_
_
_"Al!" Teriak seorang wanita yang sangat di kenal oleh Alvaro kini tengah berdiri di ambang pintu.
Gisel menghampiri Ica yang kini tertunduk di lantai dengan di balut selimut, Ica memeluk Gisel begitu saja saat Gisel berada di hadapannya saat ini. "Ica takut kak." Ica memeluk erat Gisel seolah-olah ingin meminta tolong.
"Lo kenapa?" Tanya Gisel bingung dengan keadaan sekarang.
"Gue gak sengaja robek baju yang di pakai," ucap Alvaro mendapatkan tatapan tajam dari Gisel.
Gisel menatap Alvaro tajam dia tak habis pikir dengan isi otak dari Alvaro yang tega merobek baju sepupu dari kekasih Alvaro sendiri. "Lo sinting atau gila Al? Besok-besok jangan lo robek baju orang sekalin lo laundry biar dapat pahala." Gisel membantu Ica bangkit dan menuntunnya keluar.
"Lo ikut ke rumah gue ya? Nanti gue kasih pinjem baju gue yang udah gak muat mungkin pas di badan lo," ucap Gisel sambil memandang tubuh Ica yang mirip dengan tubuhnya satu tahun yang lalu.
Gisel menuntun Ica yang tengah kesulitan berjalan karena dia harus menutupi tubuhnya dengan selimut, saat berada di depan pintu kamar Bagas mereka berdua tak sengaja berpapasan dengan sang pemilik kamar.
"Lah dia siapa? Kenapa nangis?" Tanya Bagas bingung karena keberadaan gadis yang tak Bagas kenal, bahkan Bagas heran dengan mata sebab wanita tersebut dan selimut yang membalut tubuhnya.
"Tanya noh sama temen lo." Setelah mengucapkan hal tersebut Gisel kembali menuntun Ica dan keluar dari rumah Bagas, sedangkan Bagas masih dengan kebingungan menghampiri Alvaro yang kini hanya diam mematung.
"Anak orang itu Al jangan ngadi-ngadi lo," ucap Bagas asal padahal dirinya tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Yang bila anak gue siapa? Lo datang-datang gak tau apa-apa jangan asal ngomong bisa gak Gas?" Setelah mengatakan itu Alvaro pergi begitu saja tanpa ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Alvaro keluar dari rumah Bagas dan hendak pergi mencari Bella yang sekarang entah kemana, Alvaro saat ini benar-benar pusing dengan masalah hidupnya yang tak habis-habisnya. "Gue capek!!" Teriak Alvaro di balik helem yang dia kenakan, untung saat ini tengah hujan membuat suara Alvaro tak di dengar oleh pengendara lain. Alvaro tak memikirkan tubuhnya yang kini basah kuyup akibat guyuran hujan, saat ini Alvaro benar-benar membutuhkan hujan untuk mendinginkan kepalanya yang panas akan masalah hidupnya.
_
_
_
_
_Seorang laki-laki bulak-balik di depan pintu kamar rumah sakit dengan wajah khawatir, Dimas saat khawatir dengan keadaan Gilang dia berharap Gilang bisa di selamatkan.
Bayangan-bayangan kepergian Raga kembali terputar di memory otaknya Dimas menjambak rambutnya berharap bayangan yang menyakiti hatinya hilang. "Arghh, gue mohon lo selamat Gilang gue gak mau jadi sahabat bodoh yang membiarkan sahabat mati begitu saja, gue gak mau kebodohan yang dulu terulang kembali. " Dimas tertunduk dan jatuh di lantai sambil terus menarik-narik rambutnya hingga beberapa helai rambut Dimas terlepas.
Tiba-tiba dokter menepuk bahu Dimas dan mengisyaratkan Dimas untuk berdiri, dokter memandang iba keadaan Dimas saat ini. "Saya harus berbicara dengan keluarga korban apakah anda keluarga korban?" Tanya dokter kepada Dimas yang kini hanya diam.
"Saya sahabatnya dok," ucap Dimas yang hanya di balas senyuman oleh sang Dokter.
"Saya harap kamu segera memberi tahu keluarga korban, bahwa." Dokter menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya tadi.
Dokter laki-laki tersebut memegang bahu Dimas agar Dimas bisa tegar. "Saya sebelumnya minta maaf tidak bisa melakukan hal banyak ini sudah kehendak Tuhan, saya harap kamu bisa sabar menerimanya bahwa sahabat kamu sudah meninggal dan pergi untuk selamanya."
Kata terakhir dari dokter membuat pertahan Dimas runtuh begitu saja, Dimas tak peduli jika dirinya di cap laki-laki cengeng tapi saat ini dirinya tak bisa membendung kesedihannya.
"Dokter jangan bercanda ya," ucap Dimas sambil tersenyum dia tak percaya jika sahabatnya pergi meninggalkan untuk selamanya. "Dia laki-laki kuat dok gak mungkin dia pergi begitu saja dok." Dimas jatuh ke lantai dan menangis sejadi-jadinya ini benar-benar menyakitkan bagi Dimas.
Dimas terus memukul lantai untuk menyalurkan kesedihannya saat ini, Dimas tak tahu harus melampiaskan ke siapa.Dokter serta perawatan yang berada di lorong tersebut merasa iba dan berusaha menghentikan Dimas agar tak melakukan hal tersebut. "Jangan pukul lantai yang ada kamu melukai tangan kamu sendiri." Seorang dokter wanita muda tiba-tiba datang dan menghampiri Dimas yang tengah memukul lantai dengan kencang.
"Sakit kehilangan sahabatnya tak seberapa dengan sakit tangan saya dok." Tangan Dimas mengeluarkan darah akibat pukulan Dimas yang terlalu kuat.
"Saya gak tahu beban kamu saat ini tapi saya harap jangan sakiti diri kamu," tutur dokter kepada Dimas yang berada dalam dekapannya.
Dimas menangis di dalam dekapan dokter selama 10 menit dia tak menghiraukan tatapan orang-orang yang lalu lalang di lorong itu.
Seorang gadis menghampiri Dimas membuat amarah Dimas yang sudah mereda sekarang kembali lagi, Dimas melepaskan pelukan dokter lalu menghampiri gadis tersebut.
"Plakkk."
Dimas menampar gadis tersebut dirinya tak bisa mengontrol amarahnya saat ini, dia benar-benar kalang kabut saat ini bahkan dia tak segan-segan menampar seorang wanita.
"Udah puas lo sekarang ambil sahabat gue lagi?!! Lo manusia apa hewan ahh? Dengan segampanya lo pergi begitu saja tanpa mau bertanggung jawab padahal jelas-jelas Gilang udah selamatkan nyawa lo!! Bawa temen gue pulang sekarang!! Bawa dia balik di sisi gue!! Gue mohon!!" Dimas membentak dan memohon kepada seorang gadis cantik yang kini berdiri di hadapannya sambil menangis Dimas benar marah saat ini dengan gadis di hadapannya.
Dimas menyalahkan kepergian Gilang kepada gadis yang telah di selamatkan oleh Gilang, Dimas benar-benar tak bisa menerima kepergian Gilang begitu saja Dimas sudah menganggap Gilang seperti saudara laki-lakinya tetapi apa sekarang? Dia harus kehilangan sahabat laki-lakinya untuk kedua kalinya.
Dokter segera mungkin menarik Dimas agar dia tak melakukan hal yang di luar batas, dokter mengajak entah kemana.
_
_
_MAAF LAMA UP YAH:) AKU BINGUNG MAU LANJUTKAN CERITA INI KEK GIMANA SEMOGA SUKA SAMA PART INI:)
AKU UCAPKAN TERIMAKASIH UDAH BANTU SAMPAI 13K
HAPPY 13K✨
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR YA .
![](https://img.wattpad.com/cover/249423617-288-k449325.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella Agatha
Fiksi RemajaMemiliki sikap gegabah dan memiliki emosional yang tinggi membuat semua orang menyembunyikan sesuatu dari Bella. Bella Agatha gadis cantik yang selalu merasa bahwa semua orang menutupi sesuatu hal dari Bella. "Kebohongan terbesar yang pernah gue ras...