Happy Reading ✨
_
_
_"Bel kalau mau bunuh diri jangan tanggung-tanggung!!" Teriak Anjas dari arah bawah membuat Bella seketika terkejut dan menatap ke arah bawah.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Bella yang bingung dengan keberadaan Anjas di pekarangan rumahnya, apalagi Anjas kini datang hanya dengan kaos oblong serta celana pendek dan tak lupa sendal jepit kebalik.
"Gue mau mulung," ucap Anjas asal menjawab pertanyaan dari Bella padahal Bella bertanya serius kepada Anjas. "Bell kalau mau bunuh diri itu lompat dari gedung pencakar langit atau gedung lantai 11 bukanya malah di sini bukan mati yang ada lo cacat, mau jadi cewek cacat? Gue ogah di suruh jadi suami kalau lo cacat." Lanjut Anjas menggoda Bella, Anjas sebenarnya sudah melihat kegiatan Bella dari 10 menit yang lalu. Anjas juga melihat saat Bella menyayat tangannya begitu saja.
"Gue juga ogah jadi istri lo yang ada gue stres." Bella lagi-lagi berusaha lompat kebawah.
"Ehh jangan lompat, gue gak mau jadi saksi nanti kalau lo mati," ucap Anjas yang tak ingin menjadi saksi jika Bella mati nanti, Anjas lebih baik kabur ketimbang di sini. "Tunggu di sini gue ngambil tangga, jangan bunuh diri lo!! Mati bukan menyelesaikan masalah tapi nambah masalah!!" Teriak Anjas lalu pergi untuk mencari tangga.
"Emang ya hidup gue cuma bikin masalah di hidup orang lain." Bella menutup matanya dan melompat begitu saja kebawah tanpa memikirkan akibat dari aksinya ini.
Tubuh Bella jatuh begitu saja, butuh waktu 2 menit untuk tubuh Bella jatuh ke bawah. Jika jatuh kemungkinan untuk meninggalkan hanya 30% sedangkan untuk luka-luka parah 60% dan untuk selamat hanya 10%.
Bella memejamkan matanya dan berharap tidak akan membukanya lagi, Bella merasakan jika tubuhnya jatuh dengan cepat kebawah. Jantung Bella berdetak lebih kencang dari sebelumnya. "Aku minta maaf Al tinggalin kamu." Batin Bella yang mengingat bahwa dia akan meninggal dan meninggalkan Alvaro untuk selamanya.
"Lo mau bunuh diri atau ngebunuh orang orang Bell?" Ucap seseorang dari arah bawah membuat Bella seketika membuka matanya, Bella merasakan tubuhnya jatuh ke tanah yang empuk.
"Ehh Erland." Bella bangkit dari tubuh Erland ternyata Bella menimpa tubuh kekar Erland yang saat ini berada di tanah.
"Besok-besok kalau mau mati bilang-bilang biar gue bisa prepare." Erland bangkit lalu membersihkan bajunya yang kini kotor akibat terkena tanah.
Erland menatap tajam Bella sedangkan Bella hanya cengengesan karena merasa bersalah Bella membantu Erland membersihkan bajunya.
"Salah pegang bego," ucap Erland lalu menepis tangan Bella dari bokongnya.
Bella seketika mengusap tangannya yang tak sengaja menyentuh bokong Erland. "Gue minta maaf gue gak ada maksud pegang bokong lo dan menimpa lo tadi."
"Udah gue maafin kok," ucap Erland yang masih membersihkan bajunya yang masih kotor.
Anjas datang menghampiri Bella dan Erland dengan membawa tangga yang entah di mana Anjas mendapatkannya. "Lah lo gak jadi mati?"
"Lo doain gue mati?" Tanya Erland ketus padahal Anjas niat menanyakan Bella dan bukan Erland.
"Gue tanya Bella bukan buluk." Anjas menghampiri Bella yang kini hanya berdiam diri, Anjas menatap tangan Bella yang penuh luka. "Lo gak papa?" Tanya Anjas setelah menatap tangan Bella penuh darah Anjas juga masih memegang tangga.
"Tangga siapa yang colong?" Bella menatap Anjas yang tengah kesusahan memegang tangga besar yang dia bawa, Bella membantu Anjas lalu meletakkannya di tanah.
"Tangga tetangga lo, kita ke rumah sakit ya biar gue yang antar," ucap Anjas menawarkan bantuan kepada Bella, sedangkan Bella hanya geleng-geleng.
"Gak usah geleng-geleng lo, yuk ke rumah sakit," ucap Erland yang kini sudah berada di samping Bella dan menarik tangan Bella. "Kalau ada apa-apa lo gak usah pakek acara bunuh diri cerita aja ke gue atau ke Anjas pasti ada solusinya kok setiap masalah."
Mendengar ucapan dari Erland membuat Bella tersentuh ternyata sahabat pacarnya peduli terhadap dirinya. "lo mau bunuh gue atau bantu gue?" Tanya Bella kepada Erland yang menarik tangan Bella yang sedang terluka dengan keras.
Karena sadar Erland melepaskan tangan Bella lalu berjalan mendahului Bella menuju mobil Anjas, sedangkan Anjas sekarang tengah mengembalikan tangga yang baru saja di pinjam. "Masuk Bella."
Bella langsung masuk begitu saja ke mobil saat di perintahkan masuk, Bella menatap Erland yang kini tengah fokus dengan handphonenya. "Lo jangan bilang sama Alvaro," ucap Bella yang tak ingin Alvaro khawatir dengan keadaan Bella.
Bella merasakan bahwa Alvaro tengah ada masalah Bella tak ingin menambah beban Alvaro yang sudah banyak. "Gue gak mau bikin dia khawatir."
Erland memasukan handphone miliknya ke saku celana lalu menatap ke kursi penumpang. "Gue gak bilang sama Alvaro, besok-besok jangan kek gitu Bella yang ada lo bikin yang lain khawatir untung tadi gak jadi mati kalau jadi gimana? Yang ada semua orang sedih Bella. Sebesar apa masalah lo sampai lo mau mengakhiri hidup lo?" Tanya Erland kepada Bella yang masih penasaran dengan masalah yang Bella alami sampai-sampai Bella ingin mengakhiri hidupnya.
"Enggak kok." Bella tak ingin ada orang lain yang mengetahui permasalahannya cukup dirinya saja yang tahu bahkan Bella tak ingin memberitahukan Alvaro dia tak ingin masalahnya menjadi beban untuk orang lain.
Anjas masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Bella, sedangkan Erland menatap Anjas yang duduk dibelakang dan bukan di depan. "Lah kok lo duduk di belakang terus yang nyetir siapa?" Tanya Erland kepada Anjas karena mobil yang akan mereka pakai ke rumah sakit adalah mobil Anjas tak mungkin Erland mengendarainya begitu saja tanpa persetujuan Anjas.
"Lo yang bawa, gue mau membersihkan luka Bella dulu," ucap Anjas lalu mengambil kotak P3K yang berada di jok bawah mobilnya.
Erland melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dia tak mau membawa penumpangnya ke neraka sebelum waktunya.
"Sini tangan lo." Perintah Anjas kepada Bella lalu Bella mengulurkan tangannya, Anjas mulai membersihkan tangan Bella yang penuh luka dengan alkohol.
Anjas membersihkan luka pada tangan Bella dengan telaten Anjas merasa khawatir dengan mental Bella. "Dia ada masalah berat? Sampai-sampai mau bunuh diri." Batin Anjas bertanya-tanya, Anjas sudah menganggap Bella seperti sahabatnya mereka sudah saling kenal semenjak Bella dan Alvaro berpacaran. "Untuk gue tadi mau nganterin Erland ke rumah Bella kalau enggak udah mati nih anak." Anjas menatap Bella yang kini hanya bengong.
"Sini peluk gue," ucap Anjas menawarka pelukan terhadap Bella.
Bella memeluk Anjas erat dan menumpahkan semua kesedihannya di dada Anjas, air mata Bella membasahi baju Anjas namun Anjas tak protes sama sekali. "Kalau ada apa-apa cerita sama gue atau yang lain pasti siap bantu kok."
Bella makin erat memeluk Anjas setelah mendengar ucapan dari Anjas. "Makasih ya Anjas lo udah baik sama gue dan lo juga Erland."
Anjas dan Erland hanya menatap Bella lalu tersenyum mereka senang bisa melihat senyum di wajah Bella.
_
_
_JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR.
AYOK TULIS DI KOLOM KOMENTAR PERASAAN KALIAN SETELAH MEMBACA CERITA INI SELAMA INI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bella Agatha
Ficção AdolescenteMemiliki sikap gegabah dan memiliki emosional yang tinggi membuat semua orang menyembunyikan sesuatu dari Bella. Bella Agatha gadis cantik yang selalu merasa bahwa semua orang menutupi sesuatu hal dari Bella. "Kebohongan terbesar yang pernah gue ras...