home 39

3.2K 255 51
                                    

Jungkook duduk di bukit bunga yang pernah ia datangi bersama ayah dan kakaknya, namun kali ini hanya ia satu-satunya yang berada disana. Kepalanya menengadah ke langit, melihat bagaimana gumpalan awan putih yang bergerak searah dan memejamkan mata menikmati  semilir angin yang menerbangkan anak rambutnya.

Sunyi,hanya suara gemrisik dari daun yang bergesekan karna angin, dengan sinar matahari yang tidak terasa terik, memberi rasa hangat dan sejuk. Sebelah tangan Jungkook memainkan bunga dengan kelopak berwarna putih, senada dengan baju yang di kenakannya saat ini.

Jungkook meresapi semua yang ada, hatinya merasa senang, seolah semua beban yang ia rasa pudar terbawa angin. Jungkook menyukai tempat ini, menyukai suasana dan teduh yang ia rasakan.

"Jungkookie"

Panggilan dari suara yang dirindukannya membuatnya membuka mata dan menatap kedepan, memandang wajah dengan lesung pipi dalam itu kemudian senyuman terulas dari bibirnya.

"Kakak"

Ia berdiri menatap kedua kakinya yang mampu menopang tubuhnya kini. Ia berlahan melangkah menghampiri, meraih uluran tangan yang sejak tadi menunggu untuk disambutnya dan mereka berlari tanpa alas kaki, membiarkan sisa embun membasahi telapak kaki. Terasa ringan setiap langkahnya, suara gelak tawa dan canda menggema. Jungkook merasa tenang dengan hati tiada beban. Dan ia ingin tinggal disana.
.

.

.

.

.
Yoongi mendapati ayah, kakek, Jimin dan Taehyung yang tengah duduk di depan ruang operasi. Wajah keempatnya sama menyiratkan ketegangan dan kekhawatiran.

"Apa yang terjadi? Bukankah operasinya besok?" Tanya Yoongi begitu sampai di hadapan sang ayah.

Insung menyeka air mata di sudut matanya "duduklah"

Yoongi menurut mendudukan diri di samping  sang ayah, hatinya bergemuruh dan berdetak kuat sampai Yoongi merasa kesakitan dan nafasnya tercekat, suaranya pun terdengar serak "apa yang terjadi?", ulangnya lagi.

"Kondisi Jungkook menurun drastis" Insung menghela nafas, mengingat kajadian beberapa saat lalu begitu menyesakkan hatinya "tadi setelah menonton acaramu dan setuju untuk operasi, Jungkook masih baik-baik saja, masih menjawab pertanyaan papa dan mama. Bahkan menjalani test sebagai salah satu prosedur operasi besok"

Insung melirik ke arah Yoongi yang masih menunggu kelanjutan ucapannya "tapi tidak tau karna sebab apa Jungkook tiba-tiba kejang dan detak jantungnya meningkat, dokter menginjeksikan obat tapi sebelum itu kesadaran adikmu sudah semakin menurun"

"L-lalu kenapaa operasinya justru dimajukan saat kondisinya kritis? Bukankah terlalu beresiko?"

"Menundanya lebih lama jauh lebih beresiko"

Yoongi menyandarkan punggungnya dengan lemas, pandangannya menatap kosong ke depan"apa dokter tidak mengatakan apa yang terjadi?"

"Dojter juga tidak menyangka kondisinya akan memburuk seperti ini. Dan setelah dilakukan CT-Scan,  kejangnya disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah yang menghambat aliran oksigen dan darah ke otak, dokter bilang itu efek cidera punggungnya, dan semakin parah dengan kondisi paru-paru adikmu."

"Apa Jungkookie akan baik-baik saja?"

"Persentase keberhasilan operasinya lima puluh persen" Insung tak berani menjamin apapun, dokter juga sudah mengatakan semua resiko yang dapat terjadi nanti. Mereka terlalu lama menunda dan kondisi Jungkook dalam keadaan tak baik saat masuk ke ruang operasi. Operasi paru yang harusnya tidak terlalu beresiko kini justru seperti sebuah ancaman.

Come Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang