Yoongi membutuhkan siapapun untuk membangunkannya dari mimpi buruk yang menyesakan dadanya dan merampas kinerja otaknya, ia masih tidak memahami situasi yang terjadi saat Sejin managernya meyeretnya pergi ke rumah sakit pada waktu hampir tengah malam, menggedor keras kamar Yoongi yang tengah beristirahat pasca kepulangannya dari Jepang.
Dan kini di depan pintu UGD Yoongi nampak linglung, segala macam pemikiran buruk dan degupan jantung yang semakin menggila saat mendapati kedua orang tuanya nampak kacau, Jeon Sera meraung merapalkan nama bungsunya dengan isak yang begitu memilukan, di sisinya Insung mendekap erat dengan wajah tak kalah kacau. Tak jauh dari mereka nenek Kim juga menangis terisak sembari menyatukan tangan memanjatkan doa, lalu ada dua remaja dengan seragam serupa milik adik nya tengah terisak dengan pandangan menatap kosong pada lantai rumah sakit.
"A-ada apa ini?" Tanya Yoongi parau
"Mobil yang ditumpangi adikmu dan Namjoon mengalami kecelakaan, sebuah truk kontainer kehilangan kendali dan menabrak mobil mereka, supir keluarga kalian meninggal di tempat kejadian" terang Sejin
Yoongi jatuh terduduk, pandangannya kosong, mencoba mencari celah pada pikiranya sendiri bahwa apa yang dihadapannya adalah kebohongan, bahwa adiknya pasti baik-baik saja, adiknya akan tampil di resital piano besok dan setelahnya mereka akan mengunjungi festival makanan seperti yang adiknya inginkan. Namun semua semakin terasa nyata saat seorang dokter keluar dari ruang UGD.
Jeon Insung berjalan mendekat, sementara Yoongi seolah otaknya telah tumpul untuk sekedar memerintahkan anggota geraknya untuk menghampiri.
"Mohon maaf pasien atas nama Kim Namjoon tidak dapat kami selamatkan" ucap dokter dengan nada penuh sesal dan membungkuk dalam.
Semua yang disana terpukul atas kabar yang baru saja mereka dengar. Nenek Kim terisak karna keluarga satu-satunya telah berpulang ke pangkuan tuhan, demikian pula Sera yang dengan segera memeluk tubuh renta kepala pelayan yang telah ia anggap sebagai keluarga. Insung juga bergeming,sejak awal pemuda Kim datang ke kediamannya ia telah dibuat jatuh hati akan kecerdasan dan pembawaannya yang dewasa, satu sebab Insung tak pernah merasa keberatan memberi pendidikan terbaik bagi cucu pelayan tersebut, bahkan Insung telah menawarkan jabatan yang bagus di perusahaan saat Namjoon lulus universitas, namun pemuda Kim tersebut telah begitu cinta kepada bungsunya sehingga lebih memilih mendampingi Jungkook, dan Insung begitu bersyukur atas itu, putranya dibawah bimbingan orang yang begitu ia percaya.
Yoongi sendiri telah menganggap Namjoon sebagai sahabat, sejak bangku sekolah dasar mereka telah menjadi teman sekolah dan teman bermain di rumah, hingga dewasa ini keduanya begitu akrab dan selalu cocok dalam berbincang.
Taehyung dan Jimin semakin menangis, bagaimanapun mereka cukup mengenal Namjoon dengan baik. Namjoon sering mendampingi mereka saat bermain, bukan sebagai seorang asisten tapi lebih pada sosok kakak yang begitu melindungi.
Tak lama brankar yang berisi jasad Namjoon gang tertutup selimut putih didorong keluar UGD, Insung memeluk jasad tersebut dan menangis.
"Terima kasih Namjoon ah, terima kasih telah menjaganya bahkan hingga detik ini. Aku harap di kehidupan selanjutnya hubungan kita bisa lebih dari ini" bisik Insung
Yoongi berjalan mendekat, membimbing pelayan Kim untuk mengikuti brankar Namjoon yang dibawa untuk dibersihkan. Taehyung dan Jimin juga mengikuti keduanya.
"Pasien atas nama Jeon Jungkook dalam kondisi kritis, cidera yang dialami sangat berat, mari ikut ke ruangan saya" ucap dokter
Insung mengajak Sera, keduanya berjalan menuju ruang dokter.
Ceklek
"Silahkan masuk" ucap dokter berusia lima puluh tahunan tersebut. Insung dan Sera duduk bersisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back Home
FanfictionJungkook hanya ingin tempat yang ia sebut rumah juga menjadi tujuan untuk keluarganya kembali pulang. Cover by @dwiinfantriani