Sejatinya kata sempurna tak akan pernah bersanding dengan manusia. Kesempurnaan adalah hal mustahil yang bisa dirasakan dalam kehidupan dunia. Tidak pernah ada yang bisa mendefinisikan arti sempurna yang sesungguhnya.
Pun demikian yang dirasakan seorang Jeon Jungkook. Setiap manusia yang mengenalnya akan mengatakan bahwa ia adalah definisi sempurna sebuah kehidupan.
Terlahir dengan paras rupawan dan otak cerdas dengan segudang bakat, kehidupan sosial yang membuat siapapun merasa iri dan ingin bertukar tempat dengannya, ia adalah putra bungsu dari Jeon Insung yang merupakan pengusaha yang memiliki kerajaan bisnis di banyak belahan dunia, ibu nya adalah Jeon Sera wanita yang pernah menyandang gelar ratu kecantikan pada masanya, seorang aktris dan model dengan bayaran dan gaya hidup fantastis. Serta seorang kakak yang berprofesi sebagai produser lagu dan rapper ternama dengan karya yang telah mendunia di usia muda Jeon Yoongi.Namun nyatanya semua fakta itu tak membuat Jungkook merasa sempurna, segala hal yang disematkan padanya adalah sebuah kekosongan dan kehampaan yang tertutup gemerlap dunia yang menyorotinya. Tidak pernah ada yang benar-benar memahami keretakan hatinya, jiwanya yang gersang membuatnya selalu tercekik oleh sepi setelah riuh kekaguman manusia tertutup malam.
Jungkook menghembuskan nafas lelah mendengar dering bel pertanda pulang sekolah berbunyi. Dia duduk tenang di bangkunya yang berada di barisan ketiga dari depan, mengedarkan pandangan menatap kawan sekelasnya tengah bersemangat merapikan barang mereka dan keluar dari kelas diiringi tawa dan gurauan, membicarakan hal-hal yang akan mereka lakukan sepulangnya dari gedung pendidikan ini dan menghabiskan akhir pekan mereka. Berkunjung ke rumah teman, menghabiskan waktu bersama orang tua bahkan beberapa gerutuan karna harus menjemput atau mengantar salah satu saudara juga terdengar di telingannya. Matanya beralih menatap meja guru yang baru saja di tinggalkan seorang lelaki paruh baya yang merupakan guru nya, bahkan gurunya tengah berjalan keluar kelas sembari menatap ponsel dengan senyuman yang tersungging di bibirnya, mungkin pesan dari istri atau anak yang menunggu kepulangannya.
Saat kelas telah benar-benar kosong, Jungkook menyandang tas punggungnya, berjalan dengan langkah lunglai keluar kelas. Koridor sekolah nampak sepi, hanya tersisa beberapa orang siswa kelas tiga yang berlalu lalang untuk mengikuti kelas tambahan.
Tepat saat melewati pintu utama sekolah ia melihat sebuah sedan mewah, seorang pemuda berusia dupuluh enam dengan setelan jas bergegas membukakan pintu mobil untuknya begitu menyadari kehadirannya.
Kim Namjoon adalah orang kepercayaan Insung, ia adalah cucu dari seorang pelayan yang bekerja di kediaman Jeon. Ia dibesarkan dan tumbuh bersama putra-putra insung. Mengenyam pendidikan di universitas ternama di Korea dengan Insung yang menanggung biaya pendidikan dan hidup keluarganya sejak kecil. Menjadikan Namjoon begitu mengabdi kepada keluarga tersebut dan dengan gelar sarjana terbaik yang disandangnya ia justru mengajukan diri untuk menjadi asisten pribadi putra bungsu Jeon.
Jungkook masuk kedalam mobil, menyandarkan tubuh dan menatap pemandangan luar yang menampilkan langit senja dari kaca jendela mobil tanpa minat.
Perlahan mobil keluar dari gerbang besar sekolah elit tersebut, supir melajukan mobil dengan kecepatan sedang, sedangkan Namjoon yang duduk di bangku penumpang samping supir menyalakan musik classic, membuat pemuda enam belas tahun yang tengah duduk di belakang merasa mengantuk.
"Jungkook kau bisa tidur sejenak selama perjalanan ke tempat bimbingan belajar" ucap Namjoon melirik putra majikannya tersebut.
Jungkook hanya berdehem dan mulai memejamkan matanya.
Setelah empat puluh menit perjalanan Namjoon membangunkan Jungkook.
Jungkook membuka mata, menatap bangunan tempatnya mengikuti bimbingan belajar bahasa asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back Home
FanfictionJungkook hanya ingin tempat yang ia sebut rumah juga menjadi tujuan untuk keluarganya kembali pulang. Cover by @dwiinfantriani