Part 44

263 26 0
                                    

A Shocking News

Tian hari ini pasrah dengan mengikuti peraturan dari Markus. Dia harus menurut dengan diantar dengan mobil yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Markus. Tian semakin jengah ketika mobil yang sudah disiapkan untuknya adalah jenis Hi-Luxury MPV dengan sliding door sebagai ciri khas mobil tersebut. Jika mobil itu dibawa ke kampus jelas akan terlihat mencolok, dan Tian tidak menyukai itu. Tapi, sekali lagi, Tian masih belum memiliki cara untuk membuat Markus lebih lunak dalam hal ini.

Sesampai di kampus, Tian langsung menuju bagian administrasi di gedung pasca sarjana tempatnya menimba ilmu. Karena bisa membuktikan bahwa dia terlambat mengurus her-registrasi karena kecelakaan dan harus rawat inap di rumah sakit, maka pihak kampus memberikan toleransi keterlambatan tersebut. Tian sudah dalam tahap penulisan thesis, jadi sudah tidak ada perkuliahan teori yang harus dilalui. Belum tengah hari, semua urusan sudah selesai dan sekarang Tian tengah duduk tenang di students lounge yang ada di lantai lima kampusnya. Sedang enaknya dia membaca beberapa jurnal penelitian untuk penulisan thesisnya, tiba-tiba Feinya menelponnya

"Pagi kak Tian, kakak sekarang lagi dimana?" Sapa Feinya ramah di ujung telepon.

"Ini lagi di kampus. Ngurus her-registrasi yang ketunda gara-gara kemarin harus opname itu. Kenapa Fei?"

"Udah selesai belum kak ngurusinnya? Kalau udah, ke rumah dong. Ini Fei lagi lepas tugas, trus bete gak ngapa-ngapain gitu. Kakak kan biasanya punya ide ngapain gitu buat ilangin bete kayak gini"

"Boleh. Kakak ke sana. Ini udah selesai kok. Cuman baca-baca artikel doang ini" Setelah mengucap itu, Tian menutup telponnya. Segera dia memberesi barang-barangnya dan kemudian dia berjalan menuju lift dan turun ke lantai bawah. Namun, saat hendak menuju parkiran, tiba-tiba Tian berubah pikiran. Dia tidak jadi menuju pintu utama yang langsung memiliki akses ke tempat parkir mobilnya. Tian justru berbalik arah dan memutar melalui pintu samping dan memilih menggunakan taksi menuju ke rumah Feinya.

Selang satu jam kemudian, Tian sudah sampai di rumah Feinya. Sekarang dia sedang duduk berbincang santai bersama Brian di beranda samping rumah. Sementara Feinya dan Mentari sedang menyiapkan makan siang. Hari itu adalah hari jumat dan biasanya sebelum tengah hari, Brian dan Mentari memang sudah berada di rumah. Brian dan Mentari tentu saja senang saat mendapati Tian sedang berada di rumahnya. Mereka bertambah senang saat melihat Tian sudah bisa tersenyum lepas dan bahkan bisa tertawa bersama dengan Feinya. Hingga sore, Tian menghabiskan waktunya bersama keluarga Brian.

***

Jika Tian saat ini sedang bersantai bersama dengan keluarga Brian, maka lain halnya dengan Iwan, sopir yang sudah diserahi Markus untuk menjadi sopir pribadi dari Tian menjadi kalang kabut. Pasalnya, Tian tidak nampak bahkan ketika kampus sudah akan ditutup karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Dengan ketakutan, Iwan akhirnya memutuskan untuk menelpon Markus. Dia sendiri sudah pasrah jika dia harus dipecat di hari pertamanya bekerja.

"Selamat malam pak, apa mas Tian sudah ada di rumah ya pak?" Tanya Iwan dengan sedikit takut

"Lho, bukannya Tian sama kamu? Dia gak ada di rumah" Markus memang tidak mendapati Tian ada di rumah sejak dia pulang dari kantor jam enam sore tadi.

"Masalahnya, ini kampus sudah mau tutup dan mas Tian tidak ada pak. Saya tanyakan ke petugas kampus sudah tidak ada kegiatan di kampus pak." Penjelasan dari Iwan langsung membuat Markus panik.

"HAH? Maksudnya Tian hilang gitu? Kok bisa kamu gak tahu kemana anak saya pergi? Sudah kamu cari lagi belum?" Markus langsung panik mendengar apa yang dikatakan oleh Iwan baru saja.

"Sudah pak. Saya sudah cari, tapi memang tidak ketemu. Saya juga sudah menanyakan ke pihak keamanan kampus juga. Saya memang stay di mobil pak, dan tidak mengikuti kemana mas Tian pergi. Takutnya kalau saya mengikuti kemanapun mas Tian pergi, akan mengganggu privasinya mas Tian" Jawaban Iwan membuat Markus makin bingung dan panik. Dia langsung mematikan telponnya, lalu dengan langkah tergesa dia menuju ruang makan, dimana di sana ada Reynald dan Siska yang saat itu sedang makan malam.

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang