Part 28

244 27 0
                                    

Ke Malang Lagi

Malam ini, selepas makan malam, Markus dan Siska memilih untuk bersantai di ruang tivi. Markus berencana untuk memberi tahu Siska soal Reynald yang sudah menyerah dan menerima perjodohan. "Ma, tadi Rey udah bicara sama papa. Dia udah nyerah dan mau kita jodohin. Jadi mungkin dalam waktu dekat kita ke Malang. Menemui orang tua Feli untuk membicarakan rencana kita." Siska yang awalnya bersantai sambil nonton tivi langsung membulatkan matanya. Dia sangat senang mendengar jika Reynald bersedia dijodohkan yang artinya Feli akan menjadi menantunya.

"Papa udah bilang kalau calonnya itu Feli?" Siska penasaran dan sempat berpikiran jika Reynald menerima perjodohan itu karena mengetahui jika yang akan menjadi istrinya itu adalah Felicia.

"Gak. Papa gak kasih tahu soal itu. Biar aja dia penasaran" Siska bingung, sejak kapan suaminya itu menjadi iseng seperti itu.

"Soal perjodohan ini, papa gak mau ngulangin apa yang kita lakuin ke Anne ma. Jujur, walaupun sekarang Anne dan Joe udah saling mencintai dan mereka bilang kalau mereka bahagia, tapi itu mereka lewati setelah mereka masing-masing terluka cukup dalam dan parahnya lagi kita sama sekali gak tahu soal itu. Papa nyesel banget ma kalau ingat soal itu." Markus mengutarakan penyesalannya yang sangat dalam. Siska sebenarnya ingin menimpali apa yang diutarakan oleh suaminya itu, namun belum sempat dia berbicara, Tian nampak berjalan menuju ke arah mereka. Tampaknya dia akan keluar.

"Pa, bisa pinjem mobil bentar gak? Mobil Tian tinggal di resto pa" Ucap Tian setelah mendudukan dirinya di samping Markus.

"Ketinggalan di resto kamu? Emang kamu mau kemana malam gini?" Tanya Markus kemudian

"Bukan ketinggalan pa. Tadi resto butuh mobil buat beli bahan. Beberapa stok bahan udah habis, mangkanya mobil Tian taruh di sana biar bisa dipakai operasional resto. Tian mau nganter Feinya ke rumah sakit. Dia dapat shift malam pa. Kan gak mungkin Tian nganter Feinya pake motor" Selain mobil, Tian juga ada motor yang biasa dia pakai untuk menunjang aktivitasnya. Saat mobilnya dibutuhkan di resto, maka dia masih bisa beraktivitas dengan motor bertipe light sport miliknya.

"Kan kemarin udah papa udah mau anter kamu ke dealer mobil. Bener kan sekarang kamu butuh mobil buat aktivitas kamu. Gimana? Besok ke dealer buat ambil mobil?"

"Gak perlu pa. Tian masih bisa pakai motor buat back up aktivitas Tian. Tapi kali ini kan Tian mau anter Feinya, masak pake motor. Isshh.. lama amat dah... Boleh gak sih pa dipinjem mobilnya?" Tian agak kesal dengan Markus. Dia sudah agak terburu untuk mengantar Feinya ke rumah sakit. Biasanya Feinya diantar oleh Mario atau sopir keluarganya, namun kali ini semuanya tidak bisa dan Feinya tidak diijinkan untuk menggunakan transportasi umum di malam hari.

"Boleh.. Kamu ambil juga boleh. Ambil kunci di tempat biasanya" Mendapat lampu hijau dari Markus, lalu Tian beranjak pergi sambil mencium punggung tangan Markus dan Siska. Sebelum Tian benar-benar beranjak pergi, Markus memanggilnya kembali.

"Oh ya, Besok kalau kamu ke kantor, ajak Feli ke ruangan papa. Kakakmu akhirnya mau dijodohin. Papa mau arrange jadwal buat ketemuan sama orang tuanya Feli. Kamu juga ikut ya ke Malang"

"Oke pa. Besok seperti biasanya ya. Sekitaran lunch time Tian ke tempat papa" Ujar Tian kemudian lalu diapun segera pergi meninggalkan kedua orang tuanya tersebut. Markus dan Siska lalu melanjutkan perbincangan mereka.

"Selain Anne, papa juga bersalah ma ke Tian. Dua anak kita itu seakan luput dari perhatian kita gara-gara kita terlalu fokus dengan Reynald. Tian itu anak yang hebat, tapi papa gak menyadari itu sampai akhirnya kemarin waktu Tian tunjukin semuanya ke kita. Mulai saat itu, papa janji, papa akan perhatikan semua anak kita ma. Ya walaupun sudah sangat telat ma. Kita tersadar setelah semua ini sudah terjadi seperti ini. Papa ingin nebus apa yang udah gak papa kasih ke mereka selama ini"

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang