Part 31

270 28 2
                                    

Finally and It's You!!!

Semua yang ada di ruangan itu terlihat merekahkan senyum. Mereka saling berbincang ringan dalam balutan canda yang hangat. Semuanya, kecuali satu orang, yaitu Reynald. Wajahnya tidak bisa membohongi apa yang ada di pikirannya. Otaknya seolah dipaksa untuk mereka-reka siapa yang akan menjadi calon pendamping yang akan dikenalkan padanya. Seandainya Tian tidak memperkenalkan Feinya sebagai pacarnya, dia masih berkeyakinan pada Tian dan Feli adalah sepasang kekasih. Joe melihat adik iparnya itu sekarang bingung. Dia menyenggol pelan lengan Anne yang duduk di sampingnya, lalu dengan isyarat dagunya dia mengarahkan Anne untuk melihat Reynald yang duduk diam dengan wajah yang tidak menampakkan senyum sama sekali.

"Kamu itu kenapa sih? Wajah ditekuk kayak gitu? Masih berat hati gitu nerima perjodohan ini?" Anne bertanya pada Reynald. Merasa bahwa pertanyaan itu ditujukan pada dirinya, Reynald mengangkat wajahnya lalu mendesah kasar.

"Santai kak, lagian tuh ya, kak Cia itu juga belum tentu mau kok lanjut sama kakak. Dia itu bilang kalau mau kenalan dulu, kalo cocok baru dah lanjut. Kalau gak? Ya kakak nge-jomblo lagi dah.." Tian sengaja menggunakan panggilan Feli saat di rumah supaya Reynald makin penasaran. Reynald semakin masam wajahnya mendengar itu. Markus yang melihat itu langsung menyahut.

"Gini aja Rey, kamu ketemuan aja dululah sama calon kamu itu. Nanti kalau memang gak cocok atau bukan selera kamu, mungkin papa ijinkan kamu buat menolaknya. Gimana?" Reynald mengangguk lemas. Terlambat sudah jika dia harus membatalkan perjodohan ini. Tidak mungkin juga dia mempermalukan keluarganya sendiri dengan menolak calon yang sudah dipilihkan oleh orang tuanya. apalagi Reynald melihat bahwa kedua orang tuanya itu sangat mengharapkan jika dirinya menerima perjodohan ini.

"Udah, ayok Anne dan Feinya ikutan mama ke ruang makan. Bantuin mama buat siapin makan. Sebentar lagi calonnya Rey juga pasti datang kok" Siska mencoba mengalihkan perhatian dari Markus dan Tian. Sedari awal, memang dua orang lelaki ini yang paling sering menggoda Reynald, terutama soal perjodohannya dengan Feli. Setelah Siska, Anne dan Feinya beranjak dari ruang keluarga, kini tinggal tersisa Markus, Tian, Reynald dan Joe.

"Perjodohan tidak selalu buruk juga dek. Awalnya mungkin akan terasa terpaksa buat ngejalaninnya. Tapi kalau kita bisa membuka hati lalu lalu mencoba menjalani dengan senyum dan ikhlas, bukan hal yang sulit untuk membuatnya indah. Akan beda cerita kalau memang kamu udah punya pacar. Sekarang kamu kan gak punya pacar? Jadinya harusnya gak ada masalah, hanya menata hati kamu aja untuk bisa menerimanya." Joe mencoba menenangkan Reynald dengan sedikit mengungkap apa yang dulu pernah terjadi padanya. Reynald hanya terdiam. Dia masih mencerna perkataan dari Joenathan, kakak iparnya itu.

"Calon yang udah dipilihkan buat kamu itu wanita yang baik. Dia cantik, bukan cuman wajahnya tapi juga hatinya. Pilihan papa dan mama gak salah" Tambah Joe lagi. Sementara Reynald masih dengan wajah datarnya. Sesal masih saja ada di pikirannya.

***

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Agus dan keluarganya saat ini sudah bersiap dan dalam perjalanan menuju ke rumah Markus. Agus, Retno, Feli dan Dimas duduk manis dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Markus untuk menjemput mereka dari hotel tempat menginap. Selama di Jakarta, semua akomodasi memang sudah diurus oleh Markus. Agus dan Retno memang sudah mengetahui jika calon besannya itu merupakan seorang businessman besar, namun mereka tidak menyangka bahwa perhatian dan respon dari Markus sangat besar untuk mereka.

"Biyuh nduk. Iki omah opo keraton? Cek magrong-magrong koyok ngene. Sugeh eram yo calon morotuamu. Biyuuhh iki ngunu nek ngepel pirang jam yo?" Seperti biasanya Retno selalu bersikap spontan dan selalu heboh. Saat ini mereka memang sudah memasuki rumah keluarga Markus.

"Uwes tho bu. Ojok ngisin-ngisini ngunu tho. Iku delengen tha, anak wedhokmu isin kuwi lho" Agus mencoba mengingatkan Retno untuk tidak terlalu berlebihan. Feli dan Dimas yang melihat itu hanya tersenyum ringan. Mereka sudah sangat terbiasa dengan polah tingkah kedua orang tua mereka.

Saat sampai di teras, tanpa perlu mengetuk pintu atau memencet bel, pintu sudah terbuka sendiri dan beberapa asisten rumah tangga langsung mengarahkan mereka menuju ruang tengah yang juga ruang keluarga. Di ruangan itu telah menunggu semua keluarga Markus. Melihat bahwa tamu yang sudah mereka tinggu datang, Markus bergegas berdiri, menyambut Agus dengan menjabat tangan hangat. Siska kemudian mengikuti Markus dan menyambut Agus dan keluarganya dengan hangat. Hal yang sama dilakukan oleh Tian, setelah menjabat dan mencium tangan Agus dan Retno, Tian langsung ber hi-five dengan Dimas. Joe dan Anne jadi yang paling akhir menyambut Agus dan Retno. Reynald hanya diam, berdiri dan mematung melihat itu semua.

"Rey, sini, ini lho gadis yang papa dan mama mau kenalin ke kamu. Kok malah diam di situ. Sini!" Markus dengan nada perintah halusnya menyuruh Reynald untuk segera bergabung.

"Maksudnya, pa?" Tanya Reynald yang masih belum mengerti juga.

"Kak, papa dan mama itu ngejodohin kakak sama kak Feli. Beneran dah apa yang dibilang kak Bagas. Kak Rey kena serangan virus oon tingkat dewa" Tian mencoba menjelaskan ke Reynald. Mendengar itu, Reynald sangat kaget. Belum sempat Reynald berkata, Markus langsung memotongnya.

"Tapi papa juga gak memaksa kamu. Seperti yang sore tadi papa bilang, papa kasih kamu kebebasan sepenuhnya. Kamu bisa menolak atau menerima perjodohan ini. Sekarang kesempatan kamu untuk menyetujui dan menolak setelah kamu tahu calon yang kami pilihkan" Ujar Markus kemudian. Mendengar itu, Reynald mengambil napas dan kemudian berkata

"Kalo dengan Feli, Rey............................." Belum selesai Reynald berucap, tiba-tiba Tian memotongnya

"Kalo misal nih kak Rey gak mau sama kak Feli, gimana kalau kak Feli Tian jodohin aja sama bang Mario, kakaknya Feinya. Kak Feli kan juga udah kenal sama bang Mario kan ya? Jadi Tian yakin juga gak akan sulit buat jodohin bang Mario sama kak Feli" Tian lagi-lagi menjadi kompor dan sukses menyulut emosi Reynald.

"Gak.. Gak bisa..." Reynald langsung menyambar ucapan Tian dengan sedikit emosi. Reynald tidak akan pernah rela jika Feli harus bersanding dengan orang lain. Sekedar dekat dengan adiknya saja hatinya sudah cemburu, apalagi harus menyaksikan jika dia bersanding dengan orang lain.

"Jadi, kamu menolak perjodohan dengan Feli. Baik, pak Agus, mohon maaf sekali, ternyata anak kami yang masih belum bisa menerima perjodohan ini. Sekali lagi kami mohon maaf pak" Markus menunjukkan wajah penyesalannya pada Agus dan keluarganya. Mendengar itu, Reynald langsung panik. Dia tidak mau kehilangan peluang untuk menjadikan Feli sebagai pasangannya.

"Arghh.. Maksud Rey, Feli gak bisa dijodohin sama yang lain. Gak boleh. Feli kan udah dijodohin sama Rey. Gak boleh" Reynald langsung berucap. Nada posesif sangat jelas kentara dari ucapannya. Mendengar itu, suasana hening, namun beberapa detik kemudian meledaklah tawa dari semua orang di situ. Reynald yang sadar jika dirinya telah dikerjai habis-habisan oleh keluarganya sendiri, langsung merah padam wajahnya. Dirinya kini harus menanggung malu atas ulah konyol dan spontan dari ucapannya itu.

Sama seperti ketika Agus menerima Markus di Malang dengan kehangatan, Markuspun berlaku demikian pada keluarga Agus. Pertemuan dua keluarga itupun berjalan akrab dan hangat. Kedua keluarga ini juga sepakat untuk memberikan ruang dan waktu untuk Feli dan Reynald untuk mengenal satu sama lainnya sebelum mengikat mereka dalam pernikahan. Raut wajah bahagia kini terpancar dari semua orang yang ada di sana. Dari pertemuan dua keluarga inipula akhirnya Reynald mengetahui dengan jelas bagaimana cerita perjodohannya dengan Feli terjadi. Reynald juga akhirnya tahu bagaimana sebenarnya hubungan antara Tian dan Feli serta bagaimana mereka bisa akrab satu sama lainnya. Reynald hanya bisa tersenyum dan mengucapkan banyak terima kasih pada Tian, karena sudah membuat impiannya untuk bersanding dengan Feli bisa terwujud.

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang