Part 17

266 24 1
                                    

Semakin Dekat Semakin Perhatian

Malam beranjak. Jam sudah menunjukkan jam delapan malam. Feli sudah menunjukkan wajah lelahnya. Melihat itu, Tian lalu mengajak pulang Feli. Reynald sebenarnya ingin protes, namun tidak mungkin juga menyuruh Feli untuk tetap tinggal di apartemennya. Dia mendengus kesal ketika Tian dan Feli berpamitan meninggalkan apartemennya dan menyisakan dia sendirian. Reynald kemudian memilih berbaring di kamarnya. Mengistirahatkan tubuh tampaknya merupakan pilihan yang tepat untuk Reynald. Esok hari Reynald berencana untuk kembali masuk kantor. Sudah satu pekan dia tidak masuk kantor. Bukan masalah besar sebenarnya, Markus, Joe dan Tian sudah melakukan back up pada pekerjaan Reynald di kantor.

Pagi di kantor seperti biasa Feli langsung membuat minuman kesukaannya. Hot green tea sudah ada di depannya. Beberapa kudapan ringan juga ada di meja kerjanya. Dia tampaknya harus menyiapkan tenaga ekstra buat hari ini. Sama seperti Reynald yang seminggu tidak ke kantor, Feli yang menjadi perawat dadakan buat bosnya itu juga sudah meninggalkan kursi kesayangannya seminggu.

"Feli my girl, my mate, my everything. Akhirnya lo balik kerja lagi. Setelah sekian purnama menghilang bagai ditelan bumi, you finally back. Sumpah ini hari yang paling membahagiakan buat gue. Serasa gue minum es cincau di padang gurun sahara yang panas membara" Bagas tidak bisa menutupi kebahagiaanya saat melihat Feli sudah duduk manis di mejanya. Segera dia menghampiri team mate-nya itu. Feli hanya tertawa melihat kekonyolan dari Bagas. Dalam hati Feli juga merindukan rekan kerja yang sudah membimbingnya dengan sabar.

"Eh, gimana tuh rasanya jadi suster buat si bos? Resek gak tuh kayak di kantor?" Jiwa kekepoan dari Bagas langsung timbul saat Feli masuk ke kantor

"Biasa aja sih mas. Pak bos kan sakit tuh, resek sih gak cuman ya jadi kayak ngurus baby gitu dah" Feli mengeluh lelah.

"Ntar ya, makan siang kita cerita-cerita lagi. Kagen gue nge-nghibah bareng lo. Engap gue sendirian di sini. Bos sama lo kagak ada. Sendirian dah gue di sini" Bagas akhirnya curhat juga. Load kerjaannya memang berlipat karena dia harus handle kerjaan yang harusnya adalah kerjaan Feli. Tidak ada pilihan lain selain dia.

Semua berjalan normal. Pekerjaan yang menumpuk akhirnya bisa diselesaikan satu per satu. Jam makan siang pun tiba. Feli melirik ke arah ruang kerja Reynald. Masih tertutup dan dari kaca terlihat bahwa Reynald masih berkutat dengan dokumen di mejanya. Ditinggal seminggu tampaknya membuat semua dokumen menjadi menumpuk di meja, dan dia harus memeriksa semua dokumen itu satu persatu.

Tok..Tok..Tok

"Selamat siang pak. Sekedar mengingatkan jika sudah waktunya istirahat siang pak" Ujar Feli setelah dia masuk ke ruangan Reynald. Mendengar Feli yang mempedulikan kondisinya itu, tentu Reynald tersentak senang. Senyum langsung merekah di bibir Reynald namun kemudian langsung menormalkannya kembali.

"Masih banyak dokumen yang harus saya periksa. Tahu sendiri seminggu lalu saya pengguran kan" Ujar Reynald sambil terus memainkan pena-nya di dokumen yang dia periksa. Masih juga Reynald dalam posisi jual mahal.

"Dan bapak akan kembali sakit lagi seperti seminggu lalu. Trus, mungkin malah harus masuk rumah sakit buat opname. Kena lagi nanti saya dan mas Bagas yang harus back up kerjaan bapak." Feli mendekati Reynald, mengambil pena yang masih ada di tangan Reynald dan meletakkannya di meja. Reynald yang merasa terganggu, mendengus kasar. Dia mengambil kembali dokumen yang juga sudah diambil oleh Feli, namun Feli lebih dulu menutupnya.

"Makanan sudah saya siapkan di meja pak. Silakan makan siang dulu" Ujar Feli sambil matanya mengarah pada sofa yang ada di ruang kerja Reynald. Makanan yang disiapkan Feli itu sebenarnya adalah bekalnya, namun karena dilihat Reynald belum juga keluar makan siang, Feli kemudian memindahkan makanannya itu ke piring dan lalu menatanya di meja tamu di ruangan Reynald. Melihat makanan yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya itu, akhirnya Reynald menghentikan pekerjaannya, menghampiri makan siang yang disiapkan oleh Feli.

"Kamu juga makan siang di sini saja. Barengan, temanin saya makan" Perintah Reynald

"Saya makan siang di kantin saja pak. Kalau saya pesen dan diantar ke sini pasti lama" Tolak Feli. Reynald yang mendengar penolakan dari Feli jadi tidak begitu berselera untuk makan. Tapi di sisi hatinya yang lain, dia juga sangat senang jika ternyata Feli masih perhatian sama dia walaupun dia sudah aktif kembali di kantor. Setelah pamit, Feli akhirnya meninggalkan ruangan Reynald. Baik Reynald maupun Feli tidak menyadari bahwa interaksi mereka diperhatikan oleh Bagas. Mereka lupa bahwa ruangan Reynald adalah ruang kaca dan saat itu blind miror tidak dalam kondisi on. Bagas yang melihat itu hanya tersenyum simpul sendiri. Setidaknya atasannya itu tidak lagi menggalau seperti yang sudah-sudah.

Sedang enak-enaknya Reynald menikmati masakan Feli, tiba-tiba Siska datang sambil membawa goodie bag yang berisi food box.

"Lho kamu sudah makan siang ya nak?" Tanya Siska saat mendapati Reynald sedang makan siang.

"Iya ma. Ini juga tadi dipaksa sama Feli. Makanan ini juga sebenarnya bekal yang dia bawa" Ujar Reynald sambil terus makan

"Feli itu sekretaris yang udah ngerawat kamu itu kan? Wah, udah cantik pintar masak ya dia. Mama pernah makan masakan dia. Enak juga ternyata. Dia kayaknya perhatian ya sama kamu" Siska sama sekali tidak kecewa jika makanan yang dia bawa tidak jadi dimakan oleh anaknya. Dia malah makin senang jika Feli dan Reynald semakin dekat satu sama lainnya. Dia juga senang jika Reynald juga merespon perhatian dari Feli.

"Ya udah, kamu terusin makannya. Mama mau ke ruangan Tian dulu, mau ngasih makan siang ini sama adikmu itu" Siska lalu beranjak keluar ruangan Reynald dan menuju ke ruangan Tian. Markus hari ini tidak ada di kantor. Dia sedang berada di lokasi project.

Siska terus beranjak dan segera menuju ke ruangan Tian. Sesampainya di sana, dijumpainya Tian asyik dengan laptopnya. Dia tampak serius mengerjakan sesuatu.

"Ma, tumben nih datang ke ruangan Tian" Sejak Tian magang di perusahaan milik orang tuanya itu, ini memang kali pertama Siska datang ke ruangannya.

"Udah makan siang belum? Udah waktunya makan siang ini?" Tanya Siska kemudian.

"Ntar aja ma. Tian juga barusan datang dari kampus. Gak enak juga, baru datang kok langsung ambil jam istirahat" Ujar Tian.

"Ya udah, ini tadi mama bawa buat Rey, tapi ternyata Rey udah makan siang pake bekalnya Feli. Buat kamu aja" Siska kemudian meletakkan bekal makan siang yang dibawanya itu.

"Waah Thank you banget ma. Tahu aja kalau Tian udah laper" Tian tersenyum riang dan menerima food box dari Siska. Setelah itu, Siska lalu beranjak keluar dari ruangan Tian. Setelah Siska meninggalkan Tian, senyum yang tadinya cerah mendadak hilang berubah menjadi wajah yang datar.

"seperti biasanya, cuman kak Rey yang ada di pikiran mama dan papa. Makanan ini harusnya buat kak Rey. Bukan buatku kan ma? Gak mungkin juga mama mau capek-capek bikinin makan siang buat Tian. Ah, sudahlah, udah terlalu biasa seperti ini. Kapan papa dan mama sadar bahwa masih ada kak Anne dan Tian? Sebegitu pentingnya kak Rey dan sebegitu gak pentingnya kami berdua di mata papa dan mama?" Tian bergumam sendiri. Monolognya pada diri sendiri tentang isi hatinya selama ini.

"But anyway, thanks mom, eventhough actually you did it not for me" Ucap Tian lirih.

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang