Part 13

289 33 0
                                    

Putusan Hati

Reynald dilanda pusing kuadrat. Pusing setelah Tian membeberkan beberapa indikasi kemungkinan adanya korupsi yang dilakukan secara sistematis dan masif di perusahaannya, masih ditambah pusing dengan Tian dan Feli yang semakin dekat. Feli dan Tian makin hari makin terlihat semakin dekat dan hal itu menambah tingkat kecemburuan dari Reynald langsung meningkat. Fakta bahwa Tian juga akrab dengan keluarga Feli menambah keyakinan Reynald bahwa Tian sudah sangat jauh melangkah dalam hubungannya dengan Feli. Tampaknya dia harus menyetujui saran dari Bagas. Dia harus memutuskan apa putusan hatinya, merelakan Feli untuk adiknya atau dia berjuang untuk mendapatkannya yang berarti juga akan bersaing secara langsung dengan adiknya sendiri? Reynald bergegas keluar dari ruangannya dan menuju ke meja kerja Bagas. Letak meja kerja Bagas yang bersebelahan dengan Feli, menjadikan Reynald mau tidak mau melihat Feli.

"Bagas, kamu ikut saya. Kita ada meeting di luar" Ujar Reynald pada Bagas tegas. Bagas tampak kebingungan. Dalam catatannya hari ini tidak ada jadwal meeting dengan klien di luar. Tapi dia masih berprasangka bahwa bosnya itu ada meeting mendadak dengan klien di luar dan hal itu di luar agenda jadwal yang sudah disusun oleh Bagas.

"Baik pak. Sebentar saya siapkan beberapa catatan penting yang mungkin nanti bisa digunakan dalam meeting" Bagas mengambil tablet yang biasa dia bawa jika ada meeting dengan klien. Dia segera mengikuti langkah Reynald yang telah ada di depannya itu.

"Ini nanti kita meeting dengan perusahaan apa ya pak? Dan tentang apa? Biar saya siapkan dokumen pendukungnya" Tanya Bagas ketika dia dan Reynald sudah ada di lift, dan hanya terdapat mereka berdua sehingga Bagas leluasa untuk bertanya pada Reynald. Reynald sendiri bingung menjawab. Sebenarnya dia hanya beralasan untuk menarik Bagas keluar agar dia bisa ngobrol lebih banyak dengan sekretaris dan asisten pribadinya itu. Hubungannya yang dekat menjadikan Reynald nyaman untuk ngobrol lebih banyak dengan Bagas.

"Meeting sama hati saya" Akhirnya Reynald menjawab asal pertanyaan Bagas. Mendengar jawaban bosnya yang diluar perkiraannya itu, sukses membuat Bagas kembali merasa bahwa bosnya itu terkena serangan virus oon akut tingkat dewa. Daripada mendengar jawaban yang gak nyambung seperti itu, Bagas lebih memilih diam saja.

Sampailah kini mereka di cafe. Mereka hanya diam berdua di satu meja dengan ukuran personal. Tampak Reynald hanya memainkan minumannya sambil matanya menerawang, entah apa yang dipikirkannya.

"Ekhem... Bos ini kita lagi nungguin klien atau kencan sih bos? Kalau nungguin klien, emang bos janjian sama klien jam berapa? Tapi kalau bos ngajakin saya kencan, mending saya balik kantor aja bos. Saya punya istri bos, dan saya masih setia sama istri saya. Gak mau saya selingkuh, apalagi sama bos. Beneran deh. Suer!!" Bagas sudah tidak tahan. Lebih dari setengah jam dia dan Reynald hanya duduk tanpa ada yang ngomong. Reynald sibuk dengan tatapannya pada iced lemon tea di depannya, Bagas sibuk dengan games di ponselnya.

"yang ngajakin kamu selingkuh sama saya juga siapa? Saya itu sukanya sama Feli bukan sama kamu! Ogah juga jadiin kamu selingkuhan saya! Gak ada untungnya buat saya!" Reynald langsung ngegas mendengar perkataan panjang Bagas. Jawaban itu membuat Bagas langsung ternganga. Benar ternyata dugaannya selama ini bahwa Reynald menyukai Feli.

"Naahhhhh kan akhirnya. Senjata makan tuan kan bos. Awalnya jadiin Feli sekretaris buat ngisengin doang kan, malah sekarang jadi klepek-klepek" Bagas tertawa puas. Bagas tahu betul bagaimana awalnya Feli bisa menjadi sekretaris Reynald, menggantikan sekretaris lamanya yang mengundurkan diri karena menikah dan akhirnya hamil.

"Masalahnya sekarang, Feli itu deket banget sama Tian. Kamu sendiri tahu itu. Apa iya saya saingan sama adik sendiri? Apa kata orang nanti kalau kami saingan rebutan Feli" Reynald terlihat bingung. Dia tidak memperdulikan ejekan dari Bagas.

"Jadi bos ngajakin saya ke sini buat ngomong masalah ini?" Pertanyaan Bagas dijawab anggukan kecil dari Reynald. Bagas mendengus melihat respon dari bosnya itu.

"Rumitnya di situ sih bos. Siapapun yang dipilih sama Feli, entah bos atau bos junior, pasti akan bikin sakit hati yang gak dipilih. Apa enaknya juga kalau kita dapat apa yang kita mau, tapi kita melukai hati saudara kita sendiri. Trus ntar habis itu diam-diaman, gak saling ngomong, hubungannya canggung, gak saling sapa, gitu? Pasti gak kepengen yang seperti itu kan. Saudara dan pertalian darah itu abadi bos. Gak bisa ilang. Jangan sampai dia rusak persaudaraan"

"Trus, gimana? Saya harus relakan Feli buat Tian? Kamu tahu sendiri kacaunya saya kalau lihat mereka berdua" Respon Reynald sambil meminum habis iced lemon tea-nya.

"Bos tanya dululah sama bos junior. Gimana sebenarnya hubungannya sama Feli. Kalau seandainya emang gak ada apa-apa alias cuman kedekatan pertemanan saja? Tapi kalaupun jawabannya mereka udah pacaran, saran saya nih bos, mending bos relain aja. Jangan dipaksain bos. Efeknya kayak yang tadi saya jelasin bos" terang Bagas

"Udah jelaslah hubungan mereka. Keliatan banget kalau itu. Semua orang tahu itu kan?" Bahkan sekarang satu kantor telah mengetahui bahwa antara Tian dan Feli memang sudah terjalin hubungan khusus. Mereka berdua seakan tidak sungkan untuk menunjukkan keakrabannya di depan karyawan lainnya.

"Gak tahu kenapa ya bos, kok saya ngerasanya mereka bukan pacaran. Deket emang, sering ngobrol juga, tapi ya hanya sebatas teman gitu. Ini feeling saya setelah melihat beberapa kali mereka ngobrol. Bos junior kayak lebih nganggap Feli itu kakaknya dan Feli juga kayak nganggap bos junior itu adiknya" Obrolan saat Feli memberikan kripik tempe dimana Feli menyebut Tian dengan "dek" membuat Bagas menarik kesimpulan itu. Lagipula jika dicermati, bahasa tubuh saat mereka bersama tidak menunjukkan jika hubungan yang terjalin adalah hubungan sepasang kekasih. Tidak ada rangkulan, pelukan atau bahasa tubuh lain yang menunjukkan hubungan antara sepasang kekasih. Melainkan hubungan kakak dengan adiknya. Itu dari kacamata dan pengamatan dari Bagas.

"Apa iya aku harus bertanya langsung ke Tian? Apa gak jadi bahan ketawaan dia kalau aku nanya hal sekonyol itu?" Pikir Reynald bingung.

Reynald sebenarnya kini sudah tahu bagaimana perasaannya pada Feli. Dia mulai menaruh hatinya pada sekretarisnya itu. Namun, semua yang diungkapkan oleh Bagas tadi juga benar. Siapapun nanti yang dipilih oleh Feli, entah dia atau Tian tentu akan membawa sakit hati dan luka pada yang tidak terpilih. Reynald mengakui bahwa secara personal dia memang tidak terlalu akrab dengan adiknya itu. Perbedaan sifat dan pembawaan dari lahir sangat terlihat jelas. Keduanya masih tinggal dalam satu rumah, namun tingkat kesibukan yang tinggi dari Reynald dan kesibukan kuliah Tian, menjadikan keduanya jarang bisa ngobrol dan melakukan aktivitas layaknya adik kakak pada umumnya. Namun, ketidakdekatannya dengan Tian secara personal juga bukan alasan bahwa dia tidak memperdulikan perasaan Tian. Bagaimanapun Tian itu adiknya. Seandainya bukan Tian yang sedang dekat dengan Feli, mungkin Reynald tidak akan sepusing ini.

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang