Part 53

268 20 2
                                    

Lamaran yang Kepaksa

Hubungan Tian dan Feinya sudah berjalan relatif lama. Hubungan mereka bukan lagi terkait mereka sendiri, namun sudah hubungan antar keluarga. Keluarga Markus dan keluarga Brian sekarang nampak sangat hangat dan akrab. Beberapa kali mereka saling mengunjungi satu sama lain. Kedua keluarga sebenarnya telah sering menanyakan baik pada Tian maupun kepada Feinya kapan mereka akan segera melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan, namun keduanya hanya tersenyum saat ditanya mengenai hal ini. Tentu saja, sikap keduanya ini membuat gemas kedua keluarga.

"Nak, sini, duduk sama papa.." Markus menepuk kursi di sampingnya saat tahu Tian yang baru saja pulang dari resto. Tian yang awalnya hendak langsung menuju kamar, lalu membatalkan langkahnya dan kemudian duduk di samping Markus.

"Kamu sama Feinya gimana?" Tanya singkat Markus.

"Gak ada apa-apa pa. Kami baik-baik aja kok. Emang kenapa pa?" Tian masih bingung ketika tiba-tiba menanyakan bagaimana hubungannya dengan Tian

"Kapan kamu mau ngelamar resmi Feinya? Papa lihat kalian sudah saling mengenal satu dengan lainnya. Papa juga lihatnya kalian udah saling cocok dan saling mendukung. Bisa jadi fitnah nanti di luar sana" Markus mencoba memberi pengertian pada Tian. Mendengar itu Tian hanya terdiam, mencoba memahami perkataan Markus. Melihat Tian yang terdiam dan terlihat berpikir, Markus lalu melanjutkan perkataannya

"Kenapa? Kenapa ditekuk gitu mukanya? Kalian gak melakukan yang macem-macem kan sama Feinya?" Tiba-tiba pertanyaan Markus membuat Tian tercekat. Entah darimana tiba-tiba Markus menanyakan pertanyaan itu.

"Sebenarnya.... Sebenarnya.. Kami sempet tidur bareng pa. Maaf pa, tapi waktu itu Tian beneran gak sadar. Waktu bangun, baru nyadar kalau kami udah ngelakuinnya." Tian menjawab dengan wajah tertunduk. Roman mukanya terlihat sangat menyesal.

"MAKSUD KAMU??" Markus langsung melototkan matanya mendengar perkataan Tian. Teriakan dari Markus membuat Siska yang sedang berada di dapur langsung menghampiri Markus

"Ada apa pa? Kenapa teriak-teriak seperti itu?" Tanya Siska pelan

"Tian dan Feinya. Ternyata mereka sudah di luar batas. Mereka sudah tidur bersama. Ma, nanti malam kita harus ke rumah Feinya. Kita minta maaf sekaligus kita lamar Feinya secara resmi. Papa gak mau tambah malu lagi" Siska mengatupkan bibirnya tidak percaya. Dia memandang Tian lalu bertanya

"Benar itu Tian?" Belum sempat Tian menjawab Markus lalu berkata

"Kamu, malam ini harus ikut! Gak ada bantahan! Jangan bikin papa tambah malu!" Markus berdiri dan meninggalkan Tian sendiri, karena Markus menyeret Siska untuk ikut bersamanya. Ditinggal sendirian, Tian langsung bingung sendiri.

"Lha apa salahnya ya dengan tidur bersama? Kok jadi heboh gitu dah papa dan mama?" Tian lalu melangkah santai menuju kamarnya.

***

Malam harinya, Markus, Siska dan Tian sudah berada di kediaman keluarga Brian. Karena sudah saling mengenal dan beberapa kali berkunjung, maka Brian tidak terlalu kaget dengan kedatangan dari Markus. Mereka langsung berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah ada Markus, Siska dan Tian, sementara di sisi lain sudah ada Brian, Mentari, Feinya dan Mario.

"Begini pak, saya atas nama keluarga, kami minta maaf yang sebesar-besarnya. Sungguh kami tidak tahu jika kelakuan anak kami sungguh sudah diluar batas" Mendengar itu Brian sungguh bingung. Dia masih belum bisa meraba arah pembicaraan dari Markus.

"Tadi siang Tian mengatakan bahwa Tian dan Feinya, mereka telah melakukan.... hm.... mereka telah tidur bersama. Kami mohon maaf atas perilaku anak kami" Mendengar perkataan Markus, Brian dan Mentari langsung melihat ke arah Feinya. Namun, anehnya baik Feinya dan Tian masih saja terlihat santai, seperti tidak ada permasalahan sama sekali. Hal ini yang menimbulkan pertanyaan besar bagi Brian dan keluarganya.

"Bener itu nak?" Tanya Mentari kepada Feinya dengan hati-hati.

"Iya bun. Udah beberapa kali juga Fei dan kak Tian tidur bareng" Markus menghela nafas mendengar ucapan dari Feinya. Brian dan Mentari juga tidak kalah kagetnya setelah mendengar penuturan dari Feinya

"Emang kenapa yah, bun kalau Fei dan kak Tian tidur bareng? Fei sama abang juga sering kan tidur bareng. Juga gak apa-apa kan yah, bun? Kenapa waktu tidur bareng sama kak Tian jadi diributin" Pertanyaan Feinya membuat semua yang ada menjadi mengerutkan keningnya. Sungguh, Feinya seorang yang sangat superior tingkat kecerdasanya namun kepolosan berpikirnya membuat gregetan semuanya.

"Bentar.. Bentar.. Ini kayaknya ada yang bikin ambigu di sini. Emang waktu kamu tidur, itu kamu sama Tian gimana?" Brian yang tersadar bahwa Feinya, anaknya, terkadang memiliki pola pikir yang kelewat polos dan tidak sesuai dengan profesinya saat ini, langsung menangkap ada yang salah di sini.

"Ya udah, kak Tian dan Feinya tidur aja gitu. Waktu itu kan kak Tian lagi sakit tifus, papa Markus kan pergi ke kantor, mama Siska lagi masak, trus Feinya yang jagain kak Tian kan. Kak Tian lagi tidur soalnya abis minum obat. Karena capek, ya udah Feinya juga ketiduran di sampingnya kak Tian. Jadinya kan kita tidur bareng. Fei tidur di ranjangnya kak Tian, yah" Penjelasan yang disampaikan Feinya langsung membuat semua yang ada di situ menggelengkan kepala. Mendengar penjelasan dari Feinya, Markus langsung menoleh ke Tian. Seolah mengerti, Tian langsung berkata

"Jangan salahin Tian, pa. Waktu itu Tian mau jelasin, papa udah keburu pergi duluan. Papa pergi sambil nyeret mama juga kan?" Tian sangat santai dan tidak merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Markus. Markus memegang ujung hidungnya. Pikirannya menjadi sangat kacau. Sungguh, dia sangat malu di depan keluarga Brian. Dia menatap lagi Tian, lalu menoleh ke arah Brian lalu dengan tarikan nafas yang berat, kemudian markus berkata

"Baik, tampaknya masalah salah paham ini udah clear. Lalu biar tidak terjadi lagi masalah seperti ini, saya usulkan, kita nikahkan saja mereka berdua sekalian. Bagaimana pak?" Pertanyaan Markus yang langsung to the point membuat Brian kaget juga. Brian lalu mengalihkan pandangannya pada Feinya, berpikir sejenak, lalu dia berucap dengan tegas

"Saya setuju. Toh mereka sudah lama saling mengenal. Mereka juga sudah saling mencintai juga. Keduanya sama-sama mapan" Mentari hanya tersenyum dan mengangguk pertanda dia setuju dengan perkataan suaminya itu.

"HAH??? NIKAH??" Tian dan Feinya berteriak kaget berbarengan.

"Bunda juga setuju. Udah waktunya juga kamu buat berumah tangga" Mentari tersenyum. Dia sangat menyetujui usulan dari Markus dan Brian, suaminya.

"Pa, beneran nih? Tian nikah sama Feinya?" Tanya Tian ke Markus

"Iya, dan gak ada bantahan untuk kali ini. Kamu harus mau!" Baru kali ini Markus memerintah Tian. Tian hanya mengangguk. Dia sama sekali tidak menolak untuk menikah dengan Feinya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Feinya. Keduanya tidak mempermasalahkan jika mereka diharuskan menikah oleh orang tua mereka. Namun jika harus mendadak seperti ini, tentu semuanya akan menjadi repot nantinya.

"Feinya, Tian, besok jangan lupa ke gereja. Daftar buat kanonik. Siapin berkas-berkasnya, biar besok gampang kalau mau ngurusnya. Ke kantor catatan sipil juga buat daftar pernikahannya" Mentari berucap pada Tian dan Feinya dan dijawab dengan anggukan oleh keduanya.

"Akhirnya lo nikahin juga adek gue" Setelah dari tadi melihat drama absurd, akhirnya Mario keluar juga suaranya. Sedari awal dia sudah yakin jika Tian dan Feinya tidak akan melewati batasan. Selain karena Feinya yang kelewat polos, Tian juga tipe lelaki yang sangat memegang teguh prinsipnya,

"Gimana lagi, dipaksa gitu bang" Jawab Tian dengan wajah sok drama

"Halaah.. Dipaksa juga lo mau gitu. Atau jangan-jangan lo udah rencanain drama ini tadi?" Mario berucap sambil melempar kacang ke arah Tian.

Akhirnya selesailah lamaran yang sangat tidak romantis dan berawal dari kesalahpahaman dari Markus akan perkataan dari Tian. Apapun, Tian dan Feinya yang menjadi aktor utama dari acara malam itu menerima sebulat hati. Sekarang, mulailah mereka disibukkan dengan urusan pengurusan dokumen untuk pernikahan mereka.

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang