Part 16

271 31 0
                                    

Perawat Dadakan

Selama dua hari Feli masih menjadi perawat dadakan untuk Reynald. Reynald antara senang dan tidak senang perasaannya. Senang karena dia dirawat oleh Feli. Hal itu semakin mendekatkan Feli dengan dirinya. Tapi begitu tahu bahwa Feli dijemput pagi harinya oleh Tian dan malamnya, Feli kembali diantar oleh Tian. Reynald merutuki kondisi kesehatannya sehingga Tian yang harus mengantar jemput Feli ke kosnya. Siska sendiri sepenuhya percaya kepada Feli untuk mengurusnya. Apalagi, saat Markus menceritakan bahwa Feli termasuk karyawan yang baik dan gak aneh-aneh di kantor, membuat Siska tidak ragu pada Feli. Kondisi Reynald terus membaik. Kini, demamnya sudah hilang, namun lambungnya kadang masih terasa perih dan masih lemas.

"Pak, ini buburnya dimakan dulu. Sarapan dulu" Feli masuk ke kamar Reynald membawa nampan berisi bubur manado dan teh manis hangat.

"Bubur lagi. Mau bubur ayam, bubur sumsum, bubur daging sapi, bubur kacang ijo tetep aja bubur. Bosen saya. Berasa kayak manula yang gak punya gigi. Gak bisa gitu saya makan makanan selain bubur?" Reynald sudah bosan dengan bubur. Dua hari ini dia terus makan bubur. Walaupun Feli sudah berusaha memodifikasinya, namun tetap saja dia bosan dengan bubur.

"Bertahap pak. Ini saya bikinnya bubur manado. Sedikit lebih kasar kan dibanding bubur yang kemarin. Kalau memang udah gak masalah, nanti siang atau malam pak Rey bisa makan nasi tim. Saya rencananya mau buat nasi tim ayam pak." Feli masih berusaha membujuk Reynald untuk makan. Dan seperti yang sudah-sudah Reynald hanya bisa pasrah daripada dia melanjutkan protes dan Feli memilih pulang dan tidak merawatnya lagi. Hatinya sudah mantap tertuju pada Feli.

Selesai menghabiskan sarapannya, Reynald memilih untuk tidur. Beberapa jam tertidur, menjelang siang Reynald terbangun. Pintu kamarnya sengaja tidak ditutup sehingga memudahkan Feli dalam mengawasi. Reynald sendiri terbangun kareana adanya suara dua orang yang sedang bercakap. Di edarkannya pandangan, dan seketika mata-nya tertuju pada dua sosok yang sedang akrab berbincang. Siapa lagi kalau buka Feli dan Tian. Mereka sebenarnya sedang mendiskusikan tema dan konsep resto yang sedang dibangun oleh Tian. Sesuai ucapannya, Tian memang serius untuk membuat resto dan cafe. Malahan sekarang selain resto dan cafe, Tian berencana sekaligus menambah coffee shop di resto miliknya. Selain itu, Tian juga banyak bertanya soal Feinya ke Feli. Dia dengan jujur telah bercerita bahwa dia naksir dengan calon dokter itu. Feli tentu senang mendengarnya dan dia sangat bersedia membantu Tian mendekati Feinya. Feli sangat mengetahui bagaimana kepribadian dari Tian dan Feinya. Feli sendiri juga sudah berjanji untuk menjadi mak comblang buat keduanya.

"Serius amat. Lagi omongin apaan kalian?" Reynald lalu berusaha nimbrung. Sebenarnya dia penasaran dengan hal apa yang mereka diskusikan. Tian dan Feli yang sedang ngobrol dan diskusi ringan itu pun kaget. Mereka mengiranya kalau Reynald masih tertidur di kamar.

"Lagi diskusiin sinetron kak. Hehehe." Tian menjawab asal dan langsung membereskan beberapa kertas konsep hasil diskusi mereka.

"Sejak kapan kamu senang sama sinetron?" Reynald masih penasaran dengan jawaban Tian. Sejauh yang Reynald tahu, adiknya itu tidak menyukai sinetron.

"Eh kak, soal kasus kemarin, kayaknya udah bisa Tian bongkar. Ntar kalo kakak udah sembuh beneran dan udah balik kantor, Tian bakal beberin semuanya ke kakak" Tian sebenarnya mengalihkan pembicaraan Reynald. Tapi memang benar jika memang dia sudah menemukan titik simpul dari kasus korupsi besar-besaran yang terjadi di perusahaan ayahnya keluarga Adiwijaya. Mendengar bahwa Tian mampu mengurai benang kusut kasus korupsi di kantornya, Reynald langsung duduk di samping Tian. Berharap jika adiknya segera menjelaskan penemuannya.

Melihat dua kakak beradik itu sedang berdiskusi tentang kasus korupsi yang sedang mereka usut. Dia ke dapur, menyiapkan oatmeal biscuit dan beberapa buah apel. Camilan itu disiapkan untuk Reynald dan aman untuk kondisi lambungnya yang sedang bermasalah tersebut. Sesampai di ruang tivi, dia masih melihat dua kakak beradik itu mendiskusikan beberapa kerjaan kantor.

"Pak, ini camilannya. Aman untuk lambungnya bapak yang lagi error" Ujar Feli sambil menyodorkan biskuit dan apel yang sudah terkupas dan dipotong-potong. Feli tadi juga membuat smoothie pisang. Selain untuk Reynald, Feli juga membuatkan smoothie pisang untuk Tian.

"Itu, biskuit?" Tanya Reynald singkat sambil melihat ke piring yang dibawa Feli. Dia tidak terlalu menyukai biskuit.

"Oatmeal biscuit. Mulut bapak terasa pahit kan? Nah buat ngilangin pahitnya itu, bapak bisa makan biskuit atau apel ini" Reynald lalu mengangguk mendengar penjelasan Feli. Dia lalu mengambil apel beberapa potong dan mulai memakannya. Benar juga, rasa pahit di mulutnya bisa jauh berkurang setelah makan apel yang sudah dikupas oleh Feli tersebut. Jadilah siang hingga sore ini Reynald dan Tian lebih banyak berdiskusi tentang skandal korupsi. Sementara Feli lebih menghabiskan waktunya untuk menyiapkan makan malam. Dia berencana membuat nasi tim ayam.

Entah, haruskah Reynald bersyukur karena dia sakit dan akhirnya hal itu yang membuatnya lebih dekat dan lebih mengenal Feli dengan lebih mendalam lagi? Tiga hari merawatnya sudah memberikan Reynald yakin ingin menjadikan Feli sebagai pendamping hidupnya. Markus dan Siska sepertinya tidak masalah jika dia mendekati Feli. Perhatiannya kini tertuju pada Tian, adiknya. Sampai sekarangpun dia masih belum mendapat kejelasan mengenai hubungan mereka.

"Pak, ini udah sore lho. Mandi dulu gih. Ntar kalo kemalaman bisa demam lagi pak" Feli menghampiri Reynald dan Tian yang masih berdisukusi tentang temuan Tian. Feli memegang lengan Reynald yang saat itu hanya mengenakan kaos polo, lalu memegang kening Reynald. Maksudnya adalah untuk memeriksa apakah Reynald masih demam apa tidak. Reynald hanya diam saat Feli memegang tangan dan keningnya. Sejenak kemudian Feli tersadar bahwa mungkin tindakannya berlebihan.

"Maaf.. Pak, saya gak bermaksud tidak sopan ke bapak. Hanya ingin memastikan bapak demam atau tidak" Feli sedikit tergagap meminta maaf pada Reynald. Dia takut Reynald akan tersinggung akan tindakannya tadi. Sungguh, itu di luar kontrolnya.

"Ok, saya mandi dulu" Ujar Reynald singkat. Sebenarnya dia tidak marah, hanya grogi saat tiba-tiba Feli memegang tangan dan keningnya. Perasaannya berdebar aneh saat Feli melakukan hal itu padanya. Feli memang bukan wanita pertama yang pernah singgah di hati Reynald. Tapi, perasaannya tidak pernah sedalam ini jika dibandingkan dengan wanita-wanitanya sebelumnya.

Reynald langsung memasuki kamarnya dan kemudian menutupnya. Di balik pintu, dia Reynald kembali termenung. Dipandanginya lengannya yang tadi dipegang oleh Feli. Mengingat kembali kejadian yang baru terjadi tersebut, tidak terasa wajahnya memerah. Sepeninggal Reynald masuk ke kamarnya, Feli menatap Tian yang dari tadi mencermati drama romantis di depannya itu.

"Dek, gak sekalian mandi? Bisa kan madi di kamar yang biasanya dipake mas Bagas itu?" Feli menyarankan hal yang sama ke Tian. Hari memang sudah sore dan menjelang malam. Wajar jika dia mengingatkan dua boss boys di depannya itu.

"Iya kakak ipar.. " Jawab Tian iseng sambil tersenyum ke Feli. Mendengar Tian memanggilanya dengan kakak ipar, membuat pipi Feli langsung memerah. Semenjak Feli merawat Reynald, harus diakui bahwa Feli mulai menaruh hatinya pada atasannya itu. Dia bisa melihat sisi lain Reynald justru ketika dia merawatnya.

"Hah? Kok manggilnya kakak ipar?" Feli masih blushing. Memerah.

"Soon. Bentar lagi kak. Inget kan kalau Tian pernah bilang kalau hubungan kita lebih dari sekedar teman? Feeling Tian kak Feli itu bakalan jadi kakak ipar Tian"

"Isshh.. Itu kan mau kamu dek. Pak Rey aja diam aja kok" Feli masih berusaha mengelak. Dia tidak berani menatap langsung Tian.

"O.. jadi kalo kak Rey ngomong langsung, kakak mau dong jadi kakak ipar Tian?"

"Apa kata nanti aja dek. Udah sana gih mandi.. udah sore" Feli berusaha menghindar terus dari Tian

Tian langsung masuk ke kamar yang biasanya digunakan Bagas dan mandi di sana. Feli kemudian memilih kembali ke dapur dan menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga. Hatinya masih berdegub kencang karena kejadian sore ini.

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang