Part 4

398 42 0
                                    

Weekend is overtime

Akhirnya hari sabtu tiba. Banyak yang membuat status di media sosial dengan tulisan "weekend is coming". Tapi tampaknya itu tidaklah berlaku bagi Feli dan Bagas. Weekend ini mereka harus siap bergadang menyelesaikan pekerjaan. Lembur kali ini di apartemen milik Reynald, jadi mau tidak mau Feli harus menyiapkan beberapa keperluan pribadi termasuk beberapa potong baju. Berjaga-jaga jika seandainya harus menginap. Jadilah sekarang Feli membawa satu tas backpack di punggungnya. Penampilannya sangat mirip orang yang mau naik gunung atau mau hiking.

Ting..Tong..

Bagas membuka pintu. Bagas memang sudah ada di unit apartemen Reynald. Apartemen Reynald sendiri bukan hal asing bagi Bagas. Bahkan Bagas juga memegang passkey untuk bisa masuk. Bagas sering menginap di apartemen Reynald berhubung dengan masalah pekerjaan atau jika memang harus lembur. Beberapa barang pribadi Bagas bahkan ada di unit apartemen milik Reynald. Unit apartemen milik Reynald adalah apartemen dengan tiga kamar tidur. Dua ruangan difungsikan untuk kamar tidur dan satu ruangan diubah fungsi menjadi ruang kerja. Desain minimalis modern menjadikan apartemen ini cukup nyaman ditinggali. Reynald sendiri tidak setiap hari tinggal di apartemennya. Hanya ketika pekerjaan sedang menumpuk atau ketika dia butuh ruang untuk lembur namun dengan suasana yang rileks seperti sekarang. Reynald sendiri tidak menyukai jika pekerjaan dibawa ke rumah, maka jika pekerjaan tidak bisa diselesaikan di kantor, dia akan membawanya ke apartemennya.

"What the..... Lo mau naik gunung ato mau lembur kerjaan kantor?" Bagas takjub dengan tampilan Feli. Celana cargo, boots, kaos yang ditutup dengan bomber jacket. Rambutnya dikuncir ekor kuda dengan asal dan tidak rapi. Tampilannya itu masih ditambah dengan backpack ala naik gunung. Wajah polos, tidak ada sapuan make up sama sekali.

"Fel, lo itu mau lembur lho. Bukannya mau naik gunung atau mau kemana gitu" Bagas bertanya sekali lagi pada Feli. Masih tidak percaya dengan penampilan Feli pagi ini.

"Itu bawa apaan di backpak Lo itu?" Belum sempat Feli menjawab pertanyaan Bagas, tangannya ditarik Bagas masuk ke unit apartemen Reynald. Bagas baru sadar jika mereka masih ngobrol di ambang pintu. Reynald yang baru saja keluar dari kamarnya langsung kaget melihat penampakan sekretaris barunya itu. Sangat jauh dari kesan feminim.

"Kamu mau lembur atau mau hiking ke gunung?" Kembali pertanyaan yang sama dilontarkan Reynald

"Lha kan bapak mintanya lembur buat bikin ajuan proposal kerjasama perusahaan sama kompilasi audit internal" jawab Feli ringan.

"trus apaan itu bawa backpack gitu? Mau diriin tenda trus kamping? Kamu pikir apartemen saya itu hutan gitu?"

"Ini isinya keperluan pribadi saya pak, plus beberapa cemilan. Takut saya kelaparan pak." ujar Feli sambil mengeluarkan beragam makanan yang ada di tas-nya itu. Melihat itu Reynald dan Bagas cuman bisa saling pandang dalam diam. Tidak tahu harus ngomong apa melihat tingkah konyol Feli. Mereka akhirya membiarkan Feli dengan segala keunikannya. Reynald cenderung tidak mau tahu apa dan bagaimana Feli, yang penting pekerjaan kantor bisa selesai dengan baik.

Tanpa membuang waktu, mereka bertiga langsung memulai kerja lemburan mereka. Reynald dan Bagas telah menghadap laptop dan beberapa berkas, tinggal Feli yang celingukan sendiri. Dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Menyadari Feli yang celingukan karena bingung mau mengerjakan apa, reynald kemudian berkata

"Feli, kamu bikin company profile. Bikin singkat saja. Stressing point pada beberapa project terutama project yang berkaitan dengan tourism dan environment yang kita bangun. Kompilasikan on going project kita dengan project yang masih tahap nego. Company profile yang dibuat sama Ade udah out of date. Buat semenarik dan sekomunikatif mungkin. Bikin bilingual, indonesia dan inggris. Habis itu kamu bisa kompilasi laporan internal audit kantor cabang. Got a picture?" Perintah Reynald tanpa melihat ke Feli. Dia sudah serius menatap layar laptopnya.

"Noted sir, oh ya apa perlu saya tampilkan profil keuangan perusahaan juga? Sekedar menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang stabil" pertanyaan Feli dijawab anggukan oleh Reynald. Satu hal yang disuka Reynald dari Feli dalam konteks pekerjaan, dia mempunyai ide dan inisiatif dalam menyelesaikan pekerjaanya.

"Data keuangan tidak terlalu lengkap di saya pak. Saya butuh back up data keuangan untuk saya tampilkan" Feli melanjutkan omongannya. Reynald tampak berpikir sejenak, lalu seperti teringat sesuatu.

"just wait" Reynald kemudian mengambil ponselnya, lalu menelpon seseorang

"Tian, lagi dimana?" Ternyata Reynald menelpon Tian, adiknya. Adiknya sendiri saat ini berstatus karyawan magang di divisi keuangan dan akunting. Berstatus magang karena masih belum menyelesaikan kuliahnya. Namun walaupun berstatus magang, Tian sudah bisa mengakses database keuangan perusahaan. Tidak aneh, mengingat Tian adalah anak dari pemilik perusahaan.

"Lagi di rumah. Ni lagi nonton. Ngapain kak?' Jawab Tian santai

"Data keuangan perusahaan apa yang kamu pegang? Atau ke apart kakak aja sekarang sekalian bawa semua data keuangan yang kamu punya. Kakak lagi lembur sekarang. Bisa?" Perintah Reynald

"Tian kirim via email gimana? Males banget kak..."

"Oh, kalau gitu kakak juga males buat transfer honor magang kamu, gimana?" Ancam Reynald pada adiknya. Kalimat ini selalu ampuh untuk Tian.

"iiissshhh. bisanya cuman ngancam. Oke aku ke sana.." Tian akhirnya dengan berat hati pergi ke apartemen kakaknya itu. Hilang sudah weekend yang berharganya ini. Segera Tian mengambil laptopnya dan bergegas ke apartemen kakaknya. Sementara Reynald hanya bisa tersenyum tipis.

Beberapa waktu kemudian Tian sudah sampai di apartemen Reynald. Tidak menunggu lama, Tian bergabung dengan kakaknya, Feli dan Bagas. Tian membantu dengan memberikan beberapa data keuangan yang dirasakan bisa di share ke publik. Awalnya, Tian memang hanya membantu dengan memberikan data keuangan, namun ketika melihat load pekerjaan Feli yang tinggi, maka akhirnya Tian lebih banyak membantu Feli menyelesaikan tugas-tugasnya.

Hari beranjak malam. Karena terlalu fokus mengerjakan pekerjaan mereka, jam makan siangpun terlewat. Sekarang hari telah menjelang malam dan karena sudah kelelahan, mereka berempat pun sepakat untuk menyudahi lembur dan melanjutkan esok hari.

"Pak, ada bahan makanan tidak di dapur?" Tanya Feli, dia bermaksud untuk memasak sesuatu untuk makan malam mereka.

"Saya gak pernah stok bahan mentah. Kalau lapar, kita delivery saja" ujar Reynald

"Ini kan malam minggu, kita makan sambil nongkrong gimana? Tuh di depan ada coffee shop baru" usul Tian. Sejujurnya dia tidak rela menghabiskan malam minggu dengan lembur. Makanya Tian mengusulkan untuk nongkrong di cafe. Sekedar melepas lelah dan mengganti waktunya tadi yang kebuang gara-gara lembur dadakan.

"Kita itu lapar bukan haus. Perlunya makan, bukan ngopi" Reynald langsung tidak setuju usulan Tian.

"Bener pak. Saya udah kelaparan. Cemilan saya juga udah habis pak" Feli memasang wajah melas. Perkataan Feli diangguki oleh Bagas. Dia juga merasa kelaparan setelah seharian berkutata dengan pekerjaannya.

"hm.. di bawah ada sih. Tapi ya gitu warung makanan kaki lima. Emang kakak mau gitu makan di kaki lima? Resto di lobby bawah apartemen udah tutup kalau jam segini" Tian sedikit ragu akan usulnya. Mengingat kakaknya itu tidak terbiasa untuk makan di sembarang tempat

"Gimana yang lain? Keberatan gak? Feli, Bagas, gimana?" Rey melihat pada Bagas dan Feli dan dijawab dengan anggukan pasrah dari Feli dan Bagas. Bagi keduanya, yang penting mereka makan setelah seharian ini mereka menghabiskan waktu di depan berkas dan laptop. Tidak perduli mau makan di kaki lima maupun di pinggir jalan, yang penting mereka segera makan. Lemburan kali ini sangat menguras tenaga mereka.

Jadilah malam ini mereka menghabiskan waktunya di warung pinggir jalan. Feli dan Bagas dengan lahapnya makan nasi goreng ayam dan es teh, sementara Tian lebih memilih mie ayam sedangkan Reynald, dia memilih menu sate ayam dan lontong. Bagi Reynald, ini adalah pengalaman pertama makan di warung pinggir jalan. Acara makan malam ini juga merupakan penutup dari berbagai kegiatan mereka hari ini.

Melukis Cinta Semesta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang