6. J u a r a H o g w a r t s

1.9K 288 40
                                    

"Halo Hermione! Harry! Ronald!" sapa Sicily ketika dia bertemu sahabatnya berjalan memasuki Aula besar untuk menonton piala api mengeluarkan nama para pejuang

"Secyl? kau sudah melakukan pekerjaanmu itu?" tanya Harry

"Belum, jadinya besok baru aku akan mulai" jawab Sicily

"Memang apa apasih yang kau buat itu?" tanya Ron

"Kepo." Sicily menatap Ron tajam

"sudah ayo" ajak Hermione berharap sahabat nya berhenti berdebat

Ketika mereka memasuki Aula Besar yang diterangi cahaya lilin, aula hampir penuh. Piala Api sudah dipindahkan, dan sekarang berdiri di depan kursi kosong Dumbledore di meja guru.

"Mudah-mudahan Angelina," kata Fred ketika Sicily,Harry, Ron, dan Hermione duduk.

"Aku juga berharap begitu!" kata Hermione menahan napas.

"Yah, kita akan segera tahu!" jawab Sicily

Pesta Halloween rasanya berlangsung lebih lama daripada biasanya.

Akhirnya, piring-piring emas kembali kosong dan berkilau bersih. Suara-suara di dalam Aula Besar semakin keras, tetapi langsung diam begitu Dumbledore bangkit. Di kiri-kanannya, Profesor Karkaroff dan Madame Maxime tampak sama tegangnya seperti semua orang.

"Nah, Piala Api sudah hampir siap mengambil keputusan," kata Dumbledore.

"Kuperkirakan masih perlu satu menit lagi. Setelah nama-nama para juara dibacakan, kuminta mereka maju, berjalan di depan meja guru, dan masuk ke ruang berikut"dia menunjuk kepintu di belakang meja guru

"di situ para juara akan menerima instruksi pertama mereka."Dumbledore mengeluarkan tongkat sihirnya dan membuat gerakan menyapu dengannya.

Ruangan menjadi setengah gelap.Piala Api sekarang bersinar lebih terang daripada apa pun di seluruh Aula Besar. Lidah apinya yang biru-keputihan cemerlang menyilaukan, membuat mata sakit. Semua memandangnya, menunggu.

Nyala api di dalam piala mendadak menjadi merah lagi. Lidah api mulai menyembur. Detik berikutnya ada lidah api meluncur ke atas, melontarkan sepotong perkamen gosong. Seluruh ruangan terpekik kaget.

Dumbledore menangkap perkamen itu dan menjulurkan lengannya agar bisa membacanya dengan penerangan nyala api, yang sudah kembali berwarna biru-keputihan.

"Juara untuk Durmstrang," dia membaca dengan suara keras dan jelas, "adalah Viktor Krum."

"Tidak mengejutkan!" teriak Ron, sementara tepuk riuh dan sorakan ramai memenuhi aula.

Viktor Krum bangkit dari meja Slytherin dan berjalan agak bungkuk ke arah Dumbledore. Dia berbelok ke kanan, berjalan melewati meja guru, dan menghilang melalui pintu ke dalam ruang yang telah ditunjuk.

"Bravo, Viktor!" suara Karkaroff,semua orang bisa mendengarnya,

"Aku tahu kau jago."

Tepuk tangan dan sorak mereda. Sekarang perhatian semua orang tertuju ke Piala Api lagi, yang sedetik kemudian sekali lagi berubah merah. Perkamen kedua dilontarkan oleh lidah apinya.

"Juara untuk Beauxbatons," kata Dumbledore
"adalah Fleur Delacour!"

"Dia, Ron!" Harry berteriak ketika si gadis yang mirip Veela bangkit dengan anggun, mengibaskan rambut pirangnya yang keperakan, dan berjalan di antara meja Ravenclaw dan Hufflepuff.

Sicily memutar bola matanya malas

"Oh lihat, mereka semua kecewa," kata Hermione, mengangguk ke arah sisa rombongan Beauxbatons.

𝙊𝙐𝙍 𝙎𝘾𝘼𝙍𝙎|| 𝘿. 𝙈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang