RAIHAN:KELUARGA BRILIAN

693 61 5
                                    

"Hidup itu tidak rumit asalkan kamu mampu menerima takdir, menjalani apa yang telah Tuhan berikan, dan bersyukur atas apa yang telah dimilikimu."

®®®®®®®®®

Sepulang sekolah Raihan, cowok tersebut langsung pulang karena memang tidak ada kegiatan lagi, tapi sebenarnya ia diajak oleh teman-temannya untuk ke cafe namun dia menolak dengan alasan dirinya sedang tidak enak badan.

Kini cowok tersebut sedang tiduran mencoba untuk terpejam namun tidak bisa, bayangan tentang masa lalunya terus berputar memenuhi pikirannya saat ini, dan semenjak papanya datang ke kamarnya saat itu dirinya menjadi lebih urakan dan lebih emosional.

Sedangkan Venny, wanita tersebut lagi memasak di dapur untuk persiapan makan malam nanti, tapi tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya ia sudah tahu siapa pelakunya, siapa lagi kalau bukan Brilian suaminya sendiri.

Dulu Brilian selalu dikenal dingin oleh orang, namun sejak ia menikah dengan pria tersebut sifatnya semakin kesini semakin berubah menjadi pribadi yang lebih hangat, bahkan dia terkadang terlihat manja saat bersama dirinya.

Dirinya pun tak menyangka bahwa kisahnya akan berakhir bahagia, hal yang tak pernah ada dalam pikirannya dulu, kini menjadi kenyataan.

"Masak apa?" tanya Brilian, sambil menopang dagunya di bahu sang istri.

"Emm, SOP kenapa emangnya?" tanya Venny seraya mengaduk SOP tersebut, dia tak merasa risih sedikitpun dengan perlakuan Brilian.

"Enggak kok, kamu tahu gak hal yang paling indah itu apa?" tanya Brilian.

"Mencintai dan dicintai." jawab Venny dengan santai.

"Bukanlah! Kamu nyindir aku ya?" tuduh Brilian.

"Enggak kok, terus apa?"

"Pengin tahu ya?" ledeknya.

"Issh terserah kamu! Minggir."

"Dih, ngambek tuh dah tua jangan ngambek dong, nanti cantiknya hilang."

"Hal yang paling indah itu adalah.... Ketika melihat istri masak dan suaminya seperti ini." ucap Brilian seraya mempererat pelukannya pada Venny.

"Kamu mah, udah gih sana mandi dulu!" ucap Venny dan melepaskan pelukan Brilian di pinggangnya.

"Iya sayang, dahh byee aku sayang kamu." ucap Brilian sebelum pergi dan memberi kiss bye pada Venny.

"Astaghfirullah, untung sayang." lega Venny setelah kepergian Brilian, sejak tadi jantungnya tidak bisa berdetak secara normal.

®®®®®®®®®®

Raihan sedang menonton televisi di ruang keluarga, Brilian yang sedang menuruni anak tangga langsung menghampiri putranya tersebut.

"Apa yang ditonton Rai?" tanya Brilian, lalu duduk disamping Raihan.

"Bola, masih belum mulai."

Brilian hanya manggut-manggut, dia memaklumi sifat dingin Raihan tersebut karena itu memang turunan darinya.

Brilian mengambil koran sembari menunggu acara televisi mulai, sebenarnya ada yang ingin dia sampaikan pada Raihan, namun jika dipikirkan belum saatnya putranya itu tahu.

"Mau bunda buatkan minuman?" tanya Venny setelah sampai dihadapan mereka.

"Boleh bund." jawab Raihan.

"Kalian begadang?" tanyanya lagi.

"Sepertinya iya, ven." jawab Brilian masih tetap menatap koran yang dia baca.

Karena besok hari Minggu juga, jadi mereka bisa lebih leluasa untuk begadang, lagipula besok Raihan maupun Brilian tidak memiliki kegiatan atau aktivitas.

Brilian beranjak menghampiri Venny di dapur untuk mendiskusikan tentang sesuatu yang menyangkut Raihan.

"Ven, masalah yang itu kapan kita ngasih tahunya sama Raihan?" tanya Brilian.

"Aku gak tahu juga, tapi kalau kataku sih kamu jangan terlalu lama ngasih tahunya, takut nanti dia akan marah sama kita." saran Venny.

"Iya juga sih, terus kapan?
Kalau besok malam?"

"Itu terserah kamu bri, yang penting jangan terlalu lama." ucap Venny.

"Yaudah deh, aku mau kesana dulu."

®®®®®®®®®®

Hari semakin larut, Raihan dan Brilian masih tetap menonton televisi yang  menampilkan acara sepak bola, Chelsea dan Manchester United, bahkan hingga waktu memasuki dini hari.

"Rai, kamu masih mau lanjut?" tanya Brilian hendak beranjak.

"Iya."

"Yaudah, papa keatas dulu. Jangan sampai subuh." peringat Brilian, kemudian meninggalkan putranya tersebut.

Raihan beranjak dari tempat duduknya, mematikan televisi tersebut dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.Karena memang sangat lelah dirinya langsung saja tertidur menuju alam mimpi.

Sinar Matahari menembus celah-celah jendela kamar seorang cowok yang sedang tertidur dengan pulas, namun tak dapat membuatnya terbangun dari tidurnya.

Venny mengetuk pintu kamar putranya tersebut, namun tak ada jawaban jadi dia langsung saja memasuki kamar putranya itu dan tampaklah putranya yang masih tertidur, Venny langsung saja menepuk pipi Raihan agar cowok itu terbangun.

Raihan yang merasa terganggu dengan tepukan di pipinya itu langsung bangun, dan melihat bundanya yang sudah selesai mandi dan tampak lebih segar.

"Kamu mandi gih, bunda tunggu dibawah ya." ucap Venny, kemudian meninggalkan kamar Raihan.

Hari ini hari Minggu hari yang pastinya selalu ditunggu-tunggu oleh siapapun karena mereka bisa menghabiskan waktunya bersama keluarga dan orang-orang yang mereka sayangi.

Venny perempuan itu kini sedang menyiapkan sarapan pagi, hari ini ia menyiapkan nasi goreng dan ayam goreng saja karena lebih simple untuk dimakan di pagi hari pikirnya.

"Hari ini kita akan ke pemakaman Angkasa." ucap Brilian dari arah tangga.

"Iya, yaudah makan dulu ya." ucap Venny.

"Bri, kapan kita bicarakan masalah perjodohan itu?" tanya Venny setelah duduk berhadapan dengan Brilian dimeja makan.

Raihan yang baru saja turun berpikir siapa yang akan dijodohkan?

"Siapa yang mau dijodohkan?" tanya Raihan.

Brilian dan Venny pun saling pandang, keduanya sama-sama terdiam setelah mendengar pertanyaan dari putranya itu.

"Enggak kok, yaudah makan dulu ya? Entar kita mau ke pemakaman Angkasa soalnya." ucap Venny mengalihkan pembicaraan, dan akhirnya ia berhasil dan bisa mengendalikan ekspresi wajahnya.

®®®®®®®®®

Oke, update lagi🌹😭
Vote and komen 🥺

Iya tahu kalau gaje ceritanya, ngakak aja gapapa kok, gue juga ngakak😂

Yaudah Makasih udah mampir ❤️

Buat kalian yang belum tahu siapa Angkasa, lihat di ceritaku yang satunya ya.

RAIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang