"Garis takdir yang paling hebat adalah, saat orang yang kalian cintai berharap menjadi takdir kalian, dan itu benar-benar terjadi."
®®®®®®®®®®
Lara berjalan menyusuri trotoar jalan, siang yang terik matahari seakan menyengat kulitnya, saat akan melewati warung makan ia tak sengaja melihat segerombolan cowok, Yap Raihan dan kawan-kawan ia berniat berputar arah, namun sebuah suara mengintrupsi dirinya.
"Mau kemana Lo?" tanya sebuah suara yang sangat familiar di telinga gadis itu.
"Pulang." jawab gadis itu singkat, padat dan jelas.
"Kasih janganlah pergi tetaplah kau selalu disini, jangan biarkan diriku sendiri larut di dalam sepi." Bian langsung saja bersenandung, benar bukan bahwa dia tidak tahu suasana, sekarang lagi serius dia bercanda, Gerald cowok tersebut memberikan tatapan sinisnya pada Bian yang tak tahu suasana.
"Diam Ian, kalau gak mau tuh mulut di tabok sekarang." ucap Angga.
"Gue anterin Lo!"
Langkah lara pun terhenti saat akan melangkah menjauh, tidak salah dengarkan dirinya? Gadis itu pun berbalik dengan alis yang terangkat pertanda bahwa dia tidak percaya apa yang diucapkan cowok itu barusan.
"Hah? Gak salah dengar lara?" tanya gadis itu masih tak percaya.
"Ra, gue punya lagu nih buat Lo." ucap Bian, tuh mulai dah kan, temannya yang lain pun turut kepo pada Bian, lagu apa yang akan cowok tersebut nyanyikan.
"Ternyata belum siap aku, kehilangan dirimu belum sanggup untuk jauh darimu, yang masih selalu ada dalam hatiku." semua menikmati lagu tersebut, meresapi bahwa makna lagunya sangat berpengaruh.
"Lo ada ada aja sih, oh tapi kenapa Lo nyanyi lagu ini?" tanya lara tak mengerti.
"Karenaaaa ada seseorang yang belum siap kehilangan Lo, hahahaha." ucap Bian, kemudian tertawa menghilangkan kecanggungan yang melanda.
"Gue dengar!" tegas Raihan.
"Hehehe, jangan bawa ke hati Rai." ucap Bian.
"Gak mau cabut nih?" tanya Reval setelah sekian lama hanya diam, dan menyimak percakapan mereka.
"Gue cabut duluan." pamit Bryan, kemudian melajukan motornya.
"Ayo Rai, balik." ajak Reval lagi.
"Lo sama gue!" ucap Raihan pada lara.
"Rasa-rasanya, ada benih-benih cinta, iya gak ga?" ledek Bian.
"Rai, hati-hati nanti jatuh cinta." ujar Angga.
"Hahaha, kalian berdua ini, awas Rai, cinta itu datang karena terbiasa loh!" Gerald pun mengikuti keduanya yang memberi rayuan pada Raihan, namun Raihan tetap Raihan dengan wajah datarnya.
"Gak akan! Mana mungkin gue bisa jatuh cinta sama cewek cupu kayak dia." sentak Raihan.
Lara menatap tidak percaya pada ucapan Raihan, ia tahu kalau dirinya bukan perempuan yang memiliki paras sempurna, tapi tidak bisakah ia dihargai? Ia juga manusia, ia juga memiliki perasaan, manusia mana yang gak sakit hati dikatai seperti itu oleh orang yang ia cintai.
"Yah, penonton kecewa." ucap Bian dengan lesu.
"Lara! Semangat, gue yakin itu hanya ego Raihan itu bukan perkataan hatinya! Ayo berjuang Bian disini dukung lara!" soraknya.
"FISIK KOK DIHINA SIH MAS!" teriak Gerald.
"KALAU BERUBAH GIMANA?" ucap Angga melanjutkan ucapan Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIHAN [SELESAI]
Fiksi Remaja[jangan lupa di follow] Raihan Argantara merupakan ketua dari Genk Gempur, pesonanya membuat siapapun menekuk lutut karena parasnya yang nyaris sempurna. Tentang perjodohan tak terduga yang membuat keduanya harus melengkapi satu sama lain, dan mener...