RAIHAN:💔

560 53 3
                                    

"Setelah kepergian itu, kau datang menghancurkan kepercayaan ku lagi, memporak-porandakan hati ini dan kembali mengambil kebahagian yang telah aku bangun selama ini."

®®®®®®®®®®

Malam ini Genk Gempur sedang berkumpul disebuah cafe di Surabaya, mereka menikmati waktu luang untuk sekedar saling bicara hal ringan ditambah malam ini juga malam Minggu menambah kesan lebih seru.

"Rai, gue tahu ini sulit buat lo, tapi gue harap lo jangan pernah melukai diantara salah satunya." nasihat Bian.

"Lo kenapa jadi bijak." heran Angga.

"Gue gak papa, masih nanya bego!" jawab Bian.

"Kayaknya gue bakal pindah deh, soalnya dari kemarin papa nanya gue mau pindah sekolah apa enggak." ujar Gerald.

"Yah, gak seru lo! Emang kira-kira lo mau pindah kemana?" tanya Ernan.

"Kalau perkiraan gue sih, kayaknya bakal pindah ke Bandung." jawab Gerald.

"Gue bakal kehilangan guru bahasa Inggris nih, tapi gak papa lah kan masih ada Bryan guru bahasa China, wkwkwk." ucap Ernan.

"Ngomong-ngomong gimana tentang Genk Kobra? Kok gue akhir-akhir ini lebih ngeliat Daniel? Yang lain gak ada, Redo, Ilham, Dio dan yang lain." heran Davin.

"Iya juga, kok gue jadi merasa aneh sih." sahut Reval.

"Rai, kok lo diam mulu sih daritadi." tegur Gerald.

"Males."

"Apa lagi bergelut sama pikiran lo?" tebak Bryan.

"Udahlah mendingan lo cerita masalah lo sama kita, siapa tahu lo bisa lebih tenang." saran Davin.

"Gue gak tahu lagi, hati gue hancur! Gue benci sama kondisi kayak gini!" geram Raihan.

"Mana Raihan yang selalu buat orang menekuk lutut! Mana Raihan yang gue kenal? Mana?" sentak Davin.

"Kita udah kenal lo lama Rai, benar bukan? Kalau cinta bisa buat siapapun bodoh, termasuk orang pintar sekalipun." ucap Angga.

Keheningan melanda mereka, tidak ada yang membuka suara sejak kalimat terakhir Angga.

"Gue cabut." ucap Raihan, kemudian melangkah meninggalkan para sahabatnya.

"Tuh kan! Gue bilang apa? Dia keras kepala, capek sendiri bicara sama orang kayak tuh anak." kesal Angga sambil menunjuk punggung Raihan yang mulai menjauh.

®®®®®®®®®®

Alara Wirananta, gadis itu berlari tergesa-gesa di koridor sekolah, ia jadi telat seperti ini sebab Rio sang kakak yang mengganggunya tadi pagi.

Brukk

"Kalau jalan tuh yang benar!" bentak orang tersebut.

"Maaf, maaf." jawab gadis itu, setelah mengangkat kepalanya barulah dunianya seakan berhenti.

Cowok bertubuh tinggi tegap dengan tangan disaku celana membuatnya terlihat semakin cool, siapapun yang melihatnya sekarang pasti akan terpesona termasuk lara gadis itu terdiam, saat tatapan mata mereka bertemu.

"Kenapa telat?" tanya Raihan, mengalihkan topik pembicaraan untuk menghilangkan kecanggungan yang melanda.

"Eh, lara tadi telat berangkat." jawab gadis itu dengan hati-hati.

RAIHAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang