34. Golden Hour [Revision ✓]

2.2K 213 6
                                    

[SUDAH REVISI]

*** 

*** 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Rahasia sebenarnya mengapa seluruh keluarganya pindah ke luar negeri, merasa kini harus ia beberkan. Dirinya selalu merasa bersalah setiap kali memikirkan bagaimana selama ini ia menyimpannya sendiri.

Ya, walaupun itu rahasianya dan itu haknya untuk mengatakannya atau tidak. Tetapi Zayn merasa mau bagaimana pun setidaknya ada satu orang yang mengetahuinya agar berbagi beban dengannya. Zayn memilih Ziva.

Setelah mengatakan bagaimana keluargannya pindah tanpa dirinya yang memilih tetap di Indonesia dan setelah Ziva tenang serta tangisnya mereda, Zayn akan mengatakan semuanya. Sekarang.

Zayn menelan salivannya untuk membasahi tengorokannya. Lalu "Zi, ada yang mau gue kasih tahu."

Ziva menekuk keningnya. "Apa?"

"Selama ini ada yang gue sembunyiin dari lo." Perkataan barusan membuat pikiran Ziva berkelana. "Apa?" Lagi. Ziva harap itu bukan lah hal buruk.

"Rahasia tentang keluarga gue."

"Langsung aja Zayn." Sahut Ziva yang geram karena Zayn berbicara sepotong-potong.

"Alasan sebenarnya keluarga gue pindah ke luar negeri bukan karena bisnis ataupun Ziya kuliah. Tapi karena Ziya sakit." Ungkap Zayn dengan raut sedih yang ditangkap sorot mata Ziva.

"Sakit apa?" Ziva membeo. Perasaan Ziva semakin tidak karuan. Ziya sakit? Yang ia tahu Ziya baik-baik saja dan kini tengah menempuh jenjang perkuliahan.

"Mati otak."

"Mati otak?" Sekali lagi Ziva membeo dengan wajah yang tidak percaya. "Nggak usah bercanda. Nggak lucu." Ziva tertawa sumbang tidak percaya.

Namun raut wajah Zayn mengatakan yang sebenarnya. Ziva tahu bahwa laki-laki itu tidak tengah bercanda. Bahkan Ziva tahu jika saja laki-laki itu mengedipkan matanya, maka air matanya akan langsung menetes.

Tanpa babibu Ziva pun langsung membawa sahabatnya itu ke dekapnnya. Jika selama ini Ziva yang mendapatkan ketenangan dari Zayn. Maka sekarang dirinya akan memberikannya.

"Hiks... Hiks..."

Baru kali ini Ziva mendengar tangisan Zayn yang sangat menyayat hati. Tanpa ingin ikutan menangis Ziva menengadahkan kepalanya, menahan air matanya ikut keluar.

"Sssttt... It's okay, It's okay." Hanya kata penenang itu yang mampu Ziva berikan. Hatinya juga hancur. Tetapi kini Zayn sedang butuh dirinya.

Tangisan tersebut reda bersamaan dengan Zayn yang melepaskan pelukan mereka. Lalu sorot mata sendunya menatap Ziva.

"Kenapa baru ngomong sekarang?" nada suara yang Ziva keluarkan tidak sejalan dengan yang ia pikirkan. Sebenarnya ia ingin mengatakannya dengan lembut. Tapi ada dari dirinya yang menyuruhnya untuk sedikit meninggikannya.

TARTARUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang