33. Intermezzo [Revision ✓]

2.3K 193 10
                                    

[SUDAH REVISI]

*** 

*** 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Malam, Zi," suara lembut Nio menyapa Ziva saat mereka berpapasan di lobby apartemen.

"Eh, Pak Nio, malam, Pak." sapa Ziva. Sebenarnya cukup malas untuknya berbasa-basi. Tapi mau bagaimana lagi.

Semenjak terakhir kali mereka bertemu, kini sering kali mereka berpapasan tidak sengaja, seperti saat ini. Selama itu pula, gurunya itu akan memulai pembicaraan dengannya. Memang Nio terkenal akan keramahanya. Bahkanya banyak murid sampai guru-guru terpikat karena keramahannya. Selain itu poin plusnya lagi, Nio sangat tampan dan masih cukup muda.

Walaupun begitu, rumor tentang Pak Nio yang belum juga menikah sangat popular dikalangan warga Lentera Buana. Mereka berpikir, wanita mana yang tidak terpikat oleh guru muda tersebut. Bahkan sampai ada rumor Nio gay.

Meski belum menikah, umur Nio tidak terlalu tua. Umurnya masih sekitar tiga puluhan. Masih batas wajar untuk umur melajang di Ibu Kota.

Kini mereka secara natural berjalan beriringan menuju lift. Saat akan tertutup pintu lift tadi, seorang perempuan dengan balutan busana yang sangat feminim berlari guna menghentikan pintu lift tertutup.

"Tunggu! Tunggu!" katanya sembari berlari kecil.

Ziva yang berada dekat dengan tombol lift langsung menahannya. Setelah masuk perempuan tadi langsung menundukkan kepalanya sebagai ucapan terima kasih. "Terima kasih." Ziva tersenyum sebagai balasan.

Nio yang memang sedang memainkan ponselnya langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara familiar tadi. Ia sangat mengenal suara tadi. "Loh, Nata? Kok nggak panggil aku tadi? Aku kira orang lain."

Perempuan tadi tersenyum lebar. Bahkan Ziva akui gadis itu sangat cantik. "Hey, babe. Little surprise." Sahutnya dengan kekehan pada Nio.

Nio secara otomatis mendekat dan lalu merangkulnya. "Tumben nggak ngabarin? Biasanya kalau mau datang kamu selalu ngabarin dulu."

Perempuan yang dipanggil Nata tadi langsung menggeleng. "Kan aku udah bilang, surprise. Lagian udah lama kita nggak ketemu jadi aku mutusin buat nemuin kamu duluan. I miss you, babe." Ia mengerucutkan bibirnya.

Nio menyentuh hidung mancung perempuan tadi dengan gemas. "Miss you so bad."

Jangan lupakan masih ada Ziva di sana yang menatap kedua manusia itu bermesraan. Ia mendengar seluruh percakapan mereka. Memang bukan urusannya, tetapi saat mengingat bagaimana Nio saat di sekolah, ternyata bisa juga clingy seperti tadi.

Setelah melihat interaksi tadi, Ziva kini jadi percaya Nio adalah laki-laki normal. Jadi, rumor tentang gurunya itu gay hanyalah sebatas rumor tak beralasan. Karena ia bisa melihat bahwa perempuan yang dipanggil Nata tadi adalah kekasihnya Pak Nio.

TARTARUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang